Penelitian ini berawal dari pemikiran bahwa berdasarkan data BPS jumlah pekerja wanita tercatat ± 11,5 juta pada tahun 1971, tahun 1990 bergerak naik menjadi ± 25,9 juta dan tahun 1993 jumlah pekerja wanita meningkat mencapai ± 30,5 juta. Begitu pula jumlah manajer wanitanya meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 1990. Fakta ini menggambarkan bahwa wanita di Indonesia yang duduk dalam kepemimpinan di sektor publik adalah suatu kenyataan. Namun, sekalipun jumlah tenaga kerja wanita dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari segi jumlah, mereka tetap saja tidak diperhitungkan sebagai 'human capital investment' yang tinggi, kesempatan untuk berperan dalam posisi manajerial tetap terbatas. Keterbatasan ini sering dibahas dari sudut stereotipi saja, sehingga yang menjadi titik beratnya cenderung ciri-ciri pribadi saja. Padahal bila membahas masalah bekerja, pengaruh-pengaruh di luar diri si pekerja tersebut seharusnya ikut dibahas pula. Melalui penelitian ini dikaji faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan karir ke tingkat manajerial meialui promosi dan hubungannya dengan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu seperti: lingkungan kerja, lingkungan rumah, pengalaman kerja sebelumnya, sosialisasi masa kecil dan faktor yang berasal dari individu itu sendiri, yaitu: ciri-ciri pribadi. Berdasarkan kajian teori psikologi wanita yang dipadu dengan sudut pandang teori-teori manajemen sumber daya manusia, diajukan sepuluh hipotesis untuk diuji kebenarannya. Penelitian ini dilakukan tidak hanya pada pekerja wanita saja, tetapi juga pada pekerja pria tingkat manajerial dan non menajerial agar dapat diperoleh masukan yang lebih kaya. Subyek penelitian diambil dari perusahaan-perusahaan Badan Usaha Milik Negara, yaltu PT Wijaya Karya dan PT Pembangunan Perumahan. Hasil penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi berganda dan uji - T, menunjukkan bahwa baik dalam kenaikan jabatan tingkat manajerial maupun promosi dalam tingkat manajerial, kelima variabel independen dan jenis kelamin memberikan sumbangan yang berarti. Dalam kenaikan jabatan tingkat manajerial terlihat bahwa pengaruh lingkungan kerja berbeda antara pria dan wanita. Didukung oleh hasil perbandingan melalui uji -T diperoleh pula bahwa pekerja pria tetap mendapat kesempatan yang lebih banyak dibanding dengan pekerja wanita. Didukung pula oleh analisa item-item kualitatif ternyata kesempatan-kesempatan yang lebih tinggi lebih banyak diperoleh pekerja pria dibanding wanita. Sehingga dengan perkataan lain adanya diskriminasi antara pria dan wanita masih terlihat. Untuk promosi dalam tingkat manajerial, variabel lingkungan rumah yang memberi pengaruh berbeda antara pria dan wanita. Untuk pria lingkungan rumah mempunyai dampak negatif terhadap promosi dalam tingkat manajerial, sedangkan untuk wanita berdampak positif. Hasil analisis kesempatan untuk promosi ke tingkat manajerial dan besaran peningkatan dalam tingkat manajerial keduanya memberikan hasil yang tidak signlfikan. Berdasarkan ternuan penelitian ini diajukan saran agar perusahaan tidak perlu ragu untuk mengembangkan lingkungan kerja sebagai upaya pengembangan karir sumber daya manusia sumber daya manusianya, suatu analisis kebutuhan pelatihan bagi pekerja perlu disiapkan sehingga perusahaan tidak perlu ragu untuk mengembangkan pekerja-pekerja wanitanya. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dalam skala yang lebih besar, subyek penelitian dan jenis perusahaan yang lebih bervariasi dengan menggunakan metode pengumpulan data secara lebih terpadu. Selanjutnya hasil penelitian ini hendaknya dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan untuk menyusun strategi peningkatan pekerja-pekerjanya sehingga tidak ada pembatasan-pembatasan bagi pekerja wanita. Untuk itu pula perlu diikuti dengan perubahan kelembagaan sosial budaya lain yang memiliki potensi mendukung. |