Nyeri kronis pada populasi dewasa muda dapat mengganggu aktivitas dan keberfungsian sehari-hari. Penderita nyeri bahkan terancam mengalami kehilangan fungsi tubuh tertentu apabila terlibat dalam pain catastrophizing. Berdasarkan fear-avoidance model, sifat cemas dapat mempengaruhi penderita nyeri untuk melakukan pain catastrophizing yang kemudian mengarah pada pemulihan yang tertunda. Peneliti lain mencoba mengembangkan model yang hanya fokus pada faktor negatif ini, dengan memasukkan faktor positif yang dapat membantu pemulihan nyeri individu, yaitu resiliensi. Stres yang dialami penderita nyeri kronis juga perlu diatasi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan positive religious coping. Pada studi ini, penulis ingin melihat peran resiliensi dan positive religious coping sebagai moderator di antara interaksi sifat cemas dan pain catastrophizing, sedangkan negative religious coping dianalisis sebagai kovariat. Penelitian dilakukan terhadap 275 penderita nyeri di Indonesia berusia 18-35 tahun. Partisipan memberi persetujuan untuk mengikuti penelitian ini dan mengisi kuesioner yang menggambarkan pengalaman nyeri mereka. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa positive religious coping berperan sebagai moderator dalam interaksi sifat cemas dan pain catastrophizing, namun resiliensi tidak. Memiliki hubungan yang baik dengan Tuhan, sesama, dan diri sendiri dapat membantu penderita nyeri kronis dalam menghadapi nyerinya. Melihat hasil studi ini, profesional dapat mempertimbangkan positive religious coping sebagai salah satu sasaran intervensi saat menangani pasien nyeri kronis. Chronic pain in young adults can interfere with daily activity and functioning. Pain patients are threatened with dysfunction when they are engaged in pain catastrophizing. According to the fear-avoidance model, trait anxiety affects one’s involvement in pain catastrophizing, leading to delayed recovery. Other researchers tried to expand the model, which focuses only on the negative factors, by incorporating the positive factors, i.e., resilience, that can promote positive adaptation to chronic pain. The stress that chronic pain patients face also needs to be overcome. One of the strategies is using positive religious coping. In this study, the author examined the role of resilience and positive religious coping as moderators in the interaction of trait anxiety and pain catastrophizing, while negative religious coping is analyzed as a covariate. A total of 275 individuals with chronic pain aged 18-35 participated in this study. Participants informed their consent and filled out a set of questionnaires that described their pain experiences. The regression analysis results show that positive religious coping moderates the interaction between trait anxiety and pain catastrophizing, and resilience does not. Having a good connection with God or a higher being, as well as others and oneself, can help chronic pain patients deal with their pain. From this finding, professionals can consider positive religious coping an intervention target when helping chronic pain patients. |