Tulisan ini bertujuan menggambarkan perkembangan teori ilmu penerjemahan di Eropa dari awal sampai sekarang, dan berdasarkan pendekatan analisis wacana Michel Foucault. Teori Foucault tersebut mencoba menghubungkan objek-objek yang dibicarakan dalam konteks tertentu, orang berhaka membicarakan objek-objek ini, konsep-konsep, dan teori yang merangkaikan objek dan konsep secara sistematis. Perkembangan teori ilmu terjemahan Barat telah melewati empat zaman. Yang paling lama, zaman tradisional, bermula dengan pemikir-pemikir latin, seperti Cicero, Horace, dan Santo Jerome, yang membedakan terjemahan harfiah dengan terjemahan yang lebih bebas. Padahal pada abad ke-19, Romantisisme Jerman lebih mementingkan kemurnian teks asing yang harus ditetapkan sebagai sesuatu yang memang asing,dan disalurkan melalui genius kreatif sang penerjemah. Perkembangan teori yang bersifat "pra-saintifik" ini baru selesai dengan munculnya ilmu linguistik pada tahun 1950-an. Namun demikian , pendekatan linguistik tidak dapat bertahan lama dan cepat diganti oleh pendekatan yang mmenekankan peranan ciri-ciri budaya sasaran dalam menentukan bentuk dan fungsi karya terjemahan mutakhir: teori mengenai tinjauan (skopos) proses penerjemahan; mengenai keteraturan sistem karya terjemahan (polysystem); teori penerjemahan deskriptif yang ingin memenuhi kaidah penerjemahan; teori pascakolonial; dan teori feminis. |