:: UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Imaji Tuhan dalam novel Chimmoku karya Endo Shusaku

Kazuko Budiman; Noerhadi Magetsari, promotor; Okke Saleha K. Sumantri Zaimar, co-promotor; Masinambow, Eduard Karel Markus, examiner; Watanabe Yoshikatsu, examiner; Haryati Soebadio, examiner; Soerjanto Poespowardojo, examiner; Siti Dahsiar Anwar, examiner; Bambang Wibawarta, examiner (Universitas Indonesia, 2004)

 Abstrak

Penelitian novel Chimmoku, yang dianggap novel agama pada disertasi ini, bermula dari beberapa pikiran kritis tentang hubungan sastra dan agama, khususnya agama Kristen. Yamagata Kazumi berpendapat bahwa istilah kirisutokyo bungaku (sastra agama Kristen) berarti sastra yang ditulis oleh pengarang yang beragama Kristen dan koeksistensi unsur tokoh dalam karya sastra dengan unsur kekuatan seperti Tuhan atau setan merupakan pola asli yang umum bagi sebagian besar tema karya mereka. Garis horizontal, yaitu perbuatan manusia bertemu dengan garis vertikal, yaitu Tuhan (atau setan). Hal itu merupakan unsur dinamik dalam tema sastra yang banyak dikembangkan.
Sementara itu, kritikus sastra Jepang, Takeda Tomoju (1931-1991) menyatakan bahwa tidak ada arti kalau kita memikirkan putusnya hubungan agama dan sastra atau menyambungnya secara ideologis. Akan tetapi, hal yang diperlukan oleh pengarang ialah jejak agama Kristen yang terdapat dalam sastra modern, termasuk sastra kontemporer, atau bagaimana sastrawan Jepang memperlihatkan ketertarikannya pada agama Kristen atau unsur agama dalam sastra. Kemudian, pembaca juga akan memperhatikan maksud pengarang dalam berbagai karya sastra dengan praktis. Takeda juga menyatakan bahwa unsur agama dan sastra bertemu dalam pemikiran pengarang ketika mereka memperhatikan eksistensinya. Eksistensi itu bergerak menuju upaya menyucikan diri dengan sendirinya. Dengan begitu, agama dan sastra bergabung dalam sikap pengarang ketika ia berusaha menyaksikan hal-hal duniawi sambil berorientasi ke unsur yang kekal.
Setelah pascaperang dunia kedua, muncul beberapa perubahan dalam sikap budayawan terhadap agama Kristen. Mereka bersikap tidak membenci maupun memprotes agama asing seperti yang ditunjukkannya sebelum perang dunia kedua. Sikap mereka terhadap agama Kristen menjadi lebih netral; sikap seperti ingin tahu atau rindu pada unsur eksotisme dalam agama Kristen yang diidamkan oleh cendekiawan sebelumnya, tidak kelihatan lagi. Sebagai salah satu contoh, menurut Fukuda Tsuneari (1912-1994), pandangan dunia maupun budaya, pandangan tentang manusia, dan pandangan tentang mati dan hidup, diciptakan berdasarkan pemikiran Katolikisme walaupun ia tidak dibaptis dan juga tidak menganut agama Katolik. Akan tetapi, ia mengaku dirinya seperti pengemudi mobil yang bernama agama Katolik tanpa SIM. Dengan kata lain, ia dilatarbelakangi pandangan agama Katolik, tetapi tidak mengabaikan kebudayaan depang. Perhatian yang paling besar adalah keterlibatan agama Katolik dalam kebudayaan Jepang.
Pengarang pascaperang dunia kedua yang termasuk kelompok agama Protestan adalah Shiina Rinzo, Sako Junichiro, Sato Yasumasa, Miura Ayako, Abe Mitsuko, dan sebagainya. Sementara itu, pengarang yang termasuk kelompok agama Katolik adalah Shimao Toshio, Endo Shusaku, Miura Shuman, Sono Ayako, Ariyoshi Sawako, Ogawa Kunio dan sebagainya. Dilihat dari nama-nama tersebut, pengarang kelompok Katolik lebih menonjol dalam penulisan karya sastra. Menurut Takeda, sastra Jepang modern tidak bisa lepas dari unsur "pengakuan" ala agama Kristen seperti Kitamura Tokoku (1868-1894), yang menganjurkan tema pengakuan yang serius. Pengarang sastra modern merasa perlu untuk mengakui kebenaran kepada pembaca. Gaya seperti itu dikenal genre Shishosetsu atau novel Aku yang khas dalam sastra Jepang. Genre ini dipengaruhi oleh dorongan "pengakuan dosa" agama Protestan. Mereka memakai cara pengakuan dari kehidupan pribadi sebagai bahan yang diperoleh dengan cara paling mudah.
Namun, perkembangan sastra agama Kristen pascaperang dunia kedua yang dipelopori oleh Shiina Rinzo (1911-1973) merupakan tantangan terhadap ketergantungan pada gaya Shishosetsu sebelumnya. Mereka mulai mencari kebenaran eksistensi Tuhan atau keberadaan manusia. Gagasan mereka tidak ditunjang oleh formalitas pengakuan fakta yang disebut 'zange' (pengakuan/pertobatan), tetapi didorong oleh unsur konflik batin atau drama kejiwaan manusia yang terjadi sebelum tercapai zange itu. Karena itu, untuk menulis drama tersebut, bagaimanapun juga akhirnya mereka harus mempunyai kesadaran tentang manusia. Mereka berusaha menulis tentang pandangan manusia yang diperoleh dari pengalaman melalui agama Kristen Katolik seperti dosa manusia dan konflik, nasib manusia yang menyangkal Tuhan walaupun di sisi lain ia mencari Tuhan, konflik kebaikan dan kejahatan, dan sebagainya. Agama Katolik banyak berkontribusi kepada sastra Jepang. Sastra pascaperang menyangkal sastra pengakuan sehingga agama Katolik mengambil alih dari agama Protestan, yang menganggap pengakuan sebagai tema yang paling tinggi di antara tema-tema yang lain.

 File Digital: 1

Shelf
 Imaji Tuhan-Full text (D 545).pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : D545
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Universitas Indonesia, 2004
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan :
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xii, 170 pages : illustration ; 29 cm + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D545 07-17-552721622 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 83523