Pandemi COVID-19 telah terbukti menjadi musuh besar bagi kesehatan global. Kedatangan vaksin membawa angin segar untuk mengembalikan kondisi ke normal. DKI Jakarta sebagai Provinsi dengan jumlah kasus COVID-19 tertinggi di Indonesia merupakan salah satu provinsi prioritas dalam pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Capaian vaksinasi Booster ke-I belum sesuai target sedangkan pemerintah sudah melaksanakan vaksinasi Booster ke-II kepada tenaga kesehatan dan lansia. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19 bagi Masyarakat DKI Jakarta ditinjau dari Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang, dilakukan pada November hingga Desember 2022 dengan melibatkan sampel penelitian sebanyak 175 responden. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan level kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kesiapan vaksinasi pada responden adalah sebesar 84%. Pada faktor pemodifikasi terdapat hubungan antara Usia (p-value 0,000), Pendidikan (p-value 0,727), Pekerjaan (p-value 0,046), dan Pengetahuan (p-value 0,000) dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19, sedangkan jenis kelamin (p-value 0,727) tidak memiliki hubungan. Pada faktor persepsi terdapat hubungan antara persepsi manfaat (p-value 0,002) dan persepsi hambatan (p-value 0,000) dengan kesiapan vaksinasi Booster COVID-19. Sedangkan persepsi kerentanan (p-value 0,636) dan persepsi keparahan (p-value 0,418) tidak memiliki hubungan. Pada faktor isyarat untuk bertindak terdapat hubungan pada faktor kepercayaan terhadap vaksinasi Booster COVID-19 (p-value 0,000) dan kepercayaan terhadap sumber informasi (p-value 0,000). Sedangkan faktor pengalaman terhadap COVID-19 didapatkan tidak memilki hubungan yang kuat dengan kesiapan Vaksinasi Booster COVID-19 (p-value 1,000). Dari hasil penelitian ini, terdapat beberapa hal yang disarankan, diantaranya menekankan ke masyarakat bahwa pandemi COVID-19 belum berakhir, mengembangkan metode penyebaran informasi yang berkesinambungan dan terus berupaya meluruskan informasi yang menyimpang (hoaks) di kalangan masyarakat. The COVID-19 pandemic has proven to be a formidable enemy for global health. The arrival of the vaccine brings fresh air to return conditions to normal. DKI Jakarta as the province with the highest number of COVID-19 cases in Indonesia is one of the priority provinces in the implementation of COVID-19 vaccination. The achievements of the 1st Booster vaccination have not met the target, while the government has carried out the 2nd Booster vaccination for health workers and the elderly. The aim of the study was to determine the factors related to the readiness of the COVID-19 Booster vaccination for the DKI Jakarta Community in terms of the Health Belief Model. This study used a cross-sectional study design, conducted from November to December 2022 involving a research sample of 175 respondents. The analysis used was univariate and bivariate analysis with a 95% confidence level. The results showed that the percentage of readiness for vaccination in the respondents was 84%. In the modifying factors there is a relationship between Age (p-value 0.000), Education (p-value 0.727), Occupation (p-value 0.046), and Knowledge (p-value 0.000) with the readiness of the COVID-19 Booster vaccination, while gender ( p-value 0.727) has no relationship. In the perception factor, there is a relationship between perceived benefits (p-value 0.002) and perceived barriers (p-value 0.000) with the readiness of the COVID-19 Booster vaccination. Meanwhile, perceived susceptibility (p-value 0.636) and perceived severity (p-value 0.418) had no relationship. In cues to action factors there is a relationship between the trust factor of the COVID-19 Booster vaccination (p-value 0.000) and trust of information sources (p-value 0.000). Meanwhile, the experience factor for COVID-19 did not have a strong relationship with the readiness of the COVID-19 Booster Vaccination (p-value 1,000). From the results of this study, there are several suggestions, including emphasizing to the public that the COVID-19 pandemic is not over, developing sustainable and coordinated information dissemination methods, and continuing to work on rectifying distorted information (hoaxes) among the public. |