ABSTRAK Organisasi Sosial yang bekerjasama dengan Christian Children's Fund, pada umumnya mempekerjakan tenaga pekerja sosial yang tidak mempunyai latar belakang pendidikan dan atau pengalaman di bidang kesejahteraan sosial. Untuk itu kepada mereka perlu diberikan supervisi sebagai suatu mekanisme untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mereka dalam memberikan pelayanan kepada keluarga-keluarga miskin dalam rangka mengentaskan masalah kemiskinan. Dalam penlitian ini dicoba untuk dilihat apakah supervisi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi sosial kepada para pekerja sosial telah dilaksanakan dalam organisasi sosial tersebut dan bagaimana gaya kepemimpinan supervisi dari para pimpinan organisasi sosial. Dari gaya kepemimpinan supervisi tersebut kemudian dicoba untuk dilihat pola supervisi yang diterapkan oleh pimpinan organisasi sosial tersebut. Untuk mengetahui hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian yang bersifat deskriptif - analitis terhadap 4 organisasi sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui wawancara yang tidak berstruktur baik terhadap pimpinan organisasi sosial maupun pekerja sosial serta pihak CCF sendiri. Dari hasil penelitian lapangan dapatlah diketahui bahwa gaya kepemimpinan supervisi dari pimpinan organisasi sosial dipengaruhi oleh asumsi para pimpinan organisasi sosial mengenai manusia dan situasi kerja di dalam organisasi sosial itu sendiri. Sedangkan untuk tingkat kematangan pekerja sosial, dari hasil penelitian ternyata hanyalah mempengaruhi gaya kepemimpinan dari pimpinan proyek PRA. Berdasarkan unsur-unsur di atas, maka gaya kepemimpinan supervisi yang diterapkan oleh pimpinan proyek Bina Remaja, Marga Sejahtera dan Pelita Harapan adalah participating dan supporting. Sedangkan pimpinan proyek PRA menerapkan gaya kepemimpinan supervise participating dan supporting untuk pekerja sosial yang cepat tanggap dan coaching dan selling untuk pekerja sosial yang lamban. Dari gambaran mengenai gaya kepemimpinan supervisi dari pimpinan organisasi sosial terhadap pekerja sosial serta mekanisme komunikasi yang bersifat dua arah, maka dapat diketahui bahwa pola/model supervisi yang diterapkan oleh pimpinan organisasi sosial adalah model konfrontatif untuk proyek Bina Remaja, Marga Sejahtera dan Pelita Harapan. Sedangkan pimpinan proyek PKA menerapkan model konfrontatif dan diagnostik secara bergantian tergantung pada tingkat kematangan pekerja sosial. Implikasi dari pola supervisi yang bersifat konfrontatif terhadap pekerja sosial , terlihat bahwa pekerja social lebih mampu untuk mengembangkan kemampuannya serta lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sedangkan untuk pola supervisi diagnostik nampaknya membuat inisiatif dari pekerja sosial menjadi kurang berkembang. |