Pemerintah Indonesia telah menetapkan peta jalan untuk mencapai transisi energi netral karbon pada tahun 2060. Dalam mendukung program ini, PT XYZ sebagai perusahaan pembangkit listrik berfokus pada pembangunan pembangkit listrik baru. Pembangunan pembangkit listrik saat ini hanya berfokus pada konsep konvensional yaitu keterjangkauan harga dan keamanan pasokan. Namun, dalam mencapai transisi energi netral karbon, perlu ditambahkan pilar akseptabilitas. Pilar akseptabilitas ini dapat diaplikasikan dalam pengembangan proyek baru dengan mempertimbangkan faktor ESG (Environmental, Social, and Governance) yang berdampak pada financial model proyek. Dengan alokasi penugasan 130 proyek pembangkit listrik dari PLN ke PT XYZ sebagai subholding, usulan dari penulis PT XYZ sebaiknya melakukan kajian komprehensif yang mengevaluasi dampak faktor ESG pada financial model. Pertimbangan ini bertujuan untuk mendukung program transisi net zero emission, mencegah kerusakan lingkungan, mengalokasikan anggaran secara efisien, memastikan stabilitas BPP perusahaan dalam jangka panjang, dan memaksimalkan nilai perusahaan. Meskipun ada beberapa pendapat yang menganggap ESG sebagai beban, dengan penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi atau menganalisis bahwa ESG bukanlah beban melainkan manfaat bagi pengembangan proyek baru. Metode yang digunakan adalah mempertimbangkan faktor ESG yang signifikan terhadap financial model proyek, serta menilai kelayakan finansial dengan metode seperti Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV). Analisis ini memperhatikan adanya batasan penentuan harga jual beli yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero) untuk mencegah terjadinya kenaikan subsidi BPP yang signifikan. Analisis kelayakan atas penambahan faktor ESG pada pembangunan proyek pembangkit baru memberikan kesimpulan bahwa faktor ESG memiliki manfaat penghematan bagi PT XYZ. The Indonesian government has set a roadmap to achieve a carbon neutral energy transition by 2060. In supporting this programme, PT XYZ as a power generation company focuses on building new power plants. The current power plant development only focuses on the conventional concepts of affordability and security of supply. However, in achieving a carbon-neutral energy transition, it is necessary to add an acceptability pillar based on environmental considerations. This acceptability pillar can be applied in the development of new projects by considering ESG (Environmental, Social, and Governance) factors that have an impact on the project's financial model, without increasing the Cost of Supply (BPP) and still maximising the company's value. With the allocation of the assignment of 130 power plant projects from PLN to PT XYZ as a subholding, the authors suggest that PT XYZ should conduct a comprehensive study that evaluates the impact of ESG factors on the financial model. This consideration aims to support the net zero emission transition programme, prevent environmental damage, allocate budgets efficiently, ensure long-term stability of the company's BPP, and maximise the company's value. Although there are some opinions that consider ESG as a burden, with this research the author aims to evaluate or analyse that ESG is not a burden but a benefit for new project development. The method used is to consider ESG factors that are significant to the financial model of the project, and assess the financial feasibility using methods such as Internal Rate of Return (IRR) and Net Present Value (NPV). This analysis takes into account the limitations of the sales and purchase price set by PT PLN (Persero) to prevent a significant increase in BPP subsidies that could harm the company but still attract investors. The feasibility analysis of the addition of ESG factors in the construction of new power plant projects concluded that ESG factors have savings benefits for PT XYZ. |