ABSTRAKKotamadya Dati II Surabaya, merupakan kota kedua terbesar di Indonesia setelah Jakarta, yang dikembangkan sebagai kota industri, perdagangan, maritim, dan pendidikan, dikenal dengan sebutan INDAMARDI. Oleh karena itu kegiatan utama yang ditingkatkan pengembangannya adalah sektor-sektor industri dan perdagangan.Pembangunan dan pengembangan kota Surabaya tersebut dilaksanakan dengan berpegangan pada Rencana Induk yang disebut Master Plan Surabaya tahun 2000 (MPS 2000). Dalam MPS 2000 ini pengembangan dan pembangunan sektor industri dialokasikan di Kecamatan Rungkut dan Kecamatan Tandes. Di Kecamatan Rungkut dikelola oleh PT Surabaya Industrial Estate Rungkut Pesero (PT SIER), seluas ± 200 ha, dengan sekitar 400 industri jenis menengah dan ringan. Sedangkan di Kecamatan Tandes merupakan industri baru guna rasionalisasi pelabuhan Tanjung Perak.Dengan dikembangkannya sektor industri disuatu kawasan akan dibutuhkan pengembangan sektor lain yang menunjang kelancaran sektor industri tersebut, antara lain yaitu : transportasi, fasilitas, dan utilitas pelayanan kota. Selain itu pengembangan sektor-sektor tersebut, akan menarik masuknya tenaga kerja untuk mengisi kesempatan kerja yang ditawarkan oleh industri tersebut.Pengembangan dan pembangunan sektor industri di suatu kawasan juga akan mengubah kegiatan ekonomi, infrastuktur, serta mata pencaharian penduduk yang tinggal di sekitarnya, demikian juga tingkat kepadatan penduduk akan meningkat, karena tenaga kerja yang masuk akan cenderung tinggal mendekati atau berdekatan dengan aktivitas dan fasilitas kota.Tenaga kerja yang masuk untuk mencari kerja di kawasan industri pada umumnya sebagian besar berpenghasilan rendah, sehingga mereka mencari tempat tinggal di kampung-kampung di sekitar kawasan industri. Demikian pula halnyadengan kawasan industri PT SIER, yang menjadi inti aktivitas dari kampung-kampung di sekitarnya.pengembangan dan pembangunan kawasan industri PT SIER merupakan pengembangan lingkungan fisik yang mempengaruhi kondisisosial, ekonomi, dan budaya penduduk kampung di sekitarnya, di samping dampak polusi yang kemungkinan dikeluarkannya.Padahal kondisi sosial, ekonomi, dan budaya penduduk korelasi antara pengembangan lingkungan dan kualitas merupakan kondisi fisik dan non-fisik penduduk yang menunjukkan kualitas hidup manusia itu di mana kualitas sosial kehidupan ditentukan oleh kualitas manusia itu sendiri dan komponen lingkungan yang mendukungnya.Pada sisi lain, untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, Pemerintah telah melaksanakan program perbaikan lingkungan dipemukiman penduduk, yang setelah diteliti, dianggap membutuhkan perbaikan lingkungan fisik. Program tersebut dikenal dengan Kampung Improvement Programme (KIP) yang dibantu oleh Bank Dunia.Oleh karena pengembangan dan pembangunan kawasan industri selalu berkaitan dengan kondisi fisik dan non-fisik masyarakat disekitarnyaserta adanya program perbaikan lingkungan kampung oleh Pemerintah, penelitian ini mencoba mempelajari hidup penduduknya.Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :- Mengetahui tingkat kualitas hidup penduduk atau masyarakat yang tinggal di kampung di sekitar kawasan industri.- Mengetahui hubungan pengembangan lingkungan fisik, yaitu adanya kawasan industri dan perbaikan kampung, dengan kualitas hidup penduduk. Indikator kualitas hidup yang digunakan dalam penelitian ini, adalah indikator kualitas hidup hasil penelitian Bianpoen dan Gondokusumo (1986); yaitu kemiskinan, pekerjaan ditentukan atas dasar persentase pengeluaran non-makan, penggunaan air bersih, crowding index, pendidikan, dan kesehatan, khususnya balita.Lokasi penelitian adalah kampung yang berbatasan langsung dengan kawasan industri PT SIER, dan pernah mendapatkan perbaikan lingkungan (KIP), yaitu kampung yang termasuk Kelurahan Rungkut Tengah dan Kelurahan Rungkut Menanggal, Kecamatan Gunung Anyar, Kotamadya Data, II Surabaya.Banyaknya sampel ditentukan berdasarkan purposive sampling, yang seluruhnya berjumlah 94 responden. Sedangkan pada tiap kelurahan dibagi menjadi tiap RW dan RT, yang jumlahnya masing-masing ditentukan dengan cara proporsional random sampling.Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara berdasarkan kuesioner, wawancara mendalam dilakukan terhadap pemuka masyarakat, PT SIER, dan Bappem RIP, serta observasi lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari bahan literatur dan dari instansi terkait. Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan memakai statistik nonparametrik, yaitu menggunakan chi square yang dilanjutkan dengan ujicontingency coeffisient, disertai pula dengan analisis kualitatif.Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa, kualitas hidup penduduk atau masyarakat yang diteliti di bawah rata-rata kualitas hidup seluruh Kelurahan Rungkut Tengah dan Rungkut Menanggal, tetapi sedikit lebih baik daripada kualitas hidup rata-rata di Surabaya. Sedangkan kualitas hidup penduduk yang bekerja di kawasan PT SIER relatif lebih baik daripada yang tidak bekerja di kawasan PT SIER.Perbaikan lingkungan yang telah dilaksanakan (KIP Urban V) tidak memberikan manfaat bagi kondisi sosial ekonomi penduduk tetapi manfaat secara fisik terlihat pada kondisi jalan dan selokan Sedangkan hubungan pengembangan lingkungan fisik dari adanya kawasan PT SIER, dengan kualitas hidup penduduk, dapat dikatakan tidak ada hubungan yang langsung bagi penduduk secara umum karena kesempatan kerja yang diberikan PT SIER lebih banyak terisi oleh tenaga kerja yang masuk ke pemukiman kampung dan tinggal sebagai penduduk musiman. Tidak terisinya lowongan pekerjaan oleh sebagian besar penduduk tetap karena tingkat pendidikan dan keahlian yang tidak sesuai.Tetapi manfaat yang diperoleh penduduk tetap dengan adanya kawasan PT SIER adalah melayani kebutuhan tenaga kerja PT SIER yang berstatus penduduk musiman, yaitu dengan membuka pondokan, toko, dan warung kebutuhan sehari-hari, sehingga secara tidak langsung meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi penduduk di kampung tersebut. Hal ini terbukti dari adanya korelasi yang signifikan dengan derajat hubungan yang cukup kuat antara adanya PT SIER pada faktor-faktor pekerjaan dan usaha keluarga dengan kualitas hidup khususnya tingkat pendidikan.Perbaikan lingkungan oleh KIP telah dilaksanakan di daerah penelitian ini, sebagai pengembangan lingkungan fisik. Dan korelasi dengan kualitas hidup penduduk menunjukkan bahwa MCA digunakan oleh penduduk yang tergolong miskin, menggunakan air sumur untuk seluruh kebutuhan, menghuni rumah yang sempit, dan tingkat pendidikannya yang rendah. Pada korelasi ini terlihat bahwa makin tinggi pendidikan penduduk cenderung tidak menggunakan MCK. Sedangkan kondisi selokan yang tidaklancar mengalir mempunyai korelasi dengan kemiskinan dan pendidikan, yang rendah dari penduduk menunjukkan kurangnya perhatian pada mengalirnya selokan. Derajat hubungan MCK dengan variabel-variabel kualitas hidup tersebut cukup kuat dan kuat, demikian juga kondisi selokan.Korelasi faktor-faktor sosial ekonomi dengan variabel kualitas hidup menunjukkan bahwa faktor tingkat pendidikan, baik kepala keluarga maupun ibu sangat menentukan tingkat kualitas hidupnya. lni terbukti dari adanya korelasi yang signifikan dengan derajat hubungan yang cukup kuat antara tingkat pendidikan dan semua variabel kualitas hidup. ABSTRACTKotamadya Dati II Surabaya, as the second biggest city in Indonesia, after Jakarta, has to develop as an industrial, trading, maritime and educational city, called INDAMARDI.Its main activity is therefore to develop the industrial and trading sectors activity in Surabaya. This development in Surabaya has been carried out under the guidance of a master plan: Master Plan Surabaya 2000 (MPS 2000). In MPS 2000, the setting up of the industrial sector is allocated in Kecamatan Rungkut and Kecamatan Tandes. In Kecamatan Rungkut, it comprises about 400 light and medium industries managed by PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (PT SIER). Kecamatan Tandes was allocated for new industries of Tanjung Perak Harbour.The development of an industrial sector in an area needs the development of another sector that supports the smooth running of the industries, such as transportation facilities and public utilities of the city. Besides, the industrial sector always attracts people looking for employment offered by the industries.The setting up and development of an industrial sector in an area also changes the economic activity, infrastructure and subsistence of the inhabitants in the neighborhood. Population density also increases, due to urbanization of the workers who seem to like living nearby the activities and the public utilities of the city. And the workers, who migrate to look for employment in the industrial area, mostly have low income. So they can only live in the kampung nearby or surrounding the industrial area.This is also the case with PT SIER which has become the activity center of the surrounding kampungs :The development of PT SIER as an industrial area is a development of physical environment that influences the social, economic and cultural condition of the kampung people surrounding it, beside the pollution that may also become a disaster. On the other side, the social, economic and cultural conditions of the inhabitants are the physical and non-physical condition of the people that indicate their quality of life, where the social quality of life, is determined by the quality of the person and the supporting environmental components.On the other side, to improve the people's quality of life, the Government has launched an improvement program at the settlement, which after having been surveyed, was considered to be in need of physical environmental improvement. This program is known as Kampung Improvement Program (KIP), and is supported by the World Bank.Since the development of an industrial area is always associated with the physical and nonphysical conditions of the community in its environment, and also with the environmental improvement by the Government at kampungs. This study tries to explain the correlation between physical environmental development, namely the existence of an industrial area and kampung improvement, and the people's quality of life.The objectives of this study are: habitants as respondents. Each kelurahan is divided to look for the quality of life of the people that live in the neighborhood of the industrial area to study the correlation between physical environmental development, i.e. the existence of industrial area and kampung improvement program, and the people's quality of life.The indicators used in this study are the result of a survey made by Bianpoen and Gondokusumo (1986). They are: rate of poverty, work determined by percentage of non food expense, use of clean water, Crowding Index, education, and health, especially of children below 5 years.Locations of this study are kampungs, which are located immediately next toPT SIER area as an industrial area and which have already benefited from the Kampung Improvement Program (RIP). They are kampungs in Kelurahan Rungkut Tengah RW 03, 04, and 05, and Kelurahan Rungkut Menanggal RW 01, Kecamatan Gunung Anyar, Kotamadya Dati II Surabaya.The samples were purposively taken, with 94 in into Rukun Warga (RW) and Rukun Tetangga (RT), and the samples are based on proportional Random sampling.The primary data were collected throughinterviews by using questionnaires, depth interviews with informal leaders of the community, PT SIER, and Bappem KIP KMS personnel?s, besides the field observation.Secondary data were obtained from literature studies and some related authorities.The data analysis has been done quantify with non-parametric statistic, by using chi-square and contingency coefficient test, beside qualitative analysis.The result of this study indicate, that the people's quality of life rate in this study location is below the quality of life rate in KelurahanRungkut Tengah and Rungkut Menanggal.But a little bit better than the quality of life rate in Surabaya. The people's quality of life rate who are working with PT SIER is slightly better than if they are not working with PT SIER.The Kampung Improvement (KIP Urban V) does not economic condition of the inhabitants, but its benefit is physically offered in the condition of the streets and drainage.The correlation between physical environmental development with the existence ofPT SIER and the quality of life of the inhabitants suggest, that there is no direct correlation between them, because the vacancies at PT SIER are largely filled by workers who have migrated to the kampungs and who live there as seasonal citizens.The fact that vacancies at PT SIER are not filled by the majority of permanent citizens is because of their un-qualifications in education and is unskilled.But PT SIER gives an un-direct impact to the population of the kampungs in its neighborhood, that is their subsistence by supplying the necessaries of the seasonal citizens, such as boarding, warungs and shops.This indirectly raises the social and the economic condition of the local surrounding citizens from the kampung, because they have more income. Its produce a positive influence on the social and evident from significant correlation with strong degree of correlation, between PT SIER variables, in employment and family business factors with education as the quality of life variable.The kampung improvement by KIP Urban V is done in this study area as a physical development. And the correlation with the citizen quality of life give the results, that the users of MCK are mostly the poor, use well water for all purposes, live in small houses and have a low education level. In this correlation is seen that in the higher the education level of the population, the less MCK is need. It means that people who are poor and have a low education do not have enough attention to the drainage flow, clean water and MCK.The correlation of social economic factors with life quality variables shows that the education level of parents largely determines the level of life quality. It is proved as the significant correlation of education variable and all variables of life quality at strong degree correlation. |