Pengolahan sampah secara open dumping mengakibatkan dampak bagi lingkungan. Plastik memiliki 21,36% komposisi sampah, sulit terurai dan dapat meningkatkan pemanasan global. Plastik sachet/multilayer termasuk pemakaian plastik yang banyak digunakan untuk pengemasan. Masalah penelitian ini adalah adanya sampah sachet yang tidak memiliki nilai ekonomi karena tidak diambil oleh pelapak dan masih sedikit yang mendaur ulang. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pasir Putih, kota Depok. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis timbulan sampah plastik sachet, pengelolaan sampah plastik di rumah tangga, proses daur ulang plastik sachet dan mengembangkan konsep pengelolaan sampah plastik kemasan sachet untuk mendukung konsep ekonomi sirkular. Pendekatan penelitian secara kuantitatif dengan metode gabungan kuantitatif dan kualitatif, serta dianalisis dengan LCA, CBA dan deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi plastik sachet adalah 17% dari total timbulan sampah plastik. Selain itu adanya kebijakan pemerintah tentang pengelolaan sampah, belum mampu mendorong masyarakat kelurahan Pasir Putih aktif dalam memilah sampah, karena hanya 27,7 % masyarakat yang memilah sampah dan 15,8% yang selalu mengumpulkan sampah di bank sampah. Teknologi daur ulang sampah plastik sachet menggunakan proses ekstrusi merupakan proses yang menghasilkan pelet plastik ramah lingkungan. Berdasarkan hasil LCA penilaian dampak pemanasan global relatif kecil yaitu 1,17%. Pengelolaan sampah plastik sachet dengan daur ulang ekstrusi dinilai layak karena nilai NV Rp 10,16 M dan BCR 1,492. Angka ini dapat dikembangkan lagi dengan cara pengumpulan sampah plastik yang lebih efisien. Penelitian ini menyimpulkan bahwa sampah plastik sachet layak untuk dikelola dalam bentuk daur ulang menjadi pelet, karena memiliki nilai tambah ekonomi, tidak menimbulkan dampak lingkungan dan mendukung ekonomi sirkular. Pengelolaan sampah plastik sachet memerlukan upaya pengumpulannya melalui peningkatan peran serta masyarakat dan penerapan EPR oleh produsen. Waste processing by open dumping has an impact on the environment. Plastic has 21.36% of the waste composition, is difficult to decompose and can increase global warming. Sachet/multilayer plastic includes the use of plastic that is widely used for packaging. The problem with this research is that there are sachets of waste that have no economic value because the pelapak do not collect them and only a few recycle them. The research was conducted in Pasir Putih Village, Depok City. The purpose of this study was to analyze the generation of plastic sachet waste, plastic waste management in households, the plastic sachet recycling process and to develop the concept of plastic sachet packaging waste management to support the circular economy concept. Quantitative research approach with a combination of quantitative and qualitative methods, and analyzed with LCA, CBA and descriptive. The results of this study indicate that the composition of plastic sachets is 17% of the total plastic waste generation. Apart from that, the existence of a government policy regarding waste management has not been able to encourage the people of the Pasir Putih sub-district to be active in sorting waste, because only 27.7% of people sort waste and 15.8% always collect waste in waste banks. The technology for recycling plastic sachets using an extrusion process is a process that produces environmentally friendly plastic pellets. Based on the results of the LCA assessment of the impact of global warming, it is relatively small, namely 1.17%. The management of plastic sachet waste by extrusion recycling is considered feasible because the NV value is IDR 10.16 billion and the BCR is 1.492. This figure can be developed further by means of a more efficient collection of plastic waste. This study concluded that plastic sachet waste is feasible to be managed in the form of recycling into pellets, because it has added economic value, does not cause environmental impacts and supports a circular economy. The management of plastic sachet waste requires efforts to collect it through increased community participation and the application of EPR by producers. |