:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Persepsi "kepadatan" bagi masyarakat Kalianyar : studi kasus perkampungan kumuh di DKI Jakarta

Tina R. Soedarno; Boedhihartono, supervisor; Meutia Farida Swasono, supervisor; S. Boedhisantoso, examiner; Anto Achadiyat, examiner; Iwan Tjitradjaja, examiner (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997)

 Abstrak

Kepadatan penduduk di perkotaan akan terus meningkat dan menjadi masalah yang sangat serius di masa yang akan datang. Terbatasnya lahan yang tersedia di kota bagi penduduk yang berpenghasilan rendah dan meningkatnya harga-harga perumahan, mengakibatkan mereka berdesak-desakan dalam bangunan-bangunan yang kebanyakan beruangan tunggal di daerah perkampungan kota.
Kebanyakan penduduk berpenghasilan rendah dipermukiman kota, hidup diruang yang berukuran antara 2-10 m2 per orang, bahkan sering dijumpai tujuh orang lebih hidup bersamaan dalam satu ruangan. Kondisi ini, memicu tingginya penyakit infeksi seperti penyakit kulit, saluran pernafasan bagian atas (Ispa), diare dan mata; kondisi gangguan psikologis seperti stress, pusing-pusing dan mual; gejala mal nustrisi dan turunnya kualitas lingkungan berikut mutu penduduk.
Sangatlah mengherankan bahwa di negara-negara yang sedang berkembang, penanggulangan pembangunan dengan memperhatian aspek sosial budaya seperti dampak kepadatan yang berlebih (overcrowding) masih belum banyak mendapat perhatian. Padahal perhitungan kepadatan yang bertumpu kepada pengetahuan masyarakat merupakan aspek penting untuk mendukung argumentasi di balik perumusan kebijakan dan penyusunan program kesehatan, perumahan dan lingkungan.
Kepadatan diakui banyak ahli, memang berdampak negatif bagi perumahan, lingkungan dan kesehatan. Dalam ruang lingkup internasional, WHO (1974) menyatakan bahwa sudah waktunya memperhatikan aspek sosial budaya dari kepadatan.
Oleh karena kurangnya data mengenai indikator-indikator sosial budaya dari kepadatan, dibutuhkannya definisi yang terperinci dan spesifik dari masyarakat yang hidup di perkampungan. Maka disusunlah tesis ini yang berjudul : PERSEPSI "KEPADATAN" BAGI MASYARAKAT KALIANYAR (STUDI RASUS PERKAMPUNGAN KUMUH DI DKI JAKARTA).
Lokasi penelitian yang dipilih adalah sebuah pemukiman kumuh yang terletak di RW 01 dan RW 08, Kel. Kalianyar, Kec. Tambora, Jakarta Barat. Lokasi ini dipilih karena merupakan komuniti yang terkumuh, terpadat dan di dalamnya terdapat berbagai jenis kegiatan ekonomi informal yang sudah relatif mapan. Studi ini menggunakan pendekatan kwalitatif dengan tehnik utama yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa menurut persepsi dan pengetahuan penduduk, kepadatan erat dengan pemahaman; (a) dalam rumah dan di luar rumah; (b) dalam pengertian untung rugi; (c) dalam pengertian fisik dan sosial; dan (d) dalam pengertian baik dan buruk. Selain itu, muncul peristilahan yang sering diucapkan berulang kali oleh masyarakat mengenai kata padat dan kepadatan, keempat batas diantaranya adalah : berdempetan, berderet, bergandengan, berjubel, kecil, mepet-mepet, padat, pengep, penuh, rame, rapet, sempi t, semrawut dan sumpek.
Dan pengetahuan kata-kata padat dan kepadatan dari pengukuran penduduk tersebut mewujudkan perilaku pemukiman sebagai berikut kebiasaan menggunakan kipas angin, kebiasaan tidur dan istirahat bergantian, kebiasaan hidup dengan suara bising, kebiasan membuka pintu sepanjang waktu, kebiasaan membeli barang-barang, kebiasaan merokok, kebiasaan mandi, kebiasaan makan, kebiasaan HAS, banyaknya binatang seperti tikus dan kecoa di dalam rumah membentuk pola hidup khas perkampungan kota. Pola hidup yang khas ini mempunyai dampak negatif dalam pemeliharaan kesehatan penghuninya di dalam rumah.
Keluarga-keluarga miskin di perkampungan kota seperti di Kalianyar tidak kuasa mengatasi pertambahan anggota keluarga akibat kelahiran (banyak kasus kehamilan yang sebenarnya tidak dikehendaki oleh salah satu pasangan), perkawinan muda (lulus SMP sudah banyak yang menikah) dan kasus perceraian. Melestarikan pola hidup bersama beberapa rumah tangga di bawah satu atap dengan alasan akan memperluas dan memperkokoh tali persaudaraan dan pertemanan satu asal.
Berlandaskan pertimbangan ekonomi tidak segan-segan keluarga-keluarga di Kalianyar, menyewakan ruangan dalam rumahnya kepada orang lain untuk memperoleh penghasilan ekstra. Adapun umum menggunakan ruangan tunggalnya untuk kegiatan komersial, hal ini dilakukan untuk menggalang kesatuan ekonomi keluarga menjadi kuat. Kepadatan bisa diartikan menjadi beban dan juga bisa menjadi potensi, tergantung bagaimana masyarakat disini memainkannya.
Konsepnya kebersamaan dan sistem toleransi terhadap "keberjubelan" hunian dan "kerapetan" bangunan menjadi landasan moral, strategi dan perasaan bermasyarakat orangorang di kampung perkotaan. Dimasa yang akan datang, dimana kepadatan makin mendekati angka yang luar biasa, lingkungan Kalianyar akan semakin kumuh, dan semakin menurunnya kebugaran masyarakat yang hidup di dalamnya.

 File Digital: 1

Shelf
 T7142-Tina R Soedarno.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : T7142
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
Program Studi :
Bahasa : Ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resources
Deskripsi Fisik : xiii, 221 pages : illustration ; 30 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T7142 15-18-976165552 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 80533