:: UI - Tesis Membership :: Kembali

UI - Tesis Membership :: Kembali

Aspek lingkungan penerapan sistem pengendalian hama terpadu pada tanaman kubis

Nonon Saribanon Rubyawan; Piran Wiroatmodjo, supervisor; Sudarwohadi, supervisor ([Publisher not identified] , 1996)

 Abstrak

ABSTRAK
Pelaksanaan program intensifikasi di bidang pertanian
sejalan dengan peningkatan permintaan produk pertanian
berdampak pada tingginya pemakaian pupuk dan pestisida,
khususnya pada tanaman hortikultura. Tanaman sayuran
yang merupakan salah satu tanaman hortikultura penting,
umumnya memerlukan pemeliharaan intensif, dan adanya
tuntutan konsumen terhadap kualitas produk sehingga
penggunaan pupuk dan pestisida pun sangat intensif.
Dengan kata lain, konsumen sayuran umumnya menginginkan
produk yang kualitasnya baik dan bebas dari serangan
atau bekas serangan hama dan penyakit.
PRT merupakan suatu konsep yang berusaha untuk mendorong
dan memadukan beberapa faktor pengendalian untuk
menekan populasi hama serta memperkecil kerusakan
tanaman dan hasil tanaman. Pada prinsipnya konsep PHT
berbeda dengan konsep pengendalian hama pada sistem
Konvensional yang sangat tergantung pada penggunaan pestisida. Walaupun demikian, PHT bukanlah suatu konsep yang anti penggunaan pestisida (Reddy dalam Sastrosiswojo, 1994:5). Pada sistem PHT, pestisida yang digunakan adalah pestisida yang selektif dan aman, serta digunakan apabila benar-benar diperlukan dan sepanjang tidak mengganggu faktor pengendalian lainnya atau interaksinya (Untung dalam Sastrosiswojo, 1994:5).
Penggunaan pestisida yang tidak selektif dapat mengakibatkan
penurunan populasi musuh alami hama serta serangga
berguna dan makhluk bukan sasaran (Oka, 1993:6).
Hal ini dapat mengakibatkan penurunan keragaman jenis
(diversitas spesies) dalam ekosistem pertanian tersebut
yang mempengaruhi kestabilan ekosistem dan berarti pula
telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
Penurunan atau babkan punahnya musuh alami hama akibat
penggunaan pestisida yang tidak selektif, dapat menimbulkan
ketidakseimbangan antara populasi hama dengan
musuh alaminya sehingga apabila keadaan lingkungan
mendukung, dapat terjadi ledakan populasi hama (outbreak)
yang disebut resurgensi hama.

Residu pestisida di lingkungan merupakan akibat penggunaan
pestisida yang ditujukan pada sasaran tertentu
seperti tanaman dan tanah. Selain itu, pestisida dapat
terbawa oleh gerakan air dan udara sehingga residu
pestisida dapat berada di berbagai unsur lingkungan di
permukaan bumi (Untung, 1993:229).
Kubis merupakan salah satu tanaman sayuran dataran
tinggi yang penting di Indonesia. Pemakaian pestisida
pada tanaman kubis sangat intensif, demikian pula
penggunaan lahan oleh petani. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran adanya dampak negatif dari penggunaan
pestisida terhadap unsur-unsur lingkungan yang ada pada
ekosistem pertanian tersebut.
Penelitian ini dilaksanakan dengan metode percobaan
berpasangan (Paired Treatment comparison) antara penerapan
sistem PBT (P) dengan sistem Konvensional (K),
tanpa ulangan sebab luas lahan yang diamati yaitu 500 m2
untuk setiap perlakuan dianggap cukup memadai sebagai
suatu model ekosistem pertanaman kubis di lapangan.
Basil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem PHT
lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem
Konvensional. Hal ini terlihat dari keragaman jenis
(diversitas spesies} fauna di atas tanah pada ekosistem
kubis dengan penerapan sistem PHT yang berkisar antara
1,664 sampai 2,021 lebih besar dibandingkan dengan
sistem Konvensional yang berkisar antara 1,606 sampai2,000.
Dari penelitian ini juga terlihat adanya keseimbangan
populasi hama dan musuh alami yang lebih baik pada
penerapan sistem PBT dibandingkan dengan sistem Konvensional.
Hal ini antara lain terlihat dari tingginya
tingkat parasitasi larva P. Xylostella oleh D. semi-clausum dan
besar populasi imago parasitoid D. Semiclausum dan inareolata sp.
Selain itu, koloni cendawan antagonis patogen tanaman
Trichoderma spp. pada tanah dengan penerapan sistem PHT
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan sistem
Konvensional.
Dari beberapa jenis insektisida yang digunakan dan
dianalisis kadar residunya, hanya insektisida Asefat
yang terdeteksi pada seluruh unsur lingkungan yang
diteliti.
Kadar residu insektisida Asefat pada tanah dan air
larian pada penerapan sistem PBT lebih rendah dibandingkan
dengan sistem Konvensional, tetapi tidak terdapat
perbedaan residu insektisida Asefat pada krop
kubis.
Hasil penelitian juga menunjukkan adanya
Bacillus tburingiensis Berliner pada tanah
labnya lebih besar pada penerapan sistem
populasi yang jumPHT akibat
penggunaan insektisida mikroba B. tburingiensis jika
dibandingkan dengan sistem Konvensional.
E. Daftar Kepustakaan 44 (1971 - 1995)

ABSTRACT
Agriculture production should be increased due to the
increasing of market demand. Beside quantity, the
quality products is important, especially for vegetable
crops. To meet this market demand, farmers usually use
fertilizers and pesticides intensively.
One of the important objectives of Integrated Pest
Management (IPM) implementation is to reduce the
amount of pesticide usage. In line with this objective,
the use of natural enemies and selective pesticides is
very important.
The impact of IPM implementation on cabbage against the
environmental aspects such as species diversity of
fauna, insecticide residues on soil and water, insecticide
residues on cabbage crop was studied.
The experiment used paired treatment comparison to
compare IPM system with Conventional system and conducted
at Lembang Experimental Garden of Lembang Horticultural
Institute from August 1994 to December 1994.
Some important results of this study are as follows:
1. Species diversity of fauna in the air (upper soil)
at IPM plot (1. 66-2.02) was higher than Conventional
plot (1.61 - 2.00).
2. The level of parasitism o f Plutella xylostella (L.)
larvae by Diadegma semi clausum Hellen was higher in
IPM system than in Conventional system.
3. The colonies of mycoparasite T.ricooderma spp.
in the soil was higher in IPM system compared with
4.Conventional system.
Insecticide residues
run off showed
(Acephate) in soil and
lower in IPM system
water
than
Conventional system. However, no difference of
insecticide residue on cabbage crop was found in
IPM system and Conventional system.
5. The colonies of Bacillus tburingiensis Berliner
in the soil was higher in IPM system compared with
Conventional system.
E. Number references : 44 (1971 - 1995).

 File Digital: 1

Shelf
 T6382-Nonon Saribanon Rubyawan.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Kata Kunci

 Metadata

No. Panggil : T-Pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : [Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 1996
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resources
Deskripsi Fisik : xviii, 152 pages ; illustration ; 29 cm
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
T-Pdf 15-18-352156981 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 97361