Latar Belakang: Dalam beberapa dekade terakhir, insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) mengalami peningkatan secara drastis di semua negara. Hal ini disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus betina yang tidak hanya menyebarkan virus dengue, tetapi juga virus Zika, chikungunya, dan demam kuning. Berkaitan dengan itu, penyakit DBD pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1968 di Kota Surabaya, Jawa Timur dengan tingkat kematian sebesar 41,3%. Selanjutnya, pada 2022, Jakarta Selatan menyumbang kasus DBD sebanyak 1.846 kasus dengan 31 kasus di antaranya berada di Kelurahan Menteng Atas. Tujuan: menganalisis gambaran input, proses kegiatan, dan gambaran output dari kader jumantik dalam pencegahan DBD. Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Desember 2023 di Kelurahan Menteng Atas. Perolehan data dilakukan secara langsung di lapangan dan dijelaskan menggunakan metode pendekatan kualitatif untuk memahami fungsi kader jumantik pada pencegahan demam berdarah dengue dan mendiskripsikan hasil temuannya dalam sebuah narasi. Hasil: Dengan demikian, diketahui bahwa input dari variabel sumber daya manusia adalah kader dan koordinator jumantik di Kelurahan Menteng Atas sudah sesuai dengan pedoman, yakni 132 kader dan 10 koordinator sesuai perwakilan RT setempat, kader jumantik berasal dari masyarakat dengan mayoritas ibu rumah tangga. Selain itu, dana operasional yang diperoleh oleh kader sebesar Rp500.000 disertai dengan sarana dan prasarana yang sudah mencukupi seperti seragam, alat tulis, dan lain-lain. Pengorganisasian atau pembentukan struktur organisasi kader jumantik dilakukan dan diusulkan oleh RT/RW setempat disertai surat keputusan dari kelurahan. Akibatnya, pemberantasan nyamuk selama bulan Januari-Juli 2023 mencapai hasil yang maksimal, yaitu dengan rata-rata bebas jentik sebesar 99 persen. Introduction: In the last few decades, there has been a drastic increase in the case of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) across all countries. This surge can be attributed to the female Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes, which not only transmit the dengue virus but also Zika, chikungunya, and yellow fever viruses. The first case of DHF was identified in Indonesia in 1968 in the city of Surabaya, East Java, with a mortality rate of 41.3%. Subsequently, in 2022, South Jakarta contributed 1,846 cases of DHF, with 31 cases reported in the Menteng Atas sub-district. Objective: The aim of this study is to analyze the input, process activities, and output overview of mosquito vector control (jumantik) cadres in the prevention of DHF. Methods: This research was conducted from July to December 2023 in the Menteng Atas sub-district. Data collection was carried out directly in the field and explained using a qualitative approach to comprehend the functions of jumantik cadres in preventing Dengue Hemorrhagic Fever and to describe the findings in a narrative form. Result: Consequently, it was determined that the input from the human resources variable, namely the cadres and jumantik coordinators in the Menteng Atas sub-district, is in accordance with guidelines, consisting of 132 cadres and 10 coordinators as per local RT representation. The jumantik cadres are drawn from the community, with the majority being housewives. Furthermore, operational funds of Rp500,000, along with sufficient facilities and infrastructure such as uniforms, stationery, and others, are provided to the cadres. The organization or formation of the jumantik cadre organizational structure is carried out and proposed by the local RT/RW, accompanied by a decree from the sub-district. As a result, mosquito eradication during January-July 2023 achieved optimal outcomes, with an average larval index of 99 percent. |