Eufemisme dan disfemisme dapat digunakan dalam berkomentar mengenai isu yang sensitif di media sosial untuk menunjukkan sentimen dari sebuah komentar, baik positif maupun negatif. Hal ini terjadi pada kasus perobekan Al-Quran yang dilakukan oleh Edwin Wagensveld. Perkembangan kasus ini menuai banyak respons di media sosial mulai dari kasus perobekan Al-Quran hingga penetapan Edwin Wagensveld sebagai tersangka penghinaan kelompok. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan eufemisme dan disfemisme yang ditemukan dalam kolom komentar twit NOS mengenai Edwin Wagensveld yang masuk dalam daftar tersangka penghinaan kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk mendefinisikan, mengidentifikasi, dan menganalisis penggunaan eufemisme dan disfemisme mulai dari segi proses pembentukan, makna, dan fungsinya dalam kolom komentar twit NOS mengenai Edwin Wagensveld yang masuk dalam daftar tersangka penghinaan kelompok. Metode yang digunakan dalam jurnal ini adalah deskriptif kualitatif. Adapun korpus yang digunakan ialah twit akun Twitter NOS. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa eufemisme dan disfemisme dalam twit NOS ini dibentuk lewat penggabungan kata, modifikasi fonem, peminjaman kata, dan inovasi semantis. Dalam penggunaannya, eufemisme dan disfemisme memiliki pemaknaan yang memiliki hubungan makna asosiatif, yang terbagi menjadi makna konotatif, makna sosial, makna afektif, makna refleksi, dan makna kolokatif. Dari segi kuantitas, penggunaan disfemisme mendominasi penggunaan eufemisme dalam kolom komentar twit NOS tersebut. Euphemisms and dysphemisms can be used in commenting on sensitive issues on social media to show the sentiment of a comment, whether positive or negative. This happened in the case of Edwin Wagensveld's tearing of the Quran. The development of this case drew many responses on social media, from the case of tearing the Quran to the determination of Edwin Wagensveld as a suspect in group insult. This study is motivated by the use of euphemisms and dysphemisms found in the comments column of NOS tweets regarding Edwin Wagensveld who is included in the list of suspects for group insults. This study aims to define, identify, and analyze the use of euphemisms and dysphemisms in terms of the formation process, meaning, and function in the NOS tweet commentary column regarding Edwin Wagensveld who is included in the list of suspected group insults. The method used in this journal is descriptive qualitative. The corpus used is the NOS Twitter account tweets. The results of this study show that euphemisms and dysphemisms in NOS tweets are formed through word combinations, phoneme modification, word borrowing, and semantic innovation. In their use, euphemisms and dysphemisms have meanings that have associative meaning relationships, which are divided into connotative meaning, social meaning, affective meaning, reflection meaning, and collocative meaning. In terms of quantity, the use of dysphemisms dominates the use of euphemisms in the comments column of the NOS tweets. |