Latar Belakang: Sepsis menjadi masalah karena merupakan salah satu penyebab terbesar kematian bayi prematur. Terdapat beberapa risiko terhadap neonatus yang berhubungan dengan sepsis awitan dini pada neonatal prematur di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo diantaranya adalah Small Gestational Age (SGA), berat badan rendah dibawah 1500 gram, kembar, jenis kelamin, APGAR skor rendah, asfiksia, derajat prematur, intubasi dan gawat janin. Metode: Penelitian ini menggunakan rekam medis sebagai sumber data untuk dianalisis setelah mendapat persetujuan dari komite etik RSCM. Penelitian ini memiliki target untuk mengetahui hubungan bermakna antara risiko neonatus dengan sepsis awitan dini pada neonatus prematur di RSCM dengan penyajian deskriptif dan analisis menggunakan retrospective cohort. Rekam medis berasal dari neonatus yang lahir pada tahun 2020 dan masuk kedalam kriteria inklusi. Penelitian ini menggunakan total 101 sampel dan menggunakan SPSS sebagai software analisis. Hasil: Data deskriptif yang diperoleh mendapatkan hasil dengan neonatus yang lahir pada bulan Desember (23.7%), bertahan hidup (66.3%), hasil kultur positif (10.9%), neonatus dengan kelahiran section cesaria (80.2%), trombosit >100.000/μL (85.1%), nilai CRP <10 mg/dL (80.2%) dan leukosit 4.000 - 34.000/μL (90.1%). Faktor yang berhubungan dalam kejadian sepsis pada prematur adalah intubasi dalam 24 jam setelah bayi lahir menunjukan nilai yang signifikan dengan nilai p sebesar 0.009. Faktor risiko lain yaitu jenis kelamin, SGA, berat badan rendah, asfiksia, APGAR skor rendah, lahir kembar, derajat premature rendah dan gawat janin tidak menunjukan data yang signifikan dalam penelitian ini. Kesimpulan: Ditemukan adanya faktor signifikan yang berhubungan antara sepsis awitan dini pada neonatus prematur dengan tindakan intubasi dalam 24 jam setelah kelahiran. Background: Sepsis is one of the deadly causes of death in pre-term neonates has become alarming. Several risk factors towards neonates contribute to the Early Onset Sepsis (EOS) in Cipto Mangunkusumo Hospital. Those are Small Gestational Age (SGA), low birth weight (LBW), twin birth, low APGAR score, gender, birth asphyxia, premature degree category, intubation and fetal distress. Method: This research used the medical record after being approved by the ethics committee CMH. The writer aims to identify the relation between the neonates’ risk factors with EOS in pre-term neonates through this retrospective cohort study by serving the descriptive and analytical data. All the medical records are obtained from 2020 period and incorporated in the inclusion criteria. In this research, there are a total of 101 samples used. The analysis engine utilized in this research is the SPSS software. Results: The demographic data shows that the neonates were mostly born in December 2020 for (23.7%), surviving outcomes (66.3%), positive culture results (10.9%), C section delivery (80.2%), thrombocyte >100.000/μL (85.1%), CRP value <10 mg/dL (80.2%) and leukocyte level 4.000 - 34.000/μL (90.1%). The descriptive data show that intubation within 24 hours ought to be significant as it is supported by the p-value of 0.009. Meanwhile, other risk factors of gender, twin birth, low APGAR score, birth asphyxia, fetal stress, premature degree category, LBW and SGA are not showing the significant number in this research. Conclusion: There is a significant correlation between EOS in pre-term neonates and intubation within 24 hours after birth. |