Dewasa ini demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Tetapi masih terdapat kesulitan dalam menegakkan diagnosis demam tifoid secara tepat dan cepat. Sampai saat ini isolasi S.typhi dari penderita merupakan baku emas diagnosis demam tifoid. Namun yang menjadi permasalahan adalah membutuhkan waktu yang lama (sampai 7 hari). Selain itu hasilnya dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain metoda yang dipakai dan pemberian antimikroba sebelumnya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dikembangkan suatu alat otomatis Bactec. Prinsip ke~a alat ini berdasarkan deteksi adanya C02 yang merupakan sisa metabolisme kuman, dan dimonitor secara otomatis tiap 10 menit. Selainitu dalam media Bactec terdapat resin yang dapat menetralisir antimikroba. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Bactec dapat memberikan sensitivitas yang lebih baik dan waktu deteksi yang lebih cepat dibandingkan dengan biakan menggunakan media empedu. Selanjutnya ingin mengetahui pola kepekaan S.typhi terhadap beberapa antimikroba dan profil leukosit pada penderita dengan biakan positif. Subyek penelitian ini adalah 100 penderita demam tifoid yang dirawat di RS Persahabatan Jakarta, mulai bulan Januari 1997 sampai Agustus 1997. Dari hasil penelitian didapatkan 66 isolat positif pada Bactec dan 40 isolat positif pada media empedu, keduanya didapat perbedaan bermakna (p = 0,0000). Semua biakan positif pada media empedu positif pada Bactec. Rerata waktu deteksi S.typhi pada Bactec 4,03 hari dan pada media empedu 5,00 hari, keduanya didapatkan perbedaan bermakna (p = 0,0002). Hasil uji kepekaan : S. typhi sensitif terhadap kloramfenikol 98,48%, Ampisilin dan kotrimoksazol masingmasing94,45%, seftriakson, sefoperazon, sefotaksim, siprofloksasin dan pefloksasin masing-masing 100%. Didapatkan profil leukosit sebagai berikut : jumlah leukosit normal 57,58%, aneosinofilia 74,24%,neutropenia 46,97% dan limfositosis 56,06%. Aneosinofilia dan limfositosis mempunyai korelasi dengan biakan positif. |