:: UI - Disertasi Membership :: Kembali

UI - Disertasi Membership :: Kembali

Serat Baron Sakendher: Negosiasi Wacana Kolonial di Jawa pada Abad XIX = Serat Baron Sakendher: a Negotiation of Colonial Discourse in Java in XIX Century

Widodo; Titik Pudjiastuti, promotor; Sudibyo Prawiroatmojo, co-promotor; Limbong, Priscila Fitriasih, co-promotor; Turita Indah Setyani, examiner; Munawar Holil, examiner; Mujizah, examiner; Tommy Christomy, examiner (Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023)

 Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah menyajikan Serat Baron Sakendher (SBS) dalam kaitan dengan negosiasi wacana kolonial di Jawa pada abad XIX. Korpus penelitian ini berupa naskah SBS yang tersimpan di beberapa tempat penyimpanan naskah di dalam dan luar negeri. Kajian difokuskan pada penyajian suntingan teks SBS dan menjelaskan bentuk wacana kolonial di Jawa pada abad XIX yang ada di dalam teks. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan aspek naskah dan teks. Analisis teks ditekankan pada wacana kolonial dengan berpijak pada pemikiran Michel Foucault dengan mendalami ide, konsep, narasi budaya, dan genealogi kolonial yang dibangun dalam cerita Baron Sakendher. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan filologi, wacana, dan hegemoni. Aspek yang dikaji meliputi filologi dan teks SBS. Hasil penelitian yang didasarkan pada kelengkapan isi cerita, jumlah pupuh dan pada tembang macapat menunjukkan bahwa naskah SBS terdiri atas tiga kelompok naskah, yakni naskah kelompok I, naskah kelompok II, dan naskah kelompok III. Berkaitan dengan itu, digunakan metode landasan untuk menyajikan teks, yakni naskah C. Suntingan dan terjemahan teks disajikan dengan menerapkan metode kritik pada perbaikan bacaan dan penambahan kata. Temuan penelitian menunjukkan bahwa cerita SBS dihadirkan menjadi bagian Babad Tanah Jawi (BTJ). Di tengah narasi genealogi dan mistik penguasa Jawa, cerita Baron Sakendher digunakan untuk meredam konflik horizontal pasca-Perang Jawa 1830. Naskah SBS menjadi bagian babad sebagai bentuk respons penguasa Jawa untuk meredam permusuhan sekaligus menciptakan kontrol sosial baru atas rakyat. Keberadaan kolonial dilesapkan dalam cerita secara halus untuk dapat diterima oleh pembaca dan pendengar Jawa tanpa kekerasan. Kolonial Belanda difigurkan melalui tokoh Baron Sakendher yang hadir di Jawa sebagai pedagang dan mitra rakyat Jawa, bukan penjajah sebagaimana aslinya. Narasi abdi Raja Mataram menjadi kekuatan kultural yang berkorelasi dengan genealogi Baron Sakendher yang lebih rendah dari Raja Jawa, menjadi kunci penundukan rakyat dengan konsep mangku.

This study aims to serves Serat Baron Sakendher (SBS) in its relation to the legitimacy of colonial discourse in Java during the XIX century. Its corpus is SBS kept both in domestic and foreign manuscript repositories. The study is focused on presenting the SBS text edition and explaining the forms of colonial discourse in Java in the XIX century as the selected text depicts. Manuscript and textual reviews were done to answer research problems. Text analysis emphasized colonial discourse based on Michel Foucault’s thoughts, specifically by drawing on the ideas, concepts, cultural narratives, and colonial genealogy constructed in the story of Baron Sakendher. This study used some approaches, namely philology, discourse, and hegemony. The examined aspects of the manuscript include philology and SBS text itself. Based on the completeness of the story and the number of pupuh and macapat, it is revealed that the SBS manuscript consists of three categories, namely group I, group II, and group III. In this regard, the fundamental method is used to present the text edition, namely manuscript C. Text editing and translation are presented by applying critical methods on reading improvement and word addition. The findings point out that the story of SBS is presented as part of the Babad Tanah Jawi (BTJ). Amidst the genealogical and mystical narration of Javanese rulers, the story of Baron Sakendher is used to suppress horizontal conflicts following the Java War of 1830. The SBS manuscript becomes a part of the babad as a form of the Javanese rulers' response to suppress hostilities while creating new social control over the people. The presence of the colonial power is subtly embedded in the story to be accepted by Javanese readers and listeners without violence. The Dutch colonial power is figuratively depicted through the character of Baron Sakendher, who appeared in Java as a trader and a partner of the Javanese people, rather than as a conqueror as originally known. The narrative of the servants of the Mataram King becomes a cultural force correlated with the genealogy of Baron Sakendher, who was of lower rank than the Javanese King, becoming the key to subjugating the people with the concept of "mangku".

 File Digital: 1

Shelf
 D-Widodo.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : D-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : computer
Tipe Carrier : online resource
Deskripsi Fisik : 361 pages : illustration
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
D-pdf 07-24-16878291 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920530106