A Tale of Two Football Codes: Shortcomings in Corporate Governance = Kisah Dua Kode Olahraga: Kekurangan Tata Kelola Perusahaan
Tubagus Gamal Muchtar;
(Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;;, 2015)
|
Kegagalan dalam mengaplikasikan corporate governance yang benar akan membuat banyak pertanyaan tentang operasi sebuah bisnis apapun bidnangnya. Bidang olahraga pun bukan pengecualian. Beberapa tahun lalu di Australia, dua klub olahraga menjadi sorotan setelah menggunakan obat-obatan terlarang. Kedua tim ini adalah dua tim dari kompteisi yang berbeda, yaitu Essendon FC dari Austarlian Football League (AFL) dan Cronulla Sharks dari National Rugby League (NRL).Penggunaan obat-obatan terlarang sudah dilarang oleh Komite Olimpiade Internasional karena obat-obatan tersebut bisa memberikan kemampuan fisik yang melebihi kemampuan normal seorang atlet. Kapabilitas yang didapatkan dari obat-obatan terlarang ini membuat klub-klub olahraga tertarik untuk menyalah gunakannya karena obat-obatan ini bisa membantu mereka memenangkan kompetisi.Dari kasus ini, kita akan melihat bahwa kedua tim tidak mengikuti standar-standar etika yang sudah diberlakukan oleh Accounting Professional and Ethical Standards Board (APESB) dan tidak memperlihatkan praktik corporate governance yang baik. Corporate governance failure may raise questions regarding a business’ operation whatever the industry the business is in. Sporting industry is not an exception. A few years ago in Australia, two sporting teams has been under the spotlight for use of sport enhancing drugs. Two of these teams are two sporting teams from two different competitions, Essendon FC from the Australian Football League (AFL) and Cronulla Sharks from the National Rugby League (NRL).Use of performance enhancing drugs are prohibited by the International Olympic Committee as it may give an athlete the handicap of increase in physical ability. The capabilities given by a performing enhancing drugs has tempted sporting teams or athletes to abuse these drugs in order to win competitions.It can be seen from this case that both teams has failed to compile with some ethical standards set by Accounting Professional and Ethical Standards Board (APESB) and unable to show any good corporate governance practice. |
MK-Tubagus Gamal Muchtar.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | MK-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia;;, 2015 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LibUI ind rda |
Tipe Konten : | text ;; |
Tipe Media : | computer ;; |
Tipe Carrier : | online resource ;; |
Deskripsi Fisik : | 15 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
MK-pdf | 11-23-35472935 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920536150 |