Penelitian ini bertujuan menggali konstruksi identitas pelaku street fashion di kalangan anak muda perkotaan, dan mengidentifikasi apakah mereka merupakan kelompok sosial yang membangun subkultur ditandai dengan simbol-simbol identitas tertentu. Studi-studi sebelumnya mengategorikan pelaku street fashion sebagai subkultur anak muda, sementara di Indonesia tergolong sebagai fenomena budaya baru yang muncul pada pertengahan tahun 2022. Sebab itu, kehadiran pelaku street fashion remaja pinggiran kota menarik untuk diteliti dan dikaji secara sosiologis. Studi oleh Wardhana (2022) atas pelaku Citayam Fashion Week (CFW) hanya melihat potensi ekonomi bagi industri UMKM. Melalui kajian kualitatif ini, menempatkan pelaku CFW sebagai kasus dan diwawancara secara mendalam, serta diobservasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para pelaku CFW membentuk kelompok yang bersifat cair. Adanya pihak-pihak luar “menginterupsi” upaya mereka berproses menjadi kelompok dan membangun subkultur, dalam hal ini salah satunya termasuk media sosial. Mereka tidak memiliki aturan/norma dan tujuan yang disepakati bersama. Selain itu, tidak ada kegiatan yang terstruktur dan terpola sehingga identitas yang ditampilkan para pelaku bukanlah hasil konstruksi secara kolektif, melainkan lebih individual. Kalaupun ada atribut yang terkesan sebagai ciri khas kelompok, pada dasarnya lebih karena adanya sikap saling meniru. Media sosial menjadi menjadi ruang bagi para pelaku untuk menunjukkan identitas dan seolah merupakan kelompok sosial yang membangun subkultur. This study aims to explore the identity construction of street fashion doers among urban youth, and identify whether they are a social group that builds a subculture characterized by certain identity symbols. Previous studies have categorized street fashion doers as a youth subculture, while in Indonesia they are classified as a new cultural phenomenon that emerged in mid-2022. Therefore, the presence of suburban youth street fashion doers is interesting to study and study sociologically. Wardhana's (2022) study of Citayam Fashion Week (CFW) doers only looks at the economic potential for the MSME industry. Through this qualitative study, CFW doers were placed as cases and were interviewed in depth, as well as observed. The results of the study show that CFW doers form groups that are fluid. The existence of outsiders "interrupts" their efforts to process into groups and build subcultures, in this case one of which includes social media. They do not have rules/norms and mutually agreed goals. In addition, there are no structured and patterned activities so that the identities displayed by the actors are not the result of collective construction, but are more individual. Even if there are attributes that seem to be the characteristics of a group, basically it is more due to mutual imitating. Social media has become a space for actors to show their identity and as if they are social groups that build subcultures. |