ABSTRAK Titik fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kondisi kualitas hidup penduduk di Indonesia dalam mempersiapkan dan menentukan skala prioritas pembangunan otonomi daerah. Secara spesifik diuraikan ranking dan indeks kualitas hidup menurut Propinsi, Kotamadya dan Kabupaten, mengetahui dan memilih lima daerah yang mempunyai ranking dan indeks terendah dan memberikan alternatif kebijakan.Penelitian ini didasarkan pada Teori Faktor Analisis, yang mampu memunculkan perbedaan relatif antar wilayah dengan memperhatikan kualitas hidup penduduk Indonesia. Adapun data yang dipergunakan adalah data Susenas 2000 yang berkaitan dengan kharakteristik rumah tangga seperti Pendidikan, Kesehatan, Aktivilas Ekonomi, Lingkungan Binaan dan Keluarga Berencana.Penelitian ini berhasil menguraikan perbedaan relatif antar wilayah. Pada tingkat propinsi diperoleh lima wilayah yang mempunyai ranking terendah yaitu Propinsi Nusa Tenggara Timur, Irian jaya, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara, sedangkan propinsi ranking tertinggi adalah Propinsi DKI Jakarta. Sedangkan lima wilayah yang mempunyai ranking terendah pada tingkat kotamadya adalah kotamadya Dumai, Tarakan, Medan, Tanjung Balai dan Pontianak, sedangkan kabupaten dengan ranking tertinggi adalah Kotamadya Jakarta Timur, namun untuk tingkat kotamadya tidak dibahas secara mendetail. Secara keseluruhan, daerah yang mempunyai status kotamadya mempunyai ranking lebih tinggi dan klasifikasi lebih baik dibandingkan dengan kabupaten Hal ini berkaitan dengan sarana dan prasarana pendukung di daerah kodya yang memang lebih baik, dan kondisi ini tidak terlepas pula dari pendapatan asli daerah (PAD) yang juga tinggi. Sehingga dalam pembahasan penentuan skala prioritas otonomi daerah lebih ditekankan kepada daerah kabupaten. Adapun wilayah kabupaten yang mempunyai ranking terendah adalah Kabupaten Sumba Barat, Yapen Waropen, Manokwari, Jayawijaya, Nabire dan Kupang sedangkan kabupaten dengan ranking tertinggi adalah Kabupaten Sleman.Dari hasil penelitian ini juga terurai kondisi dari masing-masing indikator dan variabel dasarnya, khususnya untuk wilayah kabupaten yang mempunyai ranking terendah yaitu : Kelemahan pada sektor pendidikan adalah belum sepenuhnya peduduk menyadari arti pentingnya bersekolah. Hal ini nampak dari masih rendahnya persentase angka partispasi murni (APM) SLIP, dan angka partispasi total (APT) SLTP, dan masih tingginya angka DO pada tingkat pendidikan SD, SLTP dan SLTA. Meskipun demikian, persentase penduduk yang mampu baca tulis dan mampu berbahasa Indonesia cukup tinggi. Kelemahan pada kualitas kesehatan terutama berkaitan dengan masih rendahnya bayi yang pernah mendapat imunisasi dan penolong kelahiran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Selain itu pengeluaran rumah tangga untuk makanan masih rendah, sehingga berdampak kepada rendahnya kemampuan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik yang disebabkan penduduk lebih mementingkan pengeluaran untuk makanan terlebih dahulu. Rendahnya aktivitas ekonomi nampaknya sangat berhubungan erat dengan rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan yang menyokong semua variabel diperhatikan baik untuk TPAK wanita yang bekerja maupun pengeluaran utk non makanan kecuali yang ikut koperasi. Rendahnya kondisi lingkungan binaan terutama nampak dari rumah tangga yang belum mempunyai WC sendiri dan rumah tangga yang belum menggunakan air minum yang memenuhi kesehatan. Bila dilihat dari indikator KB menunjukkan bahwa semua kabupaten mempunyai nilai rendah, bahkan Kabupaten Sleman yang mempunyai ranking tertinggi pun tidak ada bedanya.Adanya pengaruh dari kondisi kualitas pendidikan, kesehatan dan aktivitas ckono+ni, lingkungan binaan dan keluarga berencana terhadap penilaian terhadap kualitas hidup penduduk Indonesia terbukti dari hasil analisis yang telah dilakukan. Namun, pengaruh dari kondisi kualitas sektor tadi tidak terjadi secara individual artinya pengaruh yang terjadi karena adanya keterkaitan satu sama lain terutama berkaitan dengan kondisi sosial budaya setenlpat yang juga bisa berpengaruh kuat terhadap kondisi kualitas hidup. Oleh sebab itu untuk memaknai peringkat indikator kualitas hidup manusia ini perlu kearifan dan kehati-hatian, karena pada dasarnya nilai tersebut merupakan suatu nilai yang tidak berarti mutlak. ABSTRACT The focus of this research is to know the condition of the citizen life quality in Indonesia to prepare and to decide the priority for the development territory autonomy. For more specific analysis and the quality index of life devide by Province, Kotamadya, and Kabupaten, knowing and choose five territory that have lowest rank and index and to give alternative policy.This research base on the Factor Analysis Theory, from this theory we can know the relative difference on each territory with a close look to the quality of live for every Indonesia citizen. The data that we use is the data Susenas 2000 that include the household characteristic such as Knowledge, Health, Economy Activity, Neighborhood Construction and Family Planning Programs.This research has succeed to know the relative difference in every territory. For the province stage we have five territory that have the lowest rank that is Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara and Maluku Utara, and then the province who have the highest rank is DKI Jakarta. The territory that have the lowest rank for Kotamadya stage is Kotamadya Dumai, Tarakan, Medan, Tanjung Balai and Pontianak, and the Kotamadya that have the highest rank is Kotamadya Jakarta Timur, but for the Kotamadya stage we don't explain more details. From all, the territory that have the Kotamadya status have the highest rank and have the better classification than the Kabupaten. This have the relation with the medium and the infrastructure that support the Kotamadya territory is better, and this condition also involve the own income for the territory (PAD) that also high. Therefore in the discussion to decide the scale priority for the territory autonomy is more emphasized for the Kabupaten areas. The Kabupaten that have the lowest rank is Kabupaten Sumba BaratYapen Waropen, Manokwari, Jayawijaya, Nabire and Kupang while the Kabupaten with the highest rank is Kabupaten SlemanFrom this research also explained about the condition from every indicator and the basic variables, especially for the Kabupaten area that have the lowest rank that is : The weakness on the education sector that not all citizen realized how important school. This problem occurred that the percentage pure number participation (APM) SLTP, and the total number participation (APT) SLTP, is still low, and that the DO number on SD,SLTP and SLTA education stage is still high. AIthough, the percentage the citizen who can read write and can speak Indonesian language are high enough. The weakness on the health quality involved with the immunization for the baby is still low and the nurse who help the baby born is still low. Beside that the outcome for the food is still low, therefore its effect the ability for the people to get a good serve in health that makes the citizen spend their money on food first. The low economy activity really connect with a low job opportunity that very important for each variable notice good for TPAK, women that work or spend money not for food except who joined cooperation. The low condition of neighborhood construction notice that not every house have a own Toilet and house who doesn't use drink water that healthy if we see from the family planning programs indicator show that all Kabupaten have a low value, even Kabupaten Sleman that have the highest rank have no different.The influence of the quality condition of education, health, and economy activity neighborhood construction and family planning programs to the judgment of the life condition of citizen in Indonesia proofed from the analysis result that has been done But, the influence from that quality condition sector doesn't happen individually that means that the influence that happen because of a connection on each other eventually connected with social condition and culture that can have a strong influence also to the life quality condition. Therefore to explain the meaning of stage indicator of human life quality have to be wisely and extra careful, because on the basic this value are a value that don't mean absolute. |