Aku adalah orang asing yang belajar di sini. Meskipun aku bicara bahasa selancar mereka, bekerja dengan mereka, bercanda dan tertawa akan hal-hal yang juga lucu bagi mereka, aku tetap orang asing. Mereka yakin, orang asing selalu kesulitan menyesuaikan diri. Selalu berbicara dengan logat yang berwarna. Selalu dimaklumi jika salah, atau bahkan selalu dianggap salah. Selalu mendapat nilai tambahan sebagai pemakluman karena nilai kami tidak bisa disamakan dengan nilai orang sini.” — Kisah-kisah dalam buku ini adalah potret para pendatang di Jerman. Mereka menghadapi kehidupan serbasulit dan tidak memiliki kesempatan berkompetisi secara adil. Di sisi lain, banyak juga yang kerap mendapatkan pemakluman sebab dianggap lemah dan warga kelas dua yang tidak menjadi masalah bila sesekali salah. Ketika dunia sudah tanpa pagar, mengapa kemanusiaan masih harus dipagari warna kulit, etnis, dan asal negara. |