Pengelolaan pendidikan di Indonesia hari ini, cenderung mengedepankan urusan-urusan trivial dan melupakan masalah fundamental dalam pendidikan. Selain terjebak dalam pemaknaan pendidikan modern-populis yang sempit dan kurang mengakar pada filosofi pendidikan yang kuat, pengelolaan pendidikan Indonesia juga masuk dalam perangkap pasar neoliberal yang terus memenetrasi dunia pendidikan sebagai arena bisnis yang menguntungkan.Pada medio pertengahan tahun 2020, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah kepemimpinan Nadiem Makarim telah mengedarkan Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035. Terlepas dari kerja keras yang sudah dilakukan, dokumen yang diproyeksikan untuk menjadi penentu arah pendidikan Indonesia hingga 15 tahun ke depan ini perlu mendapat banyak kritik dan masukan yang membangun. Pendidikan untuk Apa dan untuk Siapa? — hadir dalam rangka mempertanyakan kembali berbagai esensi dari tujuan pendidikan yang ‘dilupakan’ dalam dokumen tersebut.Buku ini merupakan kumpulan catatan kritis para akademisi, peneliti dan pegiat pendidikan. Beberapa tema tulisan dalam buku ini; pendidikan untuk apa dan untuk siapa, pendidikan di era transformasi sosial-budaya, kesenjangan pendidikan, hegemoni pasar kerja dalam pendidikan, digitalisasi pendidikan, pendidikan multikultural, kekerasan dalam dunia pendidikan, pendidikan guru, liberal arts, pendidikan disabilitas dan taman bacaan. |