Agen Pembaru adaiah petugas profesional yang mempengaruhi putusan inovasi klien menurut arah yang diinginkan oleh lembaga perubahan. Mereka adalah orang-orang yang bekerja untuk mempelopori, merencanakan dan melaksanakan perubahan sosial. Mereka berfungsi sebagai mata rantai yang menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial yang menjadi klien dalam usaha perubahan tersebut Hal itu tercermin dalam peran utama mereka sebagai katalisator, pemberi pemecah persoalan, pembantu dalam proses perubahan dan penghubung sumber-sumber yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi klien dalam rangka perubahan tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai proses penyampaian inovasi produk unggulan' (OVOP) di Sumatera Barat, mengetahui peran agen pembaru dalam pengenalan dan persuasi inovasi OVOP di nagari Alahan Panjang, Salimpauang, Jambak dan Ramang Hilia, mengetahui mengapa peran agen pembaru itu. berbeda atau sama dan mengetahui konsekuensi inovasi OVOP di keempat nagari tersebut atau Sumatera Barat umumnya.
Berdasarkan teori difusi inovasi diidientifikasi teori-teori tentang perubahan pada semua daerah (nagari) yang menjadi objek penelitian yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Namun generalisasi ini tidaklah otomatis, karena teori tersebut harus diuji dengan replika temuan pada lingkungan kedua, ketiga dan keempat yang menspesifikasi bahwa hasil yang sama harus terjadi: "Keberhasilan inovasi O1/OP di Sumatera Barat (Alahan Panjang, Salimpauang, Jambak dan Ramang Hilia) ditentukan oleh kualitas agen pembarunya".
Untuk menguji proposisi tersebut digunakan causal comparative method of difference and method of agreement untuk menjelaskan berbagai aspek dari gejala atau realitas peran agen pembaru di Sumatera Barat, tepatnya di keempat nagari penghasil produk unggulan jenis buah segar. Data dikumpulkan dari 20 orang agen pembaru, 100 orang adapter dan 50 orang non adopter inovasi OVOP dengan teknik sampling kuota (quota sampling). Cara ini diterapkan karena nagari yang menjadi objek penelitian ini batas dan populasinya tidak jelas.
Melalui analisis studi kasus diperoleh hasil: perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dan faktor-faktor yang menghambat adopsi inovasi OVOP. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adopsi inovasi itu adalah perbedaan peran agen pembaru. Sementara, faktor penghambatnya adalah kurang benarnya komunikasi dan kurang terjalinnya kerjasama yang baik antara pemerintah dengan masyarakat dan kurangnya pengadaan bahan yang dibutuhkan sebelum dan selama proses adopsi. Statistik deskriptif terhadap jawaban responden adopter dan non adopter memperkuat hasil studi kasus tersebut.