ABSTRAKSalah satu cara yang dapat digunakan untuk menentukan keadaan gizi seseorang adalah dengan mengetahui Indeks Massa Tubuh (IMT). Keadaan gizi (kurang atau lebih) terjadi karma kegagalan mencapai gizi seimbang. Penderita gizi kurang merupakan akibat dari konsumsi energi yang tidak cukup, sedangkan penderita gizi lebih adalah merupakan akibat dari konsumsi energi yang berlebih. Selanjutnya keadaan gizi, temyata bukan hanya ditentukan oleh konsumsi energi saja tetapi juga ditentukan oleh komposisi zat gizi yang dikonsumsi sehari-hari.Penelitian ini merupakan bagian dari survei status gizi orang dewasa di 12 Kota Besar di Indonesia yang merupakan kerja sama antara Departemen Kesehatan RI dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) orang dewasa di Kotamadya Padang dengan desain penelitian potong-lintang (Cross Sectional). Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 1-13 Juli 1996. Sebagai sampel adalah orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih sebanyak 499 orang. Sebagai variabel dependen adalah IMT dan veriabeI independen adalah konsumsi makanan yaitu total energi, persentase karbohidrat dari total energi dan persentase lemak dari total energi. Disamping itu juga diperhatikan variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktifitas fisik, tingkat ekonomi, keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat, bivariat dan muitivariat dengan Multiple Regressi Linier.Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata IMT orang dewasa adalah sebesar 22.53 ± 5.14. Disamping itu diketahui juga bahwa prevalensi gizi kurang pada orang dewasa adalah sebanyak 15,4 % sedangkan prevalensi gizi lebih sebanyak 25.6 %. Rata-rata konsumsi total energi adalah 1 885 Kalori, rata-rata persentase karbohidrat dari total energi sebesar 64.90 % dan rata-rata persentase lemak dari total energi sebesar 23.30%. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna dengan IMT adalah total energi, persentase karbohidrat dari total energi, persentase lemak dari total energi, jenis kelamin, tingkat ekonomi. keadaan kesehatan dan kebiasaan merokok. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan IMT adalah persentase lemak dari total energi.Serdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar pengambil keputusan bidang kesehatan mulai menyusun program pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang dan gizi lebih pada orang dewasa. Program yang mungkin dilakukan adalah program penyuluhan pada siswa Sekolah TK, SD, SLTP dan SLTA melalui kegiatan UKS dan pada orang dewasa lainnya melalui organisasi kemasyarakatan, perkantoran dan perusahaan. Selain itu disarankan juga agar dalam melaksanakan pemasyarakatan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), penjelasan tentang jumlah konsumsi makanan terutama persentase lemak dari total energi dapat diberikan angka yang spesifik menurut keadaan gizi sasaran. Saran untuk peneliti yang akan mempelajari faktor yang mempengaruhi IMT, agar mengukur aktifitas fisik dengan menggunakan metode yang lebih tepat atau melakukan modifikasi dari formulir Baecke yang digunakan dalam penelitian ini sehingga sesuai dengan kondisi orang Indonesia. Disamping itu disarankan juga agar mengukur faktor keluarga atau keturunan, tingkat hormonal dan emosi.Daftar Pustaka: 64 (1978 - 1996) Relationship Between Dietary Intake and Body Mass Index (BMI) in Adults in Padang 1996Measuring Body Mass Index (BMI) is one of the methods used in nutritional status assessment. Undernutrition and overnutrition are outcomes of failure in meeting energy balance. If energy intake is less than the body need the result is undernutrition, and overnutrition occurs when energy intake exceeds the energy expenditure. Beside, nutrition status is not only 'determined by total energy intake but also by the daily nutrient composition in the diet.The aim- of this study is to find- out the relationship between dietary intake and BMI in adults in Padang. Design of the study was across sectional and data were collected in July, 1996. Total sample were 499 persons aged 18 years old or more. BMI is the only dependent variable while dietary intake that consists of total energy, percentages of carbohydrate and of fat to total energy are the independent variables. Beside age, sex, education and economic levels, physical activity, health condition and smoking habit were observed too. The data analyses done were univariate, bivariate and multivariate which was multiple linear regression.This study showed that average BMI was 22,53 ± 5,14 and the prevalence of undernutrition was 15,4 % while overnutrition was 25,6 %. The average of total energy intake was 1885 calories which of 64,90 % comes from carbohydrate, and 23,30 % from fat. Bivariate analysis showed that there was a correlation between BMI and total energy intake, percentage of energy from carbohydrate and fat, sex, economic levels, health condition and smoking habit. Multivariate analysis showed that the most dominant variable in predicting BMI in adults was the percentage of energy from fat.Based on the findings it is suggested that Ministry of Health should arrange prevention program for undernutrition and overnutrition started from preschool children, elementary, junior and senior high schools through School Health Program. For adult population such program could be integrated through community organizations and offices. Beside that, it is also suggested that in the implementation of the Indonesian Nutrition Guideline (Pedoman Umum Gizi Seimbang) especially for fat intake should be explained carefully according to the target group. Suggestion for the researcher is that the measurement of physical activity by Baecke in the study of factors which influence BMI in Indonesia should be adjusted and modified; and also genetic, hormonal and emotion factors should also be taken into consideration. |