Japanese Encephalitis (JE) merupakan salah satu penyakit zoonosa yang dapat menimbulkan radang akut pada susunan syaraf pusat yang ditularkan oleh hewan melalui gigitan nyamuk terutarna Culex sp. Departemen Kesehatan bekerjasama dengan sektor terkait telah melalukan berbagai upaya untuk mengetahui seberapa besar insiden JE di Indonesia dengan melakukan surveilans terhadap JE diantaranya di Propinsi Bali.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa faktor risiko lingkungan di dalam dan di luar rumah selain faktor individu penderita dan perilaku terhadap pencegahan gigitan nyamuk yang berhubungan dengan kejadian JE pada anak-anak. Desain penelitian yang digunakan adalah kasus kontrol, dengan perbandingan 1 : 2. Kelompok kasus adalah anak-anak dari seluruh kabupaten di Propinsi Bali yang didiagnosa secara klinis dan laboratoris menderita JE, dan sebagai kelompok kontrol adalah anak-anak selain menderita encephalitis. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 76 kasus dan 152 kontrol. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan orang tua responden dan obsrvasi lingkungan tempat tinggal responden. Selanjutnya hasil yang diperoleh dianalisa dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik.Hasil analisa bivariat menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian JE pada anak-anak dengan derajat kepercayaan 95% meliputi : adanya ternak babi (p=0,002, OR = 2,81), tempat perindukan nyamuk (p=0,005, OR = 2,59), kualitas rumah (p=0,003, 0R= 3,49), umur (p=0,0l7, OR = 2,04), jenis kelamin (p=0,03l, OR=1,84), tingkat pengetahuan ibu (p=0,000, OR=3;59), kebiasaan memakai kelambu (p=0,029, OR = 2,93), kebiasaan memakai obat nyamuk (p=0,007, OR = 2,18), pemakaian kawat kasa (p=0,006, OR = 2,78). Sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah kelembaban rumah (p=0,201), dan kebiasaan memakai repellent (p=0,6l4). Hasil analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor-faktor yang Berhubungan dengan kejadian JE pada anak-anak adalah tingkat pengetahuan ibu (p=0,000, OR=3,48), kualitas rumah (p=0,016, OR=3,40), pemakaian kawat kasa (p=0,014, OR=2,79), adanya ternak babi (p=0,010,0R=2,62), umur (p=0,038, OR=2,01) dan kebiasaan memakai obat nyamuk (p=0,018, 0R=2,15).Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan ibu dibawah rata-rata, kualitas rumah yang buruk, adanya ternak babi, tidak memakai kawat kasa, umur kurang dari lima tahun, dau tidak mempunyai kebiasaan memakai obat nyamuk akan berisiko lebih besar untuk menderita JE. Disarankan agar meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang konstruksi rumah sehat, dimana atap dilengkapi dengan plafon, dinding dan lantai rumah tidak berlubang, ventilasi dilengkapi dengan kawat kasa sehingga nyamuk tidak dapat masuk ke dalam rumah, memelihara ternak babi mengikuti standar kandang babi yang baik dan terpisah dari lingkungan pemukiman, kerjasama dengan Dinas Pertanian tentang pemilihan jenis padi yang tidak banyak membutuhkan air sehingga dapat mengurangi tempat perindukan nyamuk, dengan tujuan untuk memutuskan rantai penularan JE. Penelitian lebih Ianjut dengan desain yang lebih sempurna, dan variabel-variabel yang penting secara teori dengan definisi operasional dan cara pengukuran yang lebih baik maupun variabel-variabel yang belum diteliti untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kejadian JE. |