Penelitian ini mengkaji tentang isu antisemitisme dan humor Yahudi yang ditampilkan dalam film. Humor Yahudi terbagi menjadi humor dari perspektif Yahudi dan non-Yahudi yang dibedakan oleh subjek penyampainya; humor dari perspektif Yahudi jika disampaikan oleh orang Yahudi, humor dari perspektif non-Yahudi jika disampaikan oleh orang non-Yahudi. Penelitian ini akan menujukkan kekayaan yang dimiliki oleh film Masel Tov Cocktail berupa gabungan kedua humor tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif kajian pustaka dan teori Humor Arthur Asa Berger. Film ini menggambarkan bahwa humor dari perspektif Yahudi ditunjukan oleh tokoh Dima, ayah, ibu, dan kakek Dima. Sementara itu, humor dari perspektif non-Yahudi direpresentasikan oleh tokoh Tobi, Masel, sekelompok remaja, Frau Jachthüber, Frau Pütner, dan orang partai. Hasil analisa menunjukkan perlawanan terhadap antisemitisme, yang dibuktikan dengan keseimbangan jumlah humor dari perspektif Yahudi dan non-Yahudi. Meskipun humor dari perspektif Yahudi hanya diucapkan oleh tiga tokoh, jumlahnya tetap seimbang karena tokoh Dima menggambarkan tiga humor dari perspektif Yahudi. Hal ini menggambarkan setiap bentuk antisemitisme yang disampaikan dengan humor dari perspektif non-Yahudi, selalu mendapat perlawanan humor dari perspektif Yahudi. Teknik yang paling dominan digunakan dalam menyampaikan humor adalah kategori bahasa. Hal ini mungkin bertujuan agar penyampaian pesan melawan antisemitisme lebih jelas dan mudah dipahami melalui percakapan yang ada. This study examined the issue of antisemitism and Jewish humor shown in the movie. There are two types of Jewish comedy: Jewish and non-Jewish perspectives, defined by the speaker: Jewish humor conveyed by a Jew and non-Jewish humor conveyed by a non-Jew. This study showed the uniqueness of Masel Tov Cocktail by combining both types of humor. This study used the qualitative method of literature review and Arthur Asa Berger's Humor theory. The film showed that the characters Dima, Dima's father, mother, and grandfather demonstrated Jewish perspective humor. Meanwhile, Tobi, Masel, a group of youths, Frau Jachthüber, Frau Pütner, and members of the political party demonstrated non-Jewish perspective humor. The study's result showed antisemitism resistance, as evidenced by the balance amount of humor from both perspectives of Jews and non-Jews. Although only three characters demonstrated Jewish humor, the numbers remain balanced since Dima described three parts of Jewish humor. This proved that non-Jewish humor was used to show antisemitism, while Jewish humor did the opposite. The language category was the most prevalent technique used in delivering humor. The purpose was most likely to make the message against antisemitism more evident and understandable through the conversation. |