Pelaksanaan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Sourtcurse) dalam penanggulangan penyakit tuberkulosis sudah dilaksanakan semenjak tahun 1995. Strategi ini merupakan strategi yang paling cost-effective dengan pencapaian kesembuhan yang tinggi (beberapa hasil penelitian menunjukkan pencapaian kesembuhan diatas 90%). Dalam pelaksanaan strategi DOTS ini, puskesmas ditetapkan sebagai ujung tombak program dengan target pencapaian cakupan pelayanan penderita secara nasional pada tahun 2000 adalah 70%. Permasalahannya adalah bahwa sampai saat ini (saat penelitian dilakukan) cakupan pelayanan penderita yang berhasil dicapai sangat rendah (secara nasional hanya 10%, dan di daerah penelitian adalah 30%). Berdasarkan kondisi tersebut, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: bila tingkat kesembuhan yang dapat dicapai dengan strategi DOTS ini sangat tinggi, mengapa cakupan pelayanan tuberkulosis di puskesmas sangat rendah, faktor apa saja yang mempengaruhi cakupan pelayanan penderita tuberkulosis di puskesmas, dan aspek sosial kultural apa saja yang mempengaruhi perawatan kesehatan penderita tuberkulosis.Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang berbentuk deskriptif interpretif, yang didasarkan pada data kualitatif dan data kuantitatif. Analisa dan penyajian data dilakukan secara kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipasi, dengan memanfaatkan pedoman wawancara mendalam sebagai alat pengumpulan data.Untuk ketajaman analisa, penelitian menggunakan dua kerangka berpikir. Pertama, kerangka berpikir yang dikemukakan oleh Foster (1986:50), terutama digunakan untuk memahami konsepsi masyarakat di daerah penelitian berkenaan dengan sehat dan sakit serta keputusan perawatan kesehatannya. Kedua, kerangka berpikir yang dikemukakan oleh Nico S. Kalangie (1994:5), terutama digunakan untuk memahami berbagai faktor yang mempengaruhi masyarakat (penderita tuberkulosis) dalam perawatan kesehatannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di daerah penelitian terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi perawatan kesehatan penderita tuberkulosis yaitu :1. Pengetahuan, terutama pengetahuan yang berkaitan dengan penyebab penyakit tuberkulosis. Beragamnya pengetahuan tentang penyebab penyakit tuberkulosis ini ternyata telah mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk tindakan perawatan kesehatan dan pilihan tempat berobat.2. Persepsi. Adanya bahwa penyakit tuberkulosis bukanlah penyakit berbahaya (terutama pada gejala awal), mengakibatkan sebagian besar masyarakat tidak melakukan perawatan secara serius.3. Masih adanya kepercayaan di masyarakat bahwa penyakit tuberkkulosis tidak bisa disembuhkan, sehingga tidak mempunyai semangat untuk berobat.4. Masih terdapat sikap kurang peduli dari sebagian besar masyarakat terhadap penyakit tuberkulosis terutama pada gejala awal penyakit tersebut.5. Berkaitan dengan faktor ekonomi adalah harga obat yang dianggap mahal oleh sebagian besar penderita tuberkulosis, terutama bila penderita penyakit tersebut harus mendapat perawatan di rumah sakit.6. Faktor aksesibilitas terhadap pelayanan kesehatan (puskesmas) relatif tidak terkait dengan kondisi geografis, melainkan dengan mahalnya biaya transportasi untuk mencapai pelayanan kesehatan yang harus menggunakan "ojek motor" khususnya ke puskesmas.7. Permasalahan yang dirasakan oleh mayarakat khususnya penderita penyakit tuberkulosis berkaitan dengan kualitas pelayanan adalah bahwa hasil pemeriksaan dahak di laboratorium yang tidak dapat langsung dilihat pada hari pertama kunjungan, tetapi harus menunggu 1-2 hari berikutnya. Kondisi ini bagi pihak penderita tuberkulosis jelas akan menjadi biaya tambahan (ongkos ojek) yang memberatkan mengingat tingkat ekonominya yang relatif rendah.Faktor-faktor sebagaimana tersebut di atas pada kenyataannya sangat berdampak pada rendahnya cakupan pelayanan kesehatan penderita tuberkulosis di daerah penelitian. Faktor lainnya adalah karena di daerah penelitian tersedia banyak tempat untuk memperoleh perawatan kesehatan atau pengobatan, sehingga masyarakat akan memilih tempat perawatan yang sesuai dengan kemampuan dan kepercayaannya. Dalam kasus penyakit tuberkulosis di daerah penelitian, ternyata selain puskesmas, mantri kesehatan merupakan tempat yang disenangi dan banyak dipilih sebagai tempat berobat. Kondisi ini juga didukung oleh strategi pencarian penderita secara pasif.Berdasarkan temuan penelitian tersebut, dan untuk meningkatkan pelayanan di masa datang maka perlu dilakukan penyuluhan secara rutin dan berkala, pencarian penderita secara aktif, serta ketersediaan tenaga penyuluh yang memiliki kemampuan komunikasi dan pengetahuan sosial kultural masyarakat. |