ABSTRAK Kasus Hepatitis E pertama kali tercatat di Indonesia pada tahun 1978, yaitu ketika sebuah penelitian Kejadian Luar Biasa Hepatitis di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat menemukan 4 kasus Hepatitis E. Penyakit ini kemudian menimbulkan Kejadian Luar Biasa di kabupaten Sintang pada tahun 1991, dengan jumlah kasus tercatat sebanyak 1262 kasus dan 12 kematian. Agar penyakit Hepatitis E ini tidak lebih meluas, maka usaha pencegahan dan penanggulangan membutuhkan sebuah penelitian untuk mengetahui gambaran epidemiologi dan faktor risiko dari penyakit Hepatitis tersebut. Penelitian untuk maksud diatas menggunakan studi kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 65 kasus dan 65 kontrol. Analisa data yang terkumpul, menggunakan cara analisa deskriptif untuk mendapatkan gambaran epidemiologi. Sedangkan untuk mengetahui faktor risiko dan peranannya dalam penularan kejadian Hepatitis E mengunakan analisa univariat, bivariat dan multivariat. Gambaran epidemiologi menunjukan bahwa distribusi frekuensi kasus terbesar di desa Nyangkom (23.08%), kasus laki-laki lebih banyak (53.85%) dari perempuan (46.15%), sebagian besar kasus (78.46%) berusia antara 19 - 45 tahun, kasus yang tidak sekolah adalah paling banyak (66.15%), sebagian besar kasus menggunakan air sungai sebagai sumber air utama (86.15%) dan frekwensi distribusi kasus mencapai puncaknya pada bulan Agustus 1991 (36.92%).Analisa memberikan hasil bahwa air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (OR=4.20, CI 95% 1.75 ; 10.18), dan adanya orang serumah yang sakit (0R=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) berperan dalam penularan kejadian Hepatitis E dengan dampak terbesar adalah air bersih mentah yang dipergunakan untuk minum (AR=76.19%). Peran faktor risiko lain diluar dari yang telah disebutkan diatas masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Sedangkan untuk penanggulangan dan pencegahan membutuhkan usaha pendidikan kesehatan tentang cara mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.The Contamination Risk Factor with respect to the Hepatitis E Incident in the Regency of Sintang, West Kalimantan, in the Year 1991Hepatitis E was first recorded in Indonesia in 1978, when a survey on Hepatitis outbreaks in the Regency of Sintang, West Kalimantan, found 4 cases of Hepatitis E. An outbreak of this disease subsequently occurred in the Regency of Sintang in 1991, during which as many as 1262 cases with 12 deaths were recorded. To prevent the further spread of this Hepatitis E, efforts were made by carrying out an epidemiology study of the disease's risk factor. For this purpose, a case control study was conducted, using 65 cases and 65 controls. To get a picture of the epidemic traits, a descriptive analysis was made on the collected data, whereas a univariate, bivariate and multivariate analysis was applied in order to find the risk factor and its role in the Hepatitis E contamination incident The finding on the epidemic traits showed the following frequency distribution : the largest number of showed the following frequency distribution : the largest number of cases occurred in the village of Nyangkom (23.08%), the number of the cases on males (53.85%) exceeds that on females (46.15), the majority of the cases occurred to victims of 19 - 45 years of age (78.46%), the biggest number affected non-school goers (66.15%), most of which use the river as their main source of water supply (86.15%) and the case distribution frequency reached its peak in August, 1991 (36.92%).The analysis rendered the following result : uncooked drinking water (OR=4.24, CI 95% 1.75 ; 10.18) and the fact that a house-mate is sick (OR=1.85, CI 95% 1.13 ; 3.90) have a role in the Hepatitis E contamination incident, but that uncooked drinking water has the biggest share (AR=76.19%). Further studies still need to be carried out to discover the role of risk factors other than those mentioned above. Preventive and corrective action needs be taken, by educating the community on healthy living, in particular by showing them ways to obtain clean water for their daily use. |