Fenomena match fixing adalah fenomena yang masih terus menjadi masalah global, termasuk di Indonesia. Eksistensi yang masih terus terjadi tersebut tidak berbanding lurus dengan sejumlah studi terkait match fixing di dunia sepak bola Indonesia. Studi ilmiah terkait match fixing di dunia sepak bola Indonesia masih sangat terbatas dan penanganan yang telah dilakukan masih belum berhasil. Salah satu kasus match fixing yang terjadi di sepak bola Indonesia adalah kasus match fixing Budi dan Rudi. Skripsi ini menggunakan metode studi kasus untuk membahas kasus match fixing Budi dan Rudi secara lebih spesifik dan mendalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan faktor-faktor yang melatarbelakangi Budi dan Rudi melakukan aktivitas match fixing. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan teknik analisis narrative untuk mencoba mencapai tujuan tersebut. Analisis faktor yang melatarbelakangi tersebut didasari pada kerangka teori fraud triangle. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus match fixing Budi dan Rudi yang merupakan sebuah kejahatan fraud dan termasuk dalam bentuk white-collar crime dapat dianalisis menggunakan teori fraud triangle. Faktor-faktor yang melatarbelakangi Budi dan Rudi melakukan match fixing terdiri dari beberapa hal. Pertama, faktor tekanan, yaitu faktor tekanan finansial yang berupa gaji yang kecil dan didukung kondisi status sosial ekonomi yang cenderung menengah ke bawah, dan kalah dalam perjudian. Kemudian terdapat faktor tekanan non-finansial berupa pengaruh dari teman di sekitar. Kedua, faktor kesempatan, yakni general information yang berupa informasi terkait lemahnya tingkat deteksi serta pengendalian match fixing di sepak bola Indonesia., dan technical skill profesi sebagai seorang atlet sepak bola, secara khusus berposisi sebagai penjaga gawang. Terakhir, faktor rasionalisasi, yakni berbentuk perlakuan buruk organisasi, persepsi bahwa ‘mayoritas atau semua orang melakukannya’, dan penolakan cidera atau kerugian dalam tindakannya. The phenomenon of match fixing is a phenomenon that continues to be a global problem, including in Indonesia. This ongoing existence is not directly proportional to a number of studies related to match fixing in the world of Indonesian football. Scientific studies related to match fixing in the world of Indonesian football are still very limited and the treatments that have been carried out have not been successful. One of the match fixing cases that occurred in Indonesian football was the case of Budi and Rudi's match fixing. This thesis uses the case study method to discuss the case of Budi and Rudi's match fixing in a more specific and in-depth manner. The purpose of this research is to explain the factors behind Budi and Rudi doing match fixing activities. This study uses a qualitative approach and narrative analysis techniques to try to achieve this goal. An analysis of the underlying factors has been imposed on the fraud triangle theoretical framework. The results of the study show that the case of Budi and Rudi's match fixing which is a fraud crime and is included in the form of white-collar crime can be analyzed using the fraud triangle theory. The factors behind Budi and Rudi's match fixing consisted of several things. First, the pressure factor, namely the pressure factor in the form of a small salary and supported by socio-economic conditions that tend to be middle to lower, and lose in gambling. Then there is the non-financial pressure factor in the form of influence from friends around. Second, the opportunity factor, namely general information in the form of information related to weaknesses in the level of detection and control of match fixing in Indonesian football, and professional technical skills as a soccer athlete, specifically in the position of goalkeeper. Finally, the rationalization factor, namely in the form of bad treatment of the organization, the perception that 'the majority or everyone does it', and the denial of injury or loss in their actions. |