Exploring the Relationship between "Berkain Bersama" and Elitism: A Digital Ethnography-Inspired Analysis of Twitter User Responses = Mengeksplorasi Hubungan antara “Berkain Bersama” dan Elitisme: Analisis Terinspirasi dari Etnografi Digital terhadap Respon Pengguna Twitter
Efra Imanda Rosmaningtyas Santosa;
Erwin Panigoro, supervisor
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024)
|
“Berkain Bersama” menjadi kampanye media sosial yang luas di kalangan anak muda Indonesia, mempromosikan kain sebagai bentuk pakaian tradisional Indonesia yang lebih beragam dan kreatif. Ditengah pemikiran bahwa trend “Berkain Bersama” menjadikan budaya berbatik lestari, @Sevarangln (2023) berpendapat dalam sebuah tweet bahwa komodifikasi tren yang meningkat menjadikan batik sebagai simbol elitisme. Tweet ini menghasilkan tanggapan-tanggapan yang signifikan, dengan persepsi positif dan negatif dari pengguna Twitter terhadap tren tersebut. Studi ini membahas premis bahwa kampanye media sosial dapat memperoleh reaksi positif dan negatif dari publik (Zhao et al., 2019). Dengan menggunakan metode yang terinspirasi dari etnografi digital, penelitian ini akan menganalisis pola umum yang muncul dalam respon para pengguna Twitter akan suatu tweet. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menentukan apakah konsep “Berkain Bersama” diasosiasikan dengan elitisme dalam persepsi publik, dan untuk menjelaskan potensi dampak identitas dan keragaman budaya pada wacana online. “Berkain Bersama” became a vast social media campaign among young Indonesians, promoting kain as a more diverse and creative form of Indonesian traditional clothing. While some argue that the “Berkain Bersama” trend has helped to sustain batik culture, @Sevarangln (2023) suggested in a tweet that the trend's increasing commodification is leading batik to become a symbol of elitism. This tweet generated significant responses from Twitter users, with both positive and negative perceptions of the trend. This study concerns the premise that social media campaigns may earn positive and negative reactions from the public (Zhao et al., 2019). Using a method inspired by digital ethnography, the study will analyze the general patterns that emerge in Twitter users' responses to a tweet. The qualitative study seeks to determine whether or not the concept of “Berkain Bersama” is associated with elitism in the public's perception and to shed light on the potential impact of cultural identity and diversity on online discourse.identitas dan keragaman budaya pada wacana online. |
MK-Efra Imanda Rosmaningtyas Santosa.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | MK-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024 |
Program Studi : |
Bahasa : | eng |
Sumber Pengatalogan : | LibUI eng rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | 43 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
MK-pdf | 11-24-24149168 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920543359 |