Berdasarkan perspektif semiotika, setiap elemen arsitektur mengandung makna denotatif maupun konotatif yang dapat mengkomunikasikan suatu budaya dan sejarah di lingkungan tersebut. Dalam hal ini, elemen-elemen arsitektur Hotel X terlihat pada desain eksterior yang terdiri dari fasad bangunan, lobby, kolam renang, taman, serta restoran dan kafe. Sementara itu, desain interior Hotel X terdiri dari pencahayaan pada kamar Hotel X, jendela kamar Hotel X, kasur pada kamar Hotel X, serta lantai kamar Hotel X. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana semiotika desain arsitektur Hotel X dalam objek berbentuk render desain yang bersifat dua dimensi (2D). Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa Hotel X memiliki desain arsitektur yang khas dan unik, yaitu didominasi dengan corak geometris yang membentuk motif Batik Kawung dengan filosofi tinggi. Hal ini yang kemudian akan mempengaruhi bagaimana Hotel X justru lebih menonjolkan budaya “Jawa-sentris” daripada budaya Kalimantan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan semiotika Pierce dan Umberto Eco sebagai ‘pisau analisis’ dalam mengeksplorasi elemen-elemen arsitektur pada Hotel X. Penelitian ini merupakan penelitian dengan paradigma kritis, pendekatan kualitatif, dan jenis eksploratif. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, observasi, dan studi pustaka. Based on a semiotic perspective, each architectural element contains denotative and connotative meanings that can communicate culture and history in that environment. In this case, the architectural elements of Hotel X can be seen in the exterior design, consisting of building facades, lobbies, swimming pools, gardens, restaurants, and cafes. Meanwhile, the interior design of Hotel X consists of lighting in bedrooms, windows in bedrooms, mattresses in bedrooms, and floors in bedrooms. This study aims to find out how Hotel X's architectural design semiotics is in the form of two-dimensional (2D) design rendering objects. The results of this study indicate that Hotel X has a distinctive and unique architectural design, dominated by geometric patterns that form the Batik Kawung motif with high philosophy. This will then affect how Hotel X puts forward a "Jawa-centric" culture rather than the culture of Kalimantan itself. This study uses Pierce and Umberto Eco's semiotics as an 'analytical knife' in exploring architectural elements in Hotel X. This research is research with a critical paradigm, a qualitative approach, and exploratory type. Data collection in this study was carried out using summaries, observations, and literature studies. |