Menurut Berkowitz (1993) Perilaku agresif mengacu pada pemakaian kekerasan yang dapat melanggar hak-hak seseorang dan tindakan yang menyakitkan hati. Berdasarkan pemikiran di atas. Berkowitz membagi agresi menjadi dua haggian yaitu agresi instrumental (agresi untuk mencapai tujuan, misalnya mendapatkan kembali objek, hak atau kekuasaan) dan agresi permusuhan yaitu agresi untuk melampiaskan kebencian dengan melukai, menvakiti atau merusak. Perilaku agresif diangaap berbahaya karena dapat menjadi sumber dari timbulnya berbagai kekerasan dari kejahatan di masyarakat.Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada perilaku agresif, ditemukan bahwa perkembangan perilaku agresif terjadi sejak masa hayi, dilanjutkan dengan pada masa pra-sekolah. masa usia sekolah_ remaja hingga dewasa. Namun demikian. ditemukan bahwa ada masa kritis dimana perilaku agresif dapat menjadi scbuah kecenderungan yang dapat bertahan sampai masa dewasa. Masa tersebut adalah masa usia sekolah dan remaja ma]. Pada masa usia sekolah, perilaku agresif dapat menjadi sumber kenakalan kronis dan kejahatan pada remaja. Bahkan penelitian dari Leonard Eron menunjukkan bahwa dengan melihat anak pada waktu berusia 8 tahun, maka dapat diketahui seberapa agresif seseorang pada saat dewasa.Pada saat remaja, perilaku agresif yang belum dapat diatasi. akan semakin iebih berbahaya, karcna dapat melanggar hokum dan rnenjurus pada perkelahian dan tindakan kekerasan. Lebih khusus lagi pada saat remaja awal, dimana terjadi konflik ororitas dan hubungan dengan teman sebaya mengoat. maka bentuk-bentuk perilaku agresif seseorang lebih nyata. Untuk itu usaha untuk menciptakan anak usia sekolah dan remaja awal yang dapat mengendalikan diri sangat penting dilakukan. Penelitian menunjukkan bahwa remaja awal yang dapat mcngendalikan diri, hangat, bertanggung jawab dan bekerja sama akan cenderung bersikap sama hingga 30 tahun kemudian.Bandura (1973) menyebutkan bahwa perilaku agresif pada usia 8-12 tahun adalah agresi tidak jelas yaitu perilaku mengganggu, berbohong atau merusak benda sedangkan pada usia 12-14 tahun adalah agresi yang bersifat jelas atau berupa tindakan kekerasan seperti berkelahi atau menyerang bahkan mernaksakan perilaku seks pada seseorang. Dengan demikian untuk mernahami pcnyebab perilaku agresif sangat penting untuk mem fokuskan pada pengalaman dan keterlibatan anak dalarn kekerasan pada masa usia sekolah dan remaja awal.Perilaku agresif ini dipengaruhi oleh banyak hal Sears et. al., (1994) melihat bahwa mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia yaitu proses belajar di masa lalu. penguatan dan imitasi. Ketiga hal ini sangat mcnarik untuk diteliti berkaitan dengan besarnya dampak perilaku agresif pada anak usia sekolah dan remaja awal.Pcnelitian mengenai perilaku agresif telah banyak dilakukan di negara Barat baik dari segi biologic_ psikologis maupun sosial. Bandura melalui Social learning theory menvehutkan bahwa kondisi lingkungan dan sosial dapat 'mengajarkan' individu menjadi agresif. Hal ini diakibatkan seseorang, mempelajari tingkah laku baru melalui imitasi pada orang lain yang dianggap penting. proses belajar mclalui pengamatan dan pengalaman langsung dan dipertahankan melalui faktor penguat (reward dan hukuman).Pepler & Slab- (1994) mengatakan bahwa untuk memahami perilaku agresif dan hagaimana mengurangin. a. perk] dipelajari teori belajar sosial atau teori-teori lain yang berpijak pada per uhalusn dan proses perkembangan. Hal ini disebabkan karena teori belajar sosial dan sejenisnya dapat nlengurangi atau mencegah perkembangan perilaku agresif- karena pergerakan dan pencegahan agresi tergantung pada budava dan proses belajar (Weiss et al., dalarn Westen. 1996).Pada penelitian ini. Suhyek diambil melalui Peer- nomination Leman sekelas, yang diadaplasi dari The Factorial Structure of Aggression and Prosocial Children's Self Report Scale yaitu kuesioner Peer Nomination for Aggression Behavior (PNAB) dari Caprara. Barbararrelli dan Pastorelly (1994). Dari delapan kelas yang tcrpilih (4 kelas anak usia sekolah dan 4 kelas remaja awal yang berada di pusat kola Bogor yang diperkirakan perilaku agresinya tinggi). akhirnya terpilih 8 anak yang dianggap berperilaku paling agresif. Kedekapan anak ini diwawancara berdasarkan pedoman wawancara yang telah disiapkan.Mengingat subvek yang terhatas hasil penelitian ini tidak dapat hcrlaku umum. Namun dari penelitian ini diperoleh basil bahwa perilaku agresif pada anak usia sekolah disebabkan oleh kurangnya waktu anak bersama orangtua. jenis kepribadian orangtua yang bersifat mengabaikan atau tidak ingin diganggu atau anak disosialisasikan dengan perilaku agresif dan mendapat pembolehan untuk melakukannya. Sedangkan pada remaja awal perilaku agresif disebabkan oleh kurang hangatnya hubungan dengan orangtua. hukuman yang terlalu berlebihan, pembiasaan hukuman pada waktu kecil, terlalu dimanjakan dan juga diabaikan selain remaja awal sudah mulai mencari figur lain selain orangtua dan melakukan imitasi misalnya pada (man, guru, atau bahkan pada pemain sepak bola dunia.Selain itu, jika anak terbiasa menjadi korban dari periiaku agresif orangtuanya (dipukul, di(endang dst., atau dihina, diancam dst.). inaka anak juga melakukan hal tersebut kepada lingkungannya. Terbiasa melihat perilaku agresif atau saksi kekcrasan dalam perkawinan juga dapat menyebabkan anak berperilaku agresif. Pada penelitian ini juga ditemukan baliwa tidak selamanya anak memahami kemarahan dan hukuman orangtua. Pada beberapa anak, ia merasa diperlakukan tidak adil karena menyadari kesalahan dan hukuman tidak sebanding. Orangtua sendiri cenderung memberi reward pada perilaku agresif anak bcrdasarkan pemikiran untuk membalas. Pada imitasi. ibu menjadi tokoh yang paling dekat dengan anak. namun perilaku agresif tidak selalu ditiru dari ibu, melaknkan dari ayah, kakek, kakak. Atau teman.Ketika anak usia sekolah mengalami kekecewaan. semua anak mengatakan akan mengatakan (mengadu) pada ibu meskipun ternyata ibunya tidak dapat menerima pengaduan, entah karena sibuk, tidak mau diganggu atau tidak memahami kebutuhan anak seperti ini. Narnun. pada remaja awal, kekecewaan sudah diatasi sendiri entah dengan marah atau membalas. Bahkan dalam mengekspresikan kemarahan. jika anak usia sekolah rnengaku bentukthya tidak berbeda dengan orangtuanya (seperti yang diajarkan), maka pada remaja. mungkin karena perkembangan sosial mereka. mercka melakukan peningkatan perilaku agresif,namun disertai dengan alasan sebagai 'iseng'. 'ngasal' atau 'bercanda'.Saran yang diajukan bagi penclitian yang sama di masa mendatang adalah memperbesar jumlah subyck. sehingga variasi-variasi dari aspek yang berperan dalam pembentukan perilaku agresif dapat tergali dengan baik. Selain itu penelitian juga dapat diarahkan pada scluruh segi perilaku agresif baik verbal. fisik, gesture, perilaku agresif yang dialihkan dan lain-lain, yang dapat dilakukan secara longitudinal. sehingga anak usia sekolah yang menjadi sampel dapat diikuti perkembangannva sampai dewasa yang pada akhirnva dapat menghasilkan seam kesimpulan yang didapat lebih komprehensif. Membuat rancangan program bentuk-hentuk interaksi orang tua-anak, sehingga anak dapat tumhuh dan berkembang secara optimal. |