Dalam tradisi filsafat rasionalis, rasio atau akal menempati posisi tertinggi, sedangkan hasrat direduksi menjadi pelengkap yang tunduk pada otoritas rasio sehingga manusia menjadi identitas bentukan sosial yang opaque (kaku) dan fasis. Sejarah yang bertumpu pada rasio menyebabkan alienasi dan dan mengorbankan fakultas penting lainnya dalam diri manusia, yaitu hasrat. Deleuze dan Guattari, sebagai filsuf pasca-Nietzsche ingin mengembalikan hasrat ke tatanan diskursus, dengan menjadikannya mesin yang produktif dan kreatif. Melalui pemikiran yang radikal, keduanya menawarkan kehidupan yang “abnormal” dari kaca kenormalan sosial yang saat itu didominasi oleh kapitalisme lanjut. Artikel ini menggunakan metode deskriptif-analisis dan pendekatan kualitatif untuk menganalisis revolusi hasrat yang diwujudkan melalui agen skizofrenia pada sosok Mimi Peri. Data dikumpulkan melalui kajian literatur berupa gambar, tulisan, dan video untuk menyusun bukti kolektif yang menunjukkan Mimi Peri sebagai agen skizofrenia. Artikel ini diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam gerakan revolusi hasrat umat manusia, khususnya untuk mengolok-olok sistem kapitalisme. In the tradition of rationalist philosophy, reason occupies the highest position, while desire is reduced to a complement subordinate to the authority of reason, making humans into opaque (rigid) and fascist social constructs. History, which relies on reason, leads to alienation and sacrifices another important faculty within humans, which is desire. Deleuze and Guattari, as post-Nietzschean philosophers, aim to restore desire to the order of discourse by making it a productive and creative machine. Through radical thinking, they offer a life that is "abnormal" from the perspective of social norms, which were dominated by advanced capitalism at the time. This article uses descriptive-analytical methods and a qualitative approach to analyze the revolution of desire manifested through the schizophrenic agent in the figure of Mimi Peri. Data is collected through literature review in the form of images, writings, and videos to compile collective evidence showing Mimi Peri as a schizophrenic agent. This article is expected to make a significant contribution to the revolution of human desire, particularly to mock the capitalist system. |