ABSTRAK Akibat kemajuan jaman, masyarakat, maupun teknologi mengundang suatu permasalahan tersendiri dalam hal pemanfaatan waktu luangnya. Aneka ragam produk negara maju, baik yang berbentuk fasilitas maupun budaya, telah diadopsi oleh masyarakat yang siap atau tidak siap harus bertanggung jawab terhadap kansekuensi penggunaan produk ini (Sukadji, S, 1990). Banyak ahli ilmu sosial menganggap pertunya bimbingan terutama yang menyangkut penggunaan untuk mengisi waktu luang bagi remaja, khususnya pelajar SMU. Sering dijumpai remaja-remaja yang masih berseragam sekolah berkeliaran di pusat perbelanjaan atau bergerombol di tepi jalan melihat orang-orang yang berlalulalang. Kegiatan semacam ini dirasakan kurang bermanfaat dan dapat menimbulkan berbagai masalah sosial, seperti mengganggu ketentraman, perkelahian dll. Bukanlah tidak mungkin dari berbagai situasi yang tidak nyaman seperti sekarang ini, keterlibatan siswa dalam tawuran merupakan wujud dari kurangnya pemanfaatan waktu luang secara maksimal. Dugaan ini dapat ditinjau lebih jauh melalui salah satu manfaat sosial dari pengisian waktu luang. Pelajar yang lebih sibuk dan menyukai kesibukan, umumnya memiliki waktu luang yang membuat Mareka cenderung kurang berminat pada kegiatan-kegiatan yang tidak berguna. Pengisian waktu luang yang kurang terarah, akan mendesak kegiatan yang kurang terarah seperti perbuatan negatif, merusak ataupun keterlibatan mereka pada tawuran. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (dalam skripsi Dewi D.R. Kumala, 1979) bahwa waktu luang yang tidak dimanfaatkan dengan baik dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh yang buruk bagi remaja. Dan berbagai penelitian tampak bahwa makin bertambahnya usia dan tingkat pendidikan seseorang ternyata tidak hanya IQ (kecerdasan) yang berpengaruh pada prestasi akademik seseorang. Temyata ditemukan dimensi lain yang juga berpengaruh pada prestasi akademik (keberhasilan dalam akademik) seperti kepribadian, minat, motivasi dll. yang sebetulnya dapat diperoleh melalui pengisian kegiatan waktu luangnya. Hal ini bisa dimengerti karena pengisian waktu luang dapat bermanfaat untuk pengembangan diri, menambah pengetahuan juga memperluas pergaulan (Mursitolaksmi, 1988). Pengertian waktu luang masih diasosiasikan sebagai waktu dimana seseorang tidak melakukan sesuatu atau saat orang bermalas-malasan, saat orang melakukan sesuatu seenaknya tanpa tergesa-gesa dan tidak perlu serius (Sukadji, S, 1990). Di lain pihak jika ditinjau dan kegiatan formal maupun non-formal, maka waktu luang adalah waktu di luar jam kerja atau sekolah, di luar kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh keluarga dan masyarakat, kegiatan makan, tidur atau istirahat dan pemenuhan kebutuhan fisiologis lainnya (Catursari, 1990). Penelitian mengenai kegiatan waktu luang, khususnya siswa SMU (sekolah menengah umum) yang dibandingkan dengan siswa SMUK (sekolah menengah umum kejuruan) memang masih sedikit. Ditinjau dan sistem pendidikan (kurikulum), maupun lingkungan antara SMU dengan SMUK, tampaknya ada karakteristik yang berbeda antara siswa dan SMU dan SMUK. Dimana siswa SMUK sudah banyak tertuju pada hal-hal yang lebih khusus sejak mereka menduduki kelas 1, misalnya SMEA, STM, SMT atau SMIP di yang masing-masing terdiri dari beberapa rumpun atau bidang kekhususan dan akan lebih banyak menerima materi pelajaran yang berkaitan dengan jurusannya. Sementara siswa SMU lebih banyak menerima materi pelajaran yang bersifat umum sampai menduduki kolas 2 SMU, Perbedaan penerimaan materi pelajaran bar terlihat begitu siswa memasuki penjurusan di kelas 3 SMU, yaitu pada saat mereka di juruskan ke IPS, IPA atau Bahasa. Perbedaan ini kemungkinan besar juga akan membedakan dalam hal pengisian waktu luang mereka. Berdasarkan laltar belakang masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan ?Bagaimana gambaran kegiatan waktu Iuang antara siswa SMU dengan siswa SMUK" dan ?Bagairnana gambaran pengisian waktu Iuang siswa SMU maupun SMK berkaitan dengan jurusannya masing-masing?" Dan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi praktisi, khususnya guru bimbingan di sekolah baik SMU maupun SMUK agar kegiatan bimbingan waktu luang dapat diperkenalkan/ditingkatkan sehingga para siswa dapat diarahkan ke kegiatan yang positif sesuai dengan minat mereka. Dengan demikian diharapkan kegiatan yang tidak bermanfaat yang dilakukan pelajar dapat berkurang. Selain itu dengan kegiatan bimbingan ini, diharapkan siswa dapat memiliki gambaran yang lebih nyata mengenai kematangan karirnya, karena pemilihan kegiatan waktu luang juga banyak berkaitan dengan minat seseorang. Penelitian ini dilakukan pada 489 siswa kelas 2 SMU/SMK di Jakarta, yaitu: SMUK 7, SMU YPM, SMU Muhammadiyah 14, Madrasah Aliyah Negeri 7 Lenteng Agung, SMUT Al-lzhar, SMK 29, SMK 57, dan SMK YPM. Seluruh siswa diberikan kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan tertutup yang harus dijawab oleh siswa. Kemudian data yang terkumpul diolah dandi analisa berdasarkan perhitungan frekuensi dan % jawaban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Gambaran kegiatan waktu luang antara siswa SMU dengan SMUK, maupun antara jurusan dan masing-masing SMU dan SMUK tampak tidak jauh berbeda. Kegiatan olahraga maupun kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan rumah merupakan kegiatan yang umumnya dipilih oleh siswa SMU maupun SMUK. Hal yang menarik dan penelitian ini adalah bahwa bagi siswa SMU kegiatan ekskul merupakan kegiatan yang cukup diminati sebagai kegiatan di luar sekolah selain kegiatan mengerjakan tugas sekolah dan tugas rumah. Sementara bagi siswa SMUK justru tidak memiliki kegiatan di luar sekolah lebih diminati daripada mengikuti kegiatan ekskul. Kegiatan belajar di rumah umumnya dilakukan di malam hari selama 1-2 jam.Kegiatan waktu luang cukup positif bagi siswa dimana selain dapat menambah pengetauan juga untuk pengembangan diri. Ada pula yang menganggap dapat menambah teman. Namun hal yang perlu dicatat adalah, ada segelintir siswa yang menganggap kegiatan waktu luang sebagai sesuatu kegiatan yang membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat. Tampaknya sebagian besar siswa menganggap bahwa kegiatan waktu luang yang mereka piiih merupakan pilihan mereka sendiri, dan oleh karena itu juga berhubungan dengan hobi mereka. Berdasarkan basil penelitian tersebut, maka disarankan agar diperluas ke sejumlah siswa lain agar perbandingan antara siswa SMUN, SMU swasta, SMUK maupun SMU Beragama dapat seimbang, sehingga dinamika jawaban dari setiap sekolah dapat lebih tampak. Selain itu beberapa pertanyaan dapat diperluas dengan pertanyaan lain, seperti alasan mengapa siswa memilih beberapa kegiatan tertentu atau tidak memilih kegiatan apapun di luar kegiatan sekolahnya, atau mengapa siswa memiliki kegiatan belajar yang tidak tentu. Dengan mengetahui alasan jawaban siswa, akan lebih mudah bagi berbagai pihak untuk menciptakan suatu kebiasaan akan pentingnya membagi/mengatur waktu antara kegiatan sekolah dan di luar sekolah. Sebagai suatu kegaitan yang positif sebaiknya sekolah, atau guru khususnya, bahkan keluarga (orangtua) perlu menunjang siswa untuk mengisi kegiatan waktu luangnya. Sebab seperti telah diutarakan kegiatan apapun yang dipilih seseorang tidak dapat dilepaskan dan dukungan keluarga dan pihak sekolah selain penyediaan sarana juga dorongan untuk mengikuti kegiatan tertentu. Disamping itu sebaiknya kegiatan bimbingan waktu luang maupun bimbingan karir perlu diperkenalkan pada siswa SMU agar siswa juga belajar menghargai waktu dan dapat mengatur waktu secara efektif dan proporsional dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Tentunya orangtua maupun pihak sekolah juga perlu menunjukkan bahwa pengisian kegiatan waktu luang tidak harus berkaitan dengan sesuatu yang sifatnya akademis, tetapi juga perlu diimbangi dengan hal-hal lain yang menunjang hobi mereka. |