Saat ini pers tidak lagi berhadapan dengan kekuasaan negara, tetapi kekuasaan modal yang harus dibadapi. Perusahaan penerbitan pers menjadi menyerupai produsen yang peka terhadap permintaan pasar / khalayak sehingga terjadilah komersialisasi dalam kehidupan pers. Salah satu komoditas yang paling komersial di jual adalah masalah pornografi. Masalah penilitian yang akan dikaji adalah, "Bagaimanakah media menerapkan konsep pers yang babas dan bertanggungjawab dalarn mengkonstruk realita porno. Bagaimanakah media membangun kesadaran palsu khalayaknya dengan mengkonstruk seks dan erotisme sebagai hal yang benar untuk dikonsumsi" Tinjaun Pustaka yang digunakan adalah tentang industri media, Gender dan isi media, studi-studi budaya, feminisme, ekonomi politik media dan normative teori media dan masyarakat.Penelitian ini didasarkan pada pendekatan kualitatif yang menggunakan paradigma kritis, yaitu mendasarkan pada asumsi bahwa peneliti menempatkan diri sebagai tranformatif intelektual yang secara aktif meniberikan pemaknaan terhadap makna-makna yang tersembunyi dari sebuah teks pemberitaan dengan tetap memperhatikan konteks history, social, budaya ekonomi dan politik. Dalam penelitian ini, nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian, sedangkan hubungan antara peneliti dengan realitas yang diteliti selalu dijembatani oleh nilai-nilai tertentu. Metode penelitian yang digunakan adalah teknik analisis Framing. Sedangkan model yang digunakan adalah model William A. Gamson, tipe penelitian ini adalah deskriptif Analisis dilakukan terhadap semua berita-berita tentang pornografi yang ada di majah Popular selama 1 tahun ( Januari 2003 - Desember 2003 ).Hasil dari penelitian manunjukkan bahwa Ditinjau dari persektif feminism dalam pemberitaannya Popular banyak menyajikan pornoteks yang mensubordinasi wanita, merendahkan wanita dengan menggunakan pilihan kata yang yang merujuk pada budaya patriaki. Framing yang dilakukan oleh majalah Popular cenderung permisif pada kebebasan seks dengan mengeksploitasi lewat kata-kata dan kalimat yang sensual. Penggunaan judul dengan menggunakan kata-kata bermethapor sensual, diskripsi proses adegan pornografi, deskripsi efek yang dirasakan dalam proses seksual dan stereotype yang merupakan wilayah isi media yang banyak memuat pornoteks. |