Vasektomi dan Maskulinitas: Memaknai Maskulinitas oleh Akseptor Vasektomi di Perkotaan = Vasectomy and Masculinity: Understanding Masculinity Through Vasectomy Acceptors in Urban Areas
Diandra Gita Barokah;
Irwan Martua Hidayana, supervisor; Dian Sulistiawati, examiner
(Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024)
|
Rendahnya angka partisipasi laki-laki Indonesia pada kontrasepsi vasektomi disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pandangan bahwa vasektomi menghilangkan maskulinitas laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna maskulinitas oleh akseptor vasektomi di perkotaan. Premis penelitian ini adalah para akseptor vasektomi sudah tidak lagi mempertimbangkan maskulinitasnya ketika ingin melakukan vasektomi karena mereka sudah hidup di wilayah perkotaan yang heterogeny dan toleran. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara mendalam kepada ketiga akseptor vasektomi yang tinggal di tiga kota: Depok, Bogor, dan Surabaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiganya tidak mempertimbangkan nilai maskulinitas dan ketiganya tidak menyetujui gagasan maskulintias yang selama ini hadir di dalam masyarakat. Demikian disebabkan bukan karena mereka tinggal di wilayaha perkotaan, melainkan faktor pendidikan yang mereka tempuh. Masyarakat kota pada nyatanya masih memegang nilai-nilai maskulinitas tersebut. Pada penelitian ini juga ditemukan interseksi antara maskulinitas, patriarki, dan kekukasaan The low participation rate of Indonesian men in vasectomy contraception is the result of a complex interplay of factors. One of these is the perception that vasectomy is a form of emasculation. This study aims to elucidate the concept of masculinity as perceived by vasectomy acceptors in urban areas. The underlying assumption of this research is that vasectomy acceptors No. longer consider their masculinity when seeking a vasectomy because they reside in a heterogeneous and tolerant urban environment. This research was conducted through in-depth interviews with three vasectomy acceptors who live in three cities: Depok, Bogor, and Surabaya. The results of this study demonstrate that all three individuals do not consider the value of masculinity and all three do not agree with the prevailing societal definition of masculinity. This is not a consequence of their urban residence, but rather a reflection of their educational backgrounds. In fact, urban society continues to uphold these traditional notions of masculinity. The study also identified intersections between masculinity, patriarchy and power. |
S-Diandra Gita Barokah.pdf :: Unduh
|
No. Panggil : | S-pdf |
Entri utama-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama orang : | |
Entri tambahan-Nama badan : | |
Subjek : | |
Penerbitan : | Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024 |
Program Studi : |
Bahasa : | ind |
Sumber Pengatalogan : | LIbUI ind rda |
Tipe Konten : | text |
Tipe Media : | computer |
Tipe Carrier : | online resource |
Deskripsi Fisik : | xiii, 75 pages : illustration |
Naskah Ringkas : | |
Lembaga Pemilik : | Universitas Indonesia |
Lokasi : | Perpustakaan UI |
No. Panggil | No. Barkod | Ketersediaan |
---|---|---|
S-pdf | 14-24-599752859 | TERSEDIA |
Ulasan: |
Tidak ada ulasan pada koleksi ini: 9999920545502 |