:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Beberapa aspek esai sastra Indonesia dalam majalah Budaya Jaya (1968-1979)

Sumiyadi; Apsanti Djokosuyatno, supervisor (Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Majalah Budaya Jaya merupakan majalah kebudayaan umum yang diterbitkan secara bulanan oleh Dewan Kesenian Jakarta sejak tahun 1968 hingga tahun 1979. Baik majalah maupun dewan kesenian tersebut berdiri berkat kebijaksanaan kebudayaan dari Gubernur Jakarta pada saat itu, yaitu Ali Sadikin. Karangan dalam jenis esai mempunyai rubrik tersendiri dan sesuai dengan misi Budaya Jaya, esai yang dimuat sangat beragam: taxi, musik, teater, dan seni atau budaya secara umum. Akan tetapi, tulisan dalam bentuk esai sastra kerap kali muncul dalam setiap terbitannya. Oleh sebab itu, masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah mengenai gambaran esai sastra Indonesia, khususnya yang menyangkut esai, objek esai, dan kecenderungan konteks esai yang ditulis dalam Budaya Jaya.
Sumber data penelitian adalah semua majalah Budaya Jaya yang pernah diterbitkan sejak tahun 1968 hinggga 1979, yaitu 134 edisi yang di dalamnya terdapat tulisan esai sastra Indonesia sebanyak 73 judul. Penelitian memanfaatkan kerangka teori yang dikemukakan oleh Donald Keesey dalam buku Context for Criticism. Keesey memang tidak membahas esai secara khusus, melainkan pada kritik sastra. Namun, ada beberapa alasan yang memungkinkan kerangka teori Keesey digunakan dalam penelitian ini. Pertama, kritik dan esai sastra memiliki hubungan yang sangat berat karena keduanya merupakan tanggapan terhadap karya sastra. Kedua, dalam tradisi kesusastraan Indonesia, sesuai dengan pendapat H.B. Jassin, kritik merupakan bagian dari esai sastra. Menurut Keesey, skema dapat membantu kita dalam mendefinisikan, menganalisis, dan membandingkan konteks yang beragam sesuai dengan interpretasi esai pada saat menulis esai sastra.
Berdasarkan skema Keesey kita dapat mengelompokkan lima kecenderungan esai sastra, sesuai dengan konteks yang menjadi orientasinya, yaitu konteks pengarang, konteks pembaca, konteks realitas, konteks karya sastra itu sendiri dan konteks karya sastra lainnya.
Berdasarkan analisis didapatlah kenyataan bahwa esai sastra yang terdapat dalam Budaya Jaya (1968-1979) beragam apabila ditinjau dari aspek esais, objek esai, dan kecenderungan konteks esai sastranya. Para esais sebagian besar berkelahiran antara tahun 1930-1940-an, yang berarti mereka berusia sekitar 30-40 tahunan. Sebagian besar berjenis kelamin pria dan terdapat pula beberapa esais yang berkewarganegaraan asing.
Para esais sastra dalam Budaya Jaya masih menampakkan latar profesi kewartawanan atau jurnalistik, namun dengan tambahan profesi guru atau dosen di perguruan tinggi. Selain itu, sebagian besar esais adalah penyair dan yang sangat pruduktif menulis adalah Subagio Sastrowardojo. Kepenyairan para esais berpengaruh terhadap esai yang mereka tulis, sehingga sebagian besar berobjek puisi pula (34 judul).
Ketertarikan esais belum berpaling pada pesona puisi-puisi Chairil Anwar, meskipun mereka sudah mulai memperhatikan pascagenerasi Chairil Anwar, yaitu puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Dalam genre prosa dan drama terdapat beberapa karya yang menjadi fokus perhatian mereka, yaitu novel Ziarah karya Iwan Simatupang dan drama Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer. Dalam esai mengenai kriiik sastra teoretis, tampak juga bahwa metode analitik dan metode ganzheit masih tetap jadi topik pembahasan, seperti terlihat dalam tulisan Achdiat Kartamihardja dan Arief Budiman. Apabila kita kaitkan dengan fungsi majalah sebagai media informasi, maka fenomena semua ini dapat menunjukkan "arus sastra" yang berkembang di sekitar akhir tahun `60 sampai dengan akhir tahun `70-an.
Dari analisis dapat diketahui pula bahwa yang banyak ditulis adalah esai yang cenderung pada konteks karya sastra itu sendiri dan pada konteks realitas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa para esais dalam Budaya Jaya tartarik perhatiannya pada karya sastra, baik pada struktur formalnya maupun pada bahan atau isi yang dikandungnya. Ketertarikan pada unsur formal sastra, dapat juga dilihat dari sudut kepraktisan sebab unsur-unsur itulah yang tampak di depan mata esais sebagai unsur intrinsik yang selalu menyertai karya sastra. Sementara itu, ketertarikan mereka pada segi realitas atau kenyataan disebabkan oleh banyaknya karya sastra yang dianggap mencerminkan realitas yang ditangkap pengarangnya. Realitas yang demikian, tampaknya dapat ditangkap juga oleh para esaisnya yang sebagian besar mengakrabi dunia kepenyairan.
Penelitian ini telah memperlihatkan beberapa aspek esai yang terdapat dalam majalah Budaya Jaya dari terbitan perdananya (1968) hingga terbitan yang terakhir (1979). Selama lebih kurang sebelas tahun itu, Budaya Jaya telah memuat 73 esai sastra Indonesia yang ditulis oleh 36 orang esais. Apabila kita meninjau majalah tersebut dari konteks kekinian, maka Budaya Jaya telah menjadi masa lalu kita selama lebih kurang 25 tahun. Kita pun kini dapat melihat bahwa ada di antara esaisnya seperti Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, dan Umar Junus yang telah mengoleksikan esainya itu ke dalam bentuk buku. Akan tetapi, terdapat juga beberapa esais seperti Abdul Hadi W.M, Popo Iskandar, dan Satyagraha Hoerip yang tampaknya produktif menghasilkan esai pada majalah tersebut, namun belum mengumpulkannya dalam bentuk buku. Hal itu sudah sepantasnyalah menjadi agenda bagi pihak yang peduli terhadap tradisi esai sastra Indonesia sehingga dapat menindaklajutinya dengan penerbitan esai mereka ke dalam bentuk buku.

Budaya Jaya magazine represent the magazine of public culture published in monthly by Council of Artistry Jakarta (Dewar Kesenian Jakarta) since year 1968 till year 1979. Whether magazine and also the artistry council stand up blessing of culture wisdom from Governor Jakarta at that moment that is Ali Sadikin. Composition in type essay has separate rubric and as according to Budaya Jaya mission, essay loaded very immeasurable: dance, music, theatre, and cultural or artistic in general. However, article in the form of literary essay is very often emerging in its derivative. On that account, problem which will be expressed in this research is hit the picture of essay of Indonesian literary , especially which is concerning essayist, object essay, and tendency of context essay which written in Budaya Jaya.
Source of research data is all Budaya Jaya magazine which have been published since year 1968 till 1979, that is 134 edition which in it there are article of essay of Indonesian literary as much 73 title. Researches exploit the theory framework opened by Donald Keesey in book of Context for Criticism. Keesey is true not study the essay peculiarly, but at literary criticism. There are some reasons of framework of theory Keesey used in this research. The first, criticize and literary essay own the very hand in glove relation because both representing response to belles-lettres. Second, in tradition of Indonesian literary , as according to opinion HB.
Jassin, criticize the literature represent the part of literary essay. According to Keesey, scheme can assist us in defining, analyzing, and comparing immeasurable context as according to interpretation essayist at the time of writing literary essay. Pursuant to scheme Keesey, we can group five tendency of literary essay, as according to context becoming its orientation, that is author context, reader/audience context, reality context, context of itself work, and other literature context.
Pursuant to analysis got by fact that literary essay which is there are in Budaya Jaya (1968-1979) immeasurable if evaluated from aspect essayist, object essay, and tendency of its context literary essay. All essayists of most have birth among year 1930-1940's, meaning they have age to about 30-40's annual. Mostly have gender of man and there are also some essayist who has foreign civic too.
All essayists literature in Budaya Jaya still look the background of profession of journalism or journalistic, but additionally profession is teacher or lecturer in college. Others, most essayists are poet and very productive write like Subagio Sastrowardojo. Poets of all essayists have an effect on to essay that they write, so that most have object to poem also (34 title). Essays interest not yet looked away at glamour of poems Chairil Anwar, though they have started to pay attention to the next generation of Chairil Anwar, that is poems Sutardji Calzoum Bachri. In genre of prose and drama, there are some masterpiece becoming their attention focus that is novel of Ziarah of masterpiece of Iwan Simatupang and drama of Kapai-Kapai of masterpiece Arifin C. Noer. In essay of concerning theoretical criticism, visible also that analytic method and method ganzheit still become this topic of solution, like seen in article of Achdiat Kartamihardja and Arief Budiman. If we hook correlate with the magazine function as information media, hence phenomenon all this can show the "literature current" expanding around year-end 60's up to final 70's.
From analysis, knowable also that which is a lot of writes is an essay, which is in a mood for context of itself belles-lettres and reality context This matter can indicate that all essayists in interested by Budaya Jaya its attention at belles-lettres, its formal structure and also substance or content contained.
Interested to formal element of literature is also seen practical from the aspect of elements cause that's visible before very eyes essayist as intrinsic element, which always accompany the belles-lettres. Meanwhile, their interest at facet of reality or fact because the number of belles-lettres assumed minor the capturer reality its author. Such reality, seems earn be under arrest also by all chummy essayists mostly world poets.
This research have showed some aspect essay which is there are in Budaya Jaya magazine than its maiden derivative (1968) till last derivative (1979). During more or less that eleven year, Budaya Jaya has loaded 73 essay of Indonesian literary writes by 36 essayists. If we evaluate the magazine from context nowadays, hence Budaya Jaya have come to our past during more or less 25 year. We even also nowadays can see that there is among essayists like Subagio Sastrowardojo, Goenawan Mohamad, Sapardi Djoko Damono, Dami N. Toda, and Umar Junus collected those essays into book form. However, there are also some essayists like Abdul Hadi W.M., Popo Iskandar, and Satyagraha Hoerip, which productive to seem yield the essay at magazine, but not yet collected it in the form of book. That matter has proper become the agenda for party, which cares about to tradition of essay of Indonesian literary so that earn to follow-up with their publication essay into book form.

 File Digital: 1

Shelf
 Beberapa aspek-Full text (T11238).pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T11238
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten :
Tipe Media :
Tipe Carrier :
Deskripsi Fisik : xiii, 167 hlm. : ill. ; 30 cm.
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T11238 15-19-688637096 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 73676