:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Pemberontakan Sintang 1856-1861

Tangkilisan, Yuda Benharry; Leirissa, Richard Zakarias, supervisor; Lapian, A.B. (Adrian Bernard), examiner; Edi Sedyawati, 1938-, examiner; Soemartini, examiner; Anhar Gonggong, examiner (Universitas Indonesia, 2001)

 Abstrak

Studi ini bermaksud membahas suatu pemberontakan yang dilancarkan oleh sekelompok elite kerajaan Sintang. Pemberontakan itu berlangsung antara tahun 1856 hingga tahun 1861. Dalam cerita rakyat setempat, sebagaimana yang ditemukan oleh 3.U. Lontaan (1975), pemberontakan itu disebut dengan Perang Tebidah. Sintang adalah suatu daerah di aliran sungai Kapuas pedalaman di Kalimantan Barat. Dewasa ini, secara administratif Sintang adalah suatu kabupaten daerah tingkat II.
Perkembangan di kerajaan Sintang memiliki suatu hal yang menarik dan berbeda berkenaan dengan keadaan alamnya. Sintang terlotak di pedalaman Kalimantan Barat yang secara pages memiliki banyak sungai yang saling berhubuugan. Dan Sintang terletak di main daerah pertemuan antara aliran sungai Kapuas ciao Malawi, dua sungai induk yang saling berhubungan dan penting di Kalimantan Barat. Keadaan yang seperti itu menjadikan sungai sebagai sumber dan sarana kehidupan yang penting. Pada gilirannya ciri geografi seperti itu mewarnai kehidupan dan kegiatan penduduknya. Malahan keadaan itu memberi corak tertenlu terhadap hubungan sosial dan budaya penduduknya baik secara internal maupun eksternal. Bennet Bronson (1977) memperkenalkan suatu kerangka pemikiran yang sesuai untuk daerah yang geografuiya memiliki banyak sungai. la mengajukan suatu kerangka hipotesa sebagai model fungsional dari nageri-negeri pesisir.
Kemudian dari keadaan geografis Sintang dapat ditandai beberapa tipologi kelompok masyarakatnya. Tipologi itu antara lain adalah penguasa, perompak dan penduduk sungai. Ketiga kelompok itu memiliki peranan mereka masing-masing sesuai dengan kekuasaan yang dipunyai. Kelompak perompak dapat berkembang menjadi penguasa sungai apabila kekuasaannya diakui oleh penduduk sungai yang menjadi kaulanya dan mendapat legitimasi dari kekuatan-kekuatan sekitarnya. Perbedaan kepentingan dau pengejaran kekuasaan merupakan sumber-suumber konflik Apalagi dalam tradisi kelompok Dayak hidup tindakan Menganyu yang penuh dengan kekerasan dan menjadi sumber permusuhan.
Kesemua proses-proses itu, ekonomi, politik dan sosial, difahami dalam suatu kontruksi yang disebut sebagai Dinamika Lokal. Perkembangan setempat kemudian menjadi kondusif untuk sebuah perubahan dan pada gilirannya berupa pergolakan ketika berlangsung intervensi dari luar. Kekuatan yang membawa dampak mendalam terhadap perkembangan setempat itu adalah kolonialisme. Pihak kolonial Belanda memiliki kepentingan yang berkembang terhadap Sintang dalam kerangka ekspansi kekuasaannya Pokok bahasan ekapansi kolonial merupakan suatu bagian dari kajian Imperialisme. Selanjutnya dalam perkembangan kajian Imperialisme muncul sudut pandung yang mengetengahkan kancah lokal seperti dan dikenal sebagai Pendekatan Piaggiran (Peripheral Approach). Namun dalam pendekatan itu penekanan diletakan pada tingkah laku dan tindakan pihak kolonial di seberang lautan.
Suatu faktor dari luar lainnya yang tidak kecil pengaruhnya terhadap Dinamika Lokal dan terutama Ekapansi Kolonial adalah unsur persaingan kekuatan kaionial lainnya (asing). Pada waktu yang hampir bersamaan, ekspansi kalonial yang tiba di ambang pintu kerajaan Sintang adalah gerakan kolonialisme Inggris dan Belanda. Di atas kertas Sintang sempat menjadi koloni Inggris ketika masa peralihan Inggris di awal abad ke-19. Kemudian terjadi penyerahan kembali ke tangan Belanda. Namun kehadiran Inggris, yang beralih ke Kalimantan UA tetap menjadi pertimbangan dalam perkemhaugan kspanui kolonial Belanda. Dengan demikian, pembahasan mengenai pemberontakan Sintang tahun 1856 hingga 1851 meugguuakan beberapa konstruksi seperti Dinamika Lokal, Ekspansi Kolonial dan Persaingan Internasional. Dalam konstruksi-konstruksi itu, latar belakang, sebab, jalannya dan akibat pemberontakan dianalisis dan diungkapkan dalam sualu penyajian yang kronologis.
Kesemua proses yang menjadi sebab-sebab tidak langsung menemukan pemantiknya (pemicu) untuk meletuskan sebuah pemberontakan pada swain upaya penaugkapan seorang penruka penduduk di Ingar, cabang dari sungai Kaysu, yang berlanjut pada penyerangan benteng Belanda di Sintang. Peristiwa itu merupakan lantaran (precipated factor) alami sebab langsung. Kemudian setelah pemberontakan berakhir, melalui sebuah penindasan dan tindakan represif kalonialisme Belanda berupa pengawasan yang makin ketat terhadap kerajaan Sintang. Walau begitu, hingga akhir abadi ke-19 daerah Sintang, dan kawasan pedalaman aliran sungai Kapuas pada umumnya, tetap diwarnai oleh gejolak perlawanan terhadap kekuaaaan kolonial Belanda.

 File Digital: 1

Shelf
 T 9480a.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T9480
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Universitas Indonesia, 2001
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xx, 157 pages : illustration ; 28 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T9480 15-19-406099807 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 72858