:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Persepsi komunitas arsitek mengenai pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan : Studi kasus arsitek di Jakarta

Sigit Wijaksono; Kasumbogo Untung, supervisor; Sulistyawati, supervisor (Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998)

 Abstrak

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan sumberdaya bambu tarbesar di dunia di samping Cina dan Jepang. Bambu merupakan tanaman yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Kegunaan tanaman bambu; batangnya mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan yaitu kuat, keras, ringan, ukurannya beragam dan mudah dkerjakan. Pemanfaatan bambu di Indonesia sudah berlangsung sangat lama dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat khususnya di perdesaan. Selain dimanfaatkan dalam industri kecil dan rumahtangga, bambu dapat Pula dimanfaatkan sebagai bahan bangunan karena hampir semua bagian pada bangunan rumah dapat dibuat dari bambu. Di Indonesia sekitar 80% batang bambu dimanfaatkan untuk bidang konstruksi. Selebihnya dimanfaatkan dalam bentuk lainnya seperti kerajinan, perabot rumahtangga, sumpit, industri kertas serta keperluan lainnya.
Bambu merupakan suunberdaya alam hayati serba guna di Indonesia bukan hanya dimanfaatkan untuk pembuatan industri kecil atau rumahtangga juga untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Di samping memiliki manfaat ekonomi juga manfaat ekologis dan sosio-budaya. Sebagai sumberdaya alam yang dapat diperbarui bambu memiliki beberapa keunggulan seperti cepat tumbuh, produksi tinggi dan umur panen yang relatif pendek, juga rumpunnya dapat melindungi fungsi tanah, yaitu mengurangi penguapan dan meningkatkan kapasitas perembesan, sehingga kapasitas air tanahpun meningkat, perakararurya meningkatkan stabilitas tanah sehingga berpengarnh baik untuk konservasi air dan tanah.
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup menetapkan strategi nasional pelestaiian dan pemaufaatan bambu secara berkelanjutan di Indonesia. Salah satu kendala yang paling mendasar dalam upaya pelaksanaannya adalah berkembangnya persepsi pemerintah dan masyarakat yang tidak tepat terhadap bambu dan cenderung diremehkan. Sebagian besar masyarakat maupun pemerintah masih beranggapan bahwa produk-produk yang terbuat dari bambu menunjukkan citra kejelekan dan kerniskinan scperti rumah yang dibuat Bari bambu selalu dihubungkan dengan ringkat kemiskinan penghuni rumah. Dengan kata lain bambu masih dianggap sebagai "Timber for the poor" (Kayo untuk si Miskin). Demi tereapainya tujuan strategi nasional tersebut selain peran pemerintah juga dituntut peranserta masyarakat.
Arsitek sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mempunyai peranserta yang sama dengan masyarakat lainnya dalam upaya mencapai tujuan dalam UU No.5,1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya serta Strategi Nasional Pelestarian dan Pemanfaatan Bambu secara Berkelanjutan. Arsitek saat ini dikenal sebagai seorang yang ahli dalam merancang bangunan serta mengawasi pelaksanaan pembangunannya Untuk merancang bangunannya arsitek harus menguasai ilmu konstruksi bangunan dan mengenal sifat-sifat bahan bangunan serta menata bentuknya.
Permanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih sangat terbatas sekali. Secara bertahap mulai menghilang dari gaya hidup masyarakat Indonesia akibat cara hidup yang berubah. Salah satu alasan yang utama adalah bahwa bambu sering rusak dan mudah dimakan rayap. Alasan lainnya adalah meningkatrrya pembangunan rumah-nunah dengan gaya Arsitektur Baru.
Perkernbangan pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan di masa depan mulai diperhatikan lagi sejak masalah lingkungan menjadi perhatian dunia, maka ini akan memberikan suatu kesempatan yang baik bagi bambu untuk dipertimbangkan lagi pemanfaatannya. Perumahan yang dibangun berdasarkan sistem ramah lingkungan dan, sistem rumah traclisional sebsiknya dihidupkan kembali namun dengan cara-care yang sesuai dengan kebutulran masa kini. Di dalam rumah dapat dilihat bambu digunakan untuk atap, langit-langit, lantai, tiang, dinding, jendela dan pintu. Bambu mudah diperbanyak dan cepat tumbuh. Dengan mempertimbangkan pcnggunaan yang hanya membutuhkan proses dan energi yang sedikit maka bambu dapat diinanfaatkan sebagai bahan bangunan yang aman terhadap lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil penelitan survei yang dilakukan di Jakarta, diperoleh gambaran bahwa persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan masih rendah. Persepsi arsitek menunjukkan bahwa mereka masih menganggap bahwa bambu belum dapat memenuhi kebutuhan rumah masa kini, terutama untuk rumah menengah di Jakarta. Scbagian besar dan arsitek menunjukkan sikap setuju terhadap pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan penganti kayu, namun motivasi mereka untuk memanfaatkannya sebagai bahan bangunan masih rendah. Mereka hanya memanfaatkan jika ada permintaan khusus dari pelanggannya.
Hasil uji analisis statistik menunjukkan adanya pengaruh yang nyata antara pengetahuan arsitek tentang bambu sebagai bahan bangunan dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatannya. Secara keselunihan dapat disimpulkan bahwa rendahnya persepsi arsitek tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangutan sebagian besar diakibatkan oleh terbatasnya pengetahuan atau informasi tentang bambu sebagai bahan bangunan yang diperoleh. Untuk meningkatkan pemanfaatan bambu di masyarakat khususnya di kalangan arsitek kiran ya perlu diadakan pemasyarakatan tentang pemanfaatan bambu sebagai bahan bangunan seita peranamtya dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.

ABSTRACT
Community Of Architects Perception On The Uti1ization Of Bamboo As Building Material. (Case Study Architects In Jakarta)Indonesia is one of the countries with the largest bamboo resource in the world, beside China and Japan. Bamboo plants have been known by people. The benefit of bamboo plant is: the cuirn has advantageous properties i.e. strong, hard, lightweight, various in size and easy to process. The utilization of bamboo in Indonesia has been so long and became a part of life especially in rural area. Except for small and household industries, bamboo is used as building material because almost all part of houses can be made from it. Inside houses one can see bamboo used for roofs, ceilings, floors, walls, windows, pillars and doors. In Indonesia 80% bamboo culm is used for construction. The remainder is used for handicraft, furniture, chopsticks, pulp and paper industries etc.
Bamboo as multipurpose natural resource in Indonesia is not only used in industrial but also in environmental conservation. Besides economical, bamboo has also ecological and socio-cultural benefit As renewable natural resource, bamboo has many advantages i.e. fast is growth, high production, the clump can provide land function, that is reducing evaporation and increase infiltration capacity with the result of groundwater capacity increased. The roots increase land stability so that it gives good influences to water and land conservation.
Ministry of State Environment determined national strategy for sustainable conservation and utilization of Bamboo in Indonesia. The main constraint is the wrong goveiximent's and people's perception about bamboo and tends to be neglected. A large part of government and people stillgard bamboo products as giving bad image and poverty like bamboo houses always related to poverty with word's bamboo as timber for the poor. To achieve the aim in national strategy beside government role is also demanded people's participation.
Architects as part of the society are also demanded to have the same -participation in attempt to achieve the aim in Act Number 5 of 1990 about Conservation of Living resources and their ecosystems and national strategy. Architect recently has been known as an expert in building design and supervisor the construction. To design the building the architect should master the construction and building material properties, and also to compose the form.
The use of bamboo as building material still remains limited. It has gradually disappeared from people's lifestyle as the way of living changed. One major reason for this is that bamboo materials are often damaged by insects, while another is the increase of western style houses. Since environmental problems have become the concern of the world these give an opportunity for bamboo being considered, housing based on environment-friendly system.
Based on survey done in Jakarta is concluded that the architects perceive that bamboo can not fully meet the needs of modern houses , especially for middle class houses in Jakarta. Most of architects agree to utilize bamboo as building material in place of wood, however their motivation to use bamboo as building material is low. They only use bamboo if there is a special request from the client.
Statistics test showed there is significant influences between architect's knowledge of bamboo as building material and sustainable development to their utilization toward sustainable development. In conclusion, the low scale of architect's perception on the utilization of bamboo as building material is caused by limited knowledge and information on bamboo. To increase the utilization of bamboo in the society especially architects it seems that it is necessary socialize the utilization of bamboo as building material toward sustainable development.

 File Digital: 1

Shelf
 T10064-Sigit Wijaksono.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resources
Deskripsi Fisik : xii, 107 pages : illustration ; 29 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-18-448766645 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 77433