ABSTRAK Penelitian ini mengkaji dampak perilaku manajer terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini secara spesifik bertujuan mengungkap ; (I) Bagaimana perilaku manajer dalam mengalokasikan dana dan apa dampaknya terhadap nilai perusahaan. (ii) Apakah investasi yang deakukan telah sesuai dengan rencana yang telah dibuat. (iii) Hubungan konsistensi investasi dengan nilai perusahaan. Dalam kajian ini digunakan model untuk menguji hubungan antara ukuran perusahaan, porsi pembayaran dividen kas terhadap cashflow, porsi pembayaran bunga kas terhadap cashflow dan realisasi investasi terhadap rencana, sebagai variabel bebas di satu sisi, dengan nilai perusahaan di sisi lain. Sampel adalah 35 perusahaan di BEJ, melibatkan berbagai jenis industri yang melakukan emisi saham baru tahun 1990 meliputi rentang waktu 1990 sampai dengan 1996. Hasil analisa menunjukkan bahwa ukuran perusahaan dan porsi pembayaran bunga terhadap cashflow menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap nilai perusahaan. Porsi pembayaran dividen kas terhadap cashflow dan konsistensi realisasi terhadap rencana tidak berkorelasi secara signifikan dengan nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan berkorelasi positif dan signifikan dengan nilai perusahaan memberi indikasi bahwa peningkatan ukuran perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan, walaupun secara kuantitatif pengaruhnya tidak cukup sensitif. Adanya korelasi negatif antara Porsi pembayaran bunga terhadap cashflow dengan nilai perusahaan, menunjukkan bahwa peningkatan porsi pembayaran bunga terhadap cashflow akan menununkan nilai perusahaan, walaupun pengaruhnya tidak cukup sensitif. Temuan lain adalah bahwa realisasi investasi umumnya berada di atas rencana yang dibuat. Nampaknya keadaan ini adalah sesuatu yang biasa terjadi di Indonesia, Keadaan tersebut diduga karena tindakan manajer sudah merupakan cerminan restu dari pemegang saham yang berperan sebagai dewan komisaris. Dari temuan tentang dampak ukuran perusahaan, porsi pembayaran bunga terhadap cashflow dan penyimpangan realisasi investasi dari rencana tidak mendukung terdapatnya masalah agensi seperti yang diduga secara teoritis. Penulis menyimpulkan bahwa: Masalah agensi di Indonesia kemungkinan dapat dieliminasi akibat dari adanya peran komisaris yang cukup besar sebagai wakil pemegang saham, dalam pengambilan keputusan strategis pada perusahaan tersebut. Dengan demikian penelitian-penelitian mengenai masalah agensi di Indonesia mungkin perlu pendekatan yang lebih hati-hati yakni dengan mempertimbangkan seberapa besar peran para komisaris dalam keputusan manajerial. |