Pendahuluan: Kebiasaan Pisah ranjang merupakan isu seksualitas pada lansia pria yang sering terjadi di Lampung Selatan. Kebiasaan pisah ranjang dilakukan ketika memasuki usia lanjut, karena pada lansia pria terjadinya proses menua yang mengakibatkan adanya penurunan fungsional secara fisik dan psikologis sehingga lansia pria dianggap tidak perlu melakukan aktifitas seksualitas. Selain itu persepsi seksualitas lansia pria hanya berfokus pada aspek hubungan intim saja, padahal kasih sayang, berpegangan, saling menjaga, rasa perhatian masuk kedalam aspek seksualitas dalam arti luas. Tujuan: Penelitian ini untuk mengeksplorasi persepsi seksualitas pada lansia pria tentang kebiasaan pisah ranjang. Desain dan Metode: Riset kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan menggunakan wawancara mendalam. Informan dalam penelitian adalah lansia yang melaksanakan kebiasaan kebiasaan pisah ranjang dengan jumlah 14 informan dan sudah mencapai saturasi data. Hasil: Teridentifikasi 8 tema yaitu (1) Alasan pisah ranjang; (2) Persepsi seksualitas lansia; (3) Situasi setelah pisah ranjang; (4) Bentuk hubungan pasangan lansia; (5) Peran rumah tangga di usia lanjut; (6) Kurang informasi;(7) Harapan lansia; (8) Jenis dukungan yang dibutuhkan lansia. Kesimpulan: Pisah ranjang yang terjadi di Lampung Selatan merupakan salah satu budaya yang sudah ada sejak lama dan dilakukan secara turun temurun, adanya budaya tersebut dikarenakan lansia dianggap memiliki berbagai masalah kesehatan sehingga kebutuhan tidur menjadi prioritas yang diutamakan daripada kebutuhan seksualitas. Saran Hasil penelitian diharapkan menjadi solusi bagi lansia dalam memenuhi kebutuhan seksualitas yang selalu terabaikan sehingga peran perawat di layanan kesehatan dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut melalui program kesehatan lansia. Introduction: The habit of separating beds is an issue of sexuality in the older people that often occurs in South Lampung. The habit of separating beds is carried out when entering age, because the older people are considered inappropriate with the physical and psychological conditions that occur in the elderly. In addition, the sexuality needs of older people men are considered not too important because in age only dofkuskan to physical health. Purpose: Thisstudy is to explore perceptions of sexuality in older people men about bed separation habits. Method: Qualitative research with a descriptive phenomenology approach using in-depth interviews. The informants in the study were older people who carried out the habit of separating beds with a total of 14 informants and had reached data saturation. Results: 8 themes were identified, namely (1) Reasons for bed separation; (2) Perception of older people sexuality; (3) The situation after bed separation; (4) The form of relationship of the older people couple; (5) The role of the househin age; (6) Uninformed;(7) Older people expectations; (8) The type of support the older people need. Conclusion: Bed separation that occurs in South Lampung is one of the cultures that has existed for a long time and is carried out for generations, the existence of this culture is because the older people are considered to have various health problems so that sleep needs take precedence over sexuality needs. The suggestion of research results is expected to be one of the inputs for older people health services in overcoming the problem of sexuality needs in the elderly. |