Potensi pariwisata sebagai salah satu alternatif dalal upaya peningkatan perekonomian daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti. Keberadaan pariwisata yang rentan terhadap situasi keamanan, politik, ekonomi dan lainnya membuat pariwisata pasang surut seiring pasang surutnya situasi tersebut. Keberadaan pariwisata didukung oleh sektor-sektor yang ada dalam perekonomian; artinya, pariwisata tidak muncul sebagai sektor tersendiri, tetapi lebih merupakan suatu kegiatan yang ditopang oleh berbagai sektor yang ada.Penelitian ini berusaha mencari jawaban atas pertanyaan mengenai peran pariwisata terhadap perekonomian daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Untuk itu, metodologi yang dipakai dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis input output dan analisis simulasi.Hasil yang didapat dari analisis deskriptif adalah : (1) keberadaan pariwisata Yogyakarta terkait dengan kondusif tidaknya situasi Jakarta dan Bali. Hal itu dikarenakan secara geografis Yogyakarta terletak di antara keduanya; (2) kunjungan wisman paling banyak pada bulan Januari, Juli dan Desember, sedangkan wisnus pada bulan Juli; (3) pola belanja wisman dan wisnus berbeda, wisman mengalokasikan uangnya terbanyak untuk akomodasi dan wisnus paling banyak membelanjakan uangnya untuk transportasi; (4) pasar potensial wisman berasal dari Belanda, Jepang, Perancis, Jerman dan Amerika Serikat , sedangkan wisnus berasal dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan DIY sendiri.Hasil analisis input output memperlihatkan bahwa peran pariwisata terhadap output Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2004 sebesar 5,89%, Sedangkan terhadap upah dan gaji sebesar 6,04%. Dalam hal output, sektor yang paling banyak menerima dampak dari pariwisata adalah sektor 3 (industri pengolahan) dan dalam hal upah dan gaji, sektor 12 (jasa lain) menerima dampak terbesar dari pariwisata ini. Secara umum, peran pariwisata Yogyakarta terhadap penciptaan output maupun upah dan gaji daerah masih relatif kecil.Hasil analisis simulasi memperlihatkan bahwa kenaikan jumlah wisman 5% dan wisnus 15% lebih besar pengaruhnya terhadap upah dan gaji maupun output daerah dibandingkan dengan kenaikan belanja wisatawan yang naik masing-masing 10% ke sektor perdagangan, restoran, hotel, angkutan dan jasa lain.Pencitraan daerah sebagai daerah tujuan wisata yang aman dan nyaman harus diwujudkan dengan kerjasama antar daerah, promosi ke negara/daerah selain pasar potensial dan peningkatan lama tinggal wisatawan merupakan bebepara implikasi kebijakan yang direkomendasikan dari hasil penelitian ini. |