Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemaknaan nama kelurahan di Kota Tangerang Selatan yang menggunakan kata pondok. Pendekatan toponimi digunakan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan makna dari nama-nama kelurahan tersebut berdasarkan tiga aspek yaitu, makna kategorial, makna asosiatif, dan makna emotif (Nyström, 2016). Data diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung dengan masyarakat setempat serta, dari analisis berdasarkan kamus bahasa Indonesia dengan KBBI VI Daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemaknaan nama kelurahan didominasi oleh kategori tanaman, yang mencakup 8 dari 13 kelurahan, diikuti oleh kategori bangunan, tokoh, sejarah, dan harapan. Secara asosiatif, beberapa kelurahan berhubungan positif dengan aspek lingkungan dan sejarah, sementara yang lain memiliki asosiasi negatif terkait masalah kemacetan dan banjir. Dari aspek emotif, namanama kelurahan mencerminkan perasaan bangga dan nyaman dari masyarakat terhadap perkembangan infrastruktur dan lingkungan mereka, meskipun ada beberapa wilayah yang menghadapi tantangan emosional akibat masalah lingkungan. Penelitian ini memberikan kontribusi dalam memahami latar belakang budaya dan sejarah penamaan kelurahan di Tangerang Selatan, serta memperluas pengetahuan tentang toponimi di Indonesia. This study aims to examine the meanings behind the names of sub-districts in South Tangerang City that use the word "pondok." A toponymic approach is employed to identify and classify the meanings of these sub-district names based on three aspects: categorical meaning, associative meaning, and emotive meaning (Nyström, 2016). Data were obtained through interviews and direct observations with local residents, as well as analysis based on the Indonesian dictionary KBBI VI Online. The results of the study indicate that the meanings of the sub-district names are predominantly categorized as plant-related, encompassing 8 out of 13 sub-districts, followed by categories of buildings, notable figures, history, and aspirations. Associatively, some sub-districts are positively related to environmental and historical aspects, while others have negative associations related to traffic congestion and flooding issues. From an emotive aspect, the sub-district names reflect the residents' feelings of pride and comfort regarding the development of infrastructure and their environment, although some areas face emotional challenges due to environmental problems. This study contributes to the understanding of the cultural and historical background of sub-district naming in South Tangerang, as well as expanding the knowledge of toponymy in Indonesia. |