Tulisan ini membahas tentang perwujudan arca dewa-dewi pada Kelenteng Li Tie Guai yang berada di Jakarta Barat. Perwujudan arca pada kelenteng ini dibahas dengan menggunakan perspektif life course. Data yang digunakan adalah keseluruhan arca dewa-dewi pada kelenteng yang berjumlah tiga puluh arca. Metode yang digunakan yaitu pengamatan data pustaka dan lapangan, dilanjutkan dengan pengolahan data yang dilakukan dengan mengklasifikasikan arca berdasarkan wujud tua, dewasa, remaja, dan anak-anak serta wujud laki-laki, perempuan, dan lainnya. Tahap selanjutnya dilakukan penafsiran data. Hasil penelitian menunjukkan lebih banyak arca yang digambarkan dalam wujud dewasa dan tua dibandingkan dengan wujud remaja dan anakanak. Hal ini menunjukkan dalam perspektif life course seseorang dalam masa hidupnya menjadi dewa lebih banyak pada saat dewasa dan tua karena dalam proses menjadi dewa memerlukan kemampuan khusus dan kesucian jiwa yang didapatkan dalam waktu yang lama. Kemudian perwujudan arca laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perwujudan arca perempuan dan lainnya. Hal ini menunjukkan pada masa lalu khususnya di Cina laki-laki memiliki dominasi yang lebih besar dibandingkan perempuan dan lainnya. This paper will discuss the embodiment of the statues of the gods at the Li Tie Guai Temple in West Jakarta. The embodiment of the statues in this temple will be explained distinctly with the life course perspective. The data will consist of thirty statues of gods inside the temple. There are several procedure starting from observation of library and field data, followed by data processing by classifying statues based on the variety of age appearance stretching from old, adult, adolescent, to younglings as well as male, female, and others. The last procedure is data interpretation. The result shows that the majority of the statue were depicted as the form of adults and elders compared to the forms of teenagers and children. It shows that in the lifecourse perspective, a person in his span of a lifetime will trancend it self into a god-like being in their adulthood and old stage because becoming a god requires the purity of soul obtained in a long time. The embodiment of male statues surpass the number of the embodiment of female statues and other gender. It indicates that in the past, especially in Chinese culture, men had a dominate social role over women and other gender did. |