Abstract
The matriarch atau perempuan yang memimpin berusaha digambarkan melalui sejumlah tantangan kaum perempuan ketika dihadapkan dengan sebuah kebijakan negara yang berdampak pada institusi rumah tangga. Negara bisa menjadi oppressor sekaligus supporter bagi kaum perempuan.
Sejak lahir pada tahun 1900, Marian sudah mengalami begitu banyak peristiwa sosial politik ketika Indonesia masih menjadi Hindia Belanda dan Jakarta bernama Batavia. Ia menjadi jangkar keluarga, cepat dan tegas dalam mengambil keputusan. Keluarga Hasibuan-Siregar mampu untuk tetap eksis dan bertahan dalam arus perubahan zaman di Indonesia berkat kejelian dan ketangguhan seorang Marian.
Ragam Ni Si Marian: The Matriarch adalah sekuel dari Ragam Ni Si Marian yang mengambil kurun waktu tahun 1955/1956 sampai dengan 1990. Novel ini memperlihatkan bagaimana keluarga Hasibuan-Siregar menerima dan berkompromi dengan beragam perbedaan etnis, agama, dan strata sosial dari sudut pandang yang pluralistik. Perbedaan adalah untuk ditoleransi dan bukan dipertentangkan. Sejatinya, perbedaan adalah sesuatu yang human dan bagian dari peradaban manusia.
