:: UI - Tugas Akhir :: Kembali

UI - Tugas Akhir :: Kembali

Pengaruh akupunktur tanam benang terhadap skor nyeri, neck disability index, dan ambang nyeri tekan pada terapi nyeri miofasial otot upper trapezius = The efficacy of thread embedding acupuncture on pain score, neck disability index, and pressure pain threshold for myofascial pain therapy in the upper trapezius muscle

Emilia Puspitasari Winarno; Hasan Mihardja, supervisor; Atikah Chalida Barasila, supervisor; Stefanus Agung Budianto, supervisor; Christina Lanny Simadibrata, examiner; Adiningsih Srilestari, examiner (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023)

 Abstrak

Pendahuluan: Nyeri miofasial yang ditandai dengan titik pemicu (TP) miofasial merupakan penyebab umum nyeri muskuloskeletal dan penyebab utama dari nyeri leher maupun bahu pada populasi pekerja, terutama pekerjaan kantor yang berhubungan dengan komputer berisiko lebih tinggi akibat gerakan berulang, postur tubuh statis, lamanya berada di depan komputer, serta peningkatan penggunaan perangkat genggam. Bila penanganan nyeri miofasial gagal dilakukan tepat waktu, maka dapat mengakibatkan disfungsi, kecacatan, dan kerugian finansial bagi pasien. Akupunktur tanam benang (ATB) merupakan modalitas akupunktur baru yang dapat memberikan stimulasi jangka panjang yang bertujuan memperpanjang efek terapeutik yang sama dengan akupunktur konvensional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek terapi ATB terhadap skor nyeri, Neck Disability Index (NDI), dan ambang nyeri tekan (ANT) pada nyeri miofasial otot upper trapezius.
Metode: Desain penelitian pada penelitian ini adalah sebuah uji klinis acak tersamar ganda. Penelitian ini diikuti oleh 44 orang subjek penelitian yang dibagi kedalam kelompok ATB (n=22) dan sham ATB (n=22). Pasien dengan nyeri miofasial otot upper trapezius TP laten di kedua kelompok akan menerima satu kali terapi ATB menggunakan benang polydioxanone monofilamen merk CARA ukuran 29G x 50 mm atau sham ATB (benang dibuang) pada satu titik pemicu di otot upper trapezius yang akan di follow up pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, dan 8 minggu setelah terapi.
Hasil: Kedua kelompok terdapat perbaikan intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT yang bermakna pada 3 hari, 1 minggu, 4 minggu, maupun 8 minggu setelah terapi (p<0,001). Terapi ATB memiliki efektivitas yang lebih baik terhadap perbaikan intensitas nyeri pada 4 minggu (p=0,007) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,004), penurunan skor NDI pada 8 minggu setelah terapi (p=0,004), dan peningkatan nilai ANT pada 4 minggu (p=0,04) dan 8 minggu setelah terapi (p=0,002) dibandingkan sham ATB.
Kesimpulan: ATB memperbaiki intensitas nyeri, disabilitas, dan ANT pasien nyeri miofasial otot upper trapezius.

Introduction: Myofascial pain characterized by myofascial trigger point (MTrP) is a common cause of musculoskeletal pain and the main cause of neck and shoulder pain in the working population, especially computer-related office work which is at higher risk due to repetitive movements, static body postures, and long periods in front of the computer, as well as increased use of handheld devices. If myofascial pain treatment fails to be carried out promptly, it can result in dysfunction, disability, and financial loss for the patient. Thread embedding acupuncture (TEA) is a new modality that can provide long-term stimulation to prolong the same therapeutic effect as conventional acupuncture. This study aimed to determine the effect of ATB therapy on pain scores, Neck Disability Index (NDI), and pressure pain threshold (PPT) in upper trapezius muscle myofascial pain.
Method: The research design in this study was a double-blind, randomized clinical trial. This study was attended by 44 research subjects divided into TEA group (n=22) and sham TEA group (n=22). Patients with latent MTrP in the upper trapezius muscle in both groups will receive once TEA therapy using CARA brand monofilament polydioxanone thread 29G x 50 mm or TEA sham (thread removed) at one TrP in the upper trapezius muscle which will be followed up on 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy. Results: Both groups experienced significant improvements in pain intensity, disability, and PPT at 3 days, 1 week, 4 weeks, and 8 weeks after therapy (p<0.001). TEA therapy had better effectiveness in improving pain intensity at 4 weeks (p=0.007) and 8 weeks after therapy (p=0.004), NDI scores at 8 weeks after therapy (p=0.004), and PPT at 4 weeks (p=0.04) and 8 weeks after therapy (p=0.002) compared to sham ATB. Conclusion: TEA improves pain intensity, disability, and PPT for patients with myofascial pain in the upper trapezius muscle.

 File Digital: 1

Shelf
 SP-Emilia Puspitasari Winarno.pdf :: Unduh

LOGIN required

 Metadata

No. Panggil : SP-pdf
Entri utama-Nama orang :
Entri tambahan-Nama orang :
Entri tambahan-Nama badan :
Subjek :
Penerbitan : Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
Program Studi :
Bahasa : ind
Sumber Pengatalogan : LibUI ind rda
Tipe Konten : text
Tipe Media : unmediated ; computer
Tipe Carrier : volume ; online resource
Deskripsi Fisik : xvii, 88 pages : illustrations ; 28 cm. + appendix
Naskah Ringkas :
Lembaga Pemilik : Universitas Indonesia
Lokasi : Perpustakaan UI, Lantai 3
  • Ketersediaan
  • Ulasan
No. Panggil No. Barkod Ketersediaan
SP-pdf 16-24-45200076 TERSEDIA
Ulasan:
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920539577