Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216223 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel ekonomi yang terdiri dari inflasi (INF) nilai tukar (KURS),tingkat bunga(IR) jumah uang yang beredar (JUB) dan pertumbuhan ekonomi terhadap return saham (AR) pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek jakarta....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this research is to prove whether firm size, profitability, operating leverage and implementation of good corporate governance affect income smoothing practices among firms listed on the Jakarta Stock Exchange during 2001 - 2005...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Hardy Ridwan
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T6140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Binsar Zonaiderus Alto
"Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah merubah faktor-faktor fundamental pasar, seperti; lonjakan dalam nilai tukar rupiah atas USD, pergerakan IHSG yang mengalami trend bearish, laju inflasi yang sangat tinggi, dan pertumbuban GDP yang merosot dengan sangat tajam. Berbagai teori memperlihatkan bahwa terdapat korelasi antara faktor-faktor fundamental pasar tersebut dengan tingkat return maupun resiko dalam berinvestasi saham di bursa efek. Akan tetapi hal itu maslh tetap harus dibuktikan lagi secara statistik kebenarannya khususnya pada kondisi di Indonesia.
Pada sisi yang lain, resiko investasi dapat dikurangi dengan cara diversifikasi. Demikian pula halnya dalam berinvestasi saham dimana resiko tersebut berkurang dengan cara membentuk portofolio dan sejumlah saham. Akan tetapi proses diversifikasi masih tetap akan menyisakan suatu resiko yang disebut resiko sistematik, sedangkan reslko yang hilang akibat proses diversifikasi tersebut adalah resiko non sistematik. Pengurangan resiko akibat penambahan sejumlah saham kedalam suatu portofolio tersebut akan menghasilkan suatu pola penurunan resiko yang spesifik. Dengan demikian jika kita dapat membandingkan pola penurunan resiko antara periode sebelum krisis dan selama masa krisis berlangsung di Indonesia, maka hal tersebut sekaligus membuktlkan apakah perubahan faktor-faktor fundamental pasar akan juga merubah profil resiko dan berinvestasi saham di Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati profil resiko yang berkuráng akibat pembentukan portofolio dari saham-saham yang tergabung dalam LQ-45. Sebagai bahan pembanding juga dilakukan pengamatan terhadap pengurangan resiko dan pembentukan portofolio seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ), dimana sebagai sample data penulis memilih 150 saham yang memiliki resiko terbesar selama periode pengamatan.
Penggunaan data indeks saham sebagai model pengamatan hanya menghasilkan suatu pola distribusi data yang tidak stationer sehingga sulit untuk dijadikan pengamatan. Sehingga pada akhirnya penulis menggunakan data return indeks yang memberikan pola data dengan distribusi normal. Pembuatan model regresi dan tiap data saham LQ-45 adalah menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT) multifaktor dengan variabel bebas berupa return IHSG dan return kurs Rp/USD. Kedua variabel ini diuji signifikansinya terhadap return IHSI masing-masing saham LQ-45 tersebut, Selain itu penulis juga melakukan uji auto regresi dan model dengan menggunakan fasiitas correlogram (dalam EViews) yang bertujuan untuk membersihkan data dan adanya serial autokorelasi.
Tiap saham LQ-45 yang sudah memiliki model regresi selanjutnya diurutkan dari saham dengan IHSG terbesar sampai yang terkecil. Urutan ini merupakan prioritas dalam memasukan saham tersebut kedalam portofolio. Standar deviasi saham dengan urutan 1 merupakan resiko awal dan portoiblio yang akan dibentuk. Saham tersebut kemudian digabung dengan saham urutan 2 menjadi satu portofollo dengan proporsi investasi yang sama besar (1/2) dan sekaligus dilakukan pencatatan atas resiko portofolio yang dihasilkannya. Kedua saham ini selanjutnya diportofoliokan dengan saham urutan 3 dengan proporsi investasi masing-masing 1/3, dan seterusnya sampai seluruh 45 saham LQ-45 membentuk satu portofolio dengan proporsi investasi masing-masing 1/45. Dari setiap pembentukan portofolio selalu dilakukan pencatatan atas resiko portofblio yang dihasilkan.
Resiko-resiko tersebut di-indeksasi dengan nilai 100% adalah merupakan besarnya resiko awal portofolio (= resiko saham urutan 1). Indeks resiko ini kemudian di-plot-kan kedalam suatu grafik pengaruh penambahan jumlah saham terhadap resiko porto folio saham LQ-45. Sebagai bahan pembanding juga dilakukan pengolahan statistik dan seluruh data return IHSI saham-saham yang terdaftar di BEJ. Hasil ini juga diurutkan berdasarkan standar deviasi yang dimiliki oleh tiap saham yang sekaligus merupakan prioritas saham tersebut untuk dimasukkan kedalam portofolio. Portofolio pasar yang akan dibentuk adalah berasal dari 150 saham dengan resiko terbesar. Proses pembentukan portofolio maupun pengamatannya adalah sama seperti pembentukan portofolio dan saham-saham LQ-45.
Hal yang menarik dari hasil penelitian ini adalah meskipun terdapat peningkatan resiko sisa (resiko sistematik yang tidak hilang dan proses diversifikasi) selama masa krisis, kan tetapi jumlah saham minimum yang dibutuhkan untuk menghasilkan portofolio dengan dampak pengurangan resiko yang efektif adalah relatif sama banyak baik pada periode sebelum knisis maupun selama masa krisis berlangsung."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T4984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Wike Karyadi
"Pemodelan yang baik adalah model yang memenuhi syarat parsimony, goodness of fil dan informasi. Untuk itu digunakan kombinasi dan model autoregressive (AR) dan moving average (MA) yang mengikutsertakan residual untuk ikut memberikan informasi kepada variabel yang dimodelkan. Dengan pemodelan, beberapa faktor makroekonomi, yaitu indeks pasar saham, suku bunga dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika, memberikan informasi tentang fluktuasi portofollo sektoral saham di BEJ. Suku bunga sangat mempengaruhi pergerakan sektor properti, keuangan dan industri jasa. Fluktuasi niliai tukar Rupiah selama tiga minggu berturut-turut mempengaruhi semua sektor saham. Sementara itu sektor barang konsumsi dan infrastruktur merupakan sektor yang reaktif dimana kedua sektor bergerak lebih besar untuk setiap pergerakan pasar.
Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 1 bulan, kurs tengah Rupiah terhadap dolar Ameiika dan Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan tiga faktor yang dapat mewakili faktor makro yang sangat bergejolak selaina krisis ekonomi di Indonesia. Variabel dummy yang dibedakan periode sebelum dan setama krisis ekonomi tidak menunjukkan variabel yang signifikan pada sebagian besar sektor. Sementara faktor makro ini signiiikan untuk semua sektor meski pada periode waktu yang berbeda."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ella Kartika
"Karya akhir ini memberikan penjelasan mengenai penerapan strategi cornerstone growth, modifikasi cornerstone value dan kombinasi kedua strategi, pada transaksi saham di Bursa Efek Jakarta. Strategi cornerstone growth dan strategi cornerstone value telah diuji pada transakai saham di New York Stock Exchange oleh James P. O?Shaughnessy dan ternyata kombinasi kedua strategi menghasilkan portofolio dengan return yang lebih tinggi dari return pasar dan risiko yang lebih rendah dari risiko pasar.
Analisis tethadap penerapan strategi tersebut di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap pertama adalah pemilihan saham dengan strategi cornerstone growth. Dilakukan dengan kriteria: (1) dipilih dari seluruh saham yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang mempunyai minimal 52 hari perdagangan dalam satu tahun, (2) earning bertumbuh secara konsisten dalam tiga tahun terakhir, (3) Price-to-Sales Ratio di bawah 1,5, (4) harga saham berkinerja bagus dalam satu tahun terakhir. Terbentuk 3 portofolio daiam tiga periode penelitian.
2. Tahap kedua adalah pemilihan saham dengan strategi modifikasi cornerstone value. Dilakukan dengan kriteria: (1) mempunyai nilai kapitalisasi pasar di atas rata-rata pasar, (2) jumlah common stock outstanding di atas rata-rata pasar, (3) cash flow per share 75% terbes dan seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, (4) nilai penjualan 1,5 kali rata-rata pasar, (5) dividend yield dalam peningkat 100 perusahaan terbaik (modifikasi A) dan 150 perusahaan terbaik (modifikasi B). Terbentuk 3 portofolio sirategi cornerstone value modifikasi A untuk tiga periode dan 2 portofollo strategi cornerstone value modifikasi B untuk periode 1 dan periode 2. (Portofolio periode tiga modifikasi B sama dengan modifikasi A).
3. Tahap ketiga dibuat kombinasi masing-masing 50% antara strategi cornerstone growth dan modifikasi cornerstone value, terbentuk 5 portofolio kombinasi.
4. Tahap keempat adalah mengukur kinerja setiap portofolio yang terbentuk. Return diukur dengan arithmetic mean of return, risiko diukur dengan deviasi standar, risk adjusted return diukur dengan sharpe index dan treynor índex dibandingkan dengan IHSG dan LQ45 sebagai ukuran kinerja pasar, terakhir dihitung market adjusted return, yaitu; return yang sudah dikurangi return pasar.
Periode pengujian dibagi dalam tiga periode, ynitu periode 1 sebelum krisis (1 Januari 1996 - 30 Juni 1997), periode 2 dimasa krisis (1 Juli 1999 - 31 Desember 1998) dan periode 3 setelah krisis (1 Januari 1999 - 30 Juni 2000).
Hasil penelitian pada periode satu dan tiga menunjukkan bahwa portofolio yang terbentuk dengan strategi cornerstone growth dapat mengalahkan kinerja pasar secara significant. Kinerja portofolio yang terbentuk dengan strategi modifikasi cornerstone value hanya sedikit di atas kinerja pasar. Dan penggabungan kedua strategi akan memperburuk kinerja portofolio strategi cornerstone growth tapi meningkatkan kinerja portofolio sirategi modifikasi cornerstone value.
Hasil penelitian pada periode dua (di masa krisis) menunjukan bahwa arithmetic mean of return semua portofolio yang terbentuk termasuk arithmetic mean of return pasar adalah bilangan negatif dengan nilah terkecil adalah return pasar, walaupun secara risiko portofolio dengan strategi cornerstone growth Growth mempunyai risiko yang Iebih kecil dari resiko pasar. Jelas bahwa dalam masa krisis penerapan kedua strategi akan menyebabkan kerugian. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi investor untuk mengetahui dengan jelas keadaan perekonomian sebelum melakukan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian penulis menyimpulkan bahwa di luar masa krisis ekonomi sebaiknya dipilih strategi cornerstone growth untuk investasi saham di Bursa Efek Jakarta"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiyogo Jayalie
"Meningkatnya biaya kesehatan telah menjadi issu-issu ekonomi, politik, dan sosial di banyak negara maju dan yang sedang berkembang. Berbagai usaha telah dilakukan dalam upaya untuk melakukan penghematan biaya kesehatan dan mencari sumber sumber pembiayaan alternatif. Tanpa usaha-usaha penghematan biaya dan penemuan sumber sumber pembiayaan alternatif, sektor kesehatan makin lama akan makin mengurangi porsi pembiayaan sektor-sektor ekonomi yang lain, sebagaimana telah terjadi di banyak negara maju.
Sistem Asuransi Kesehatan yang berjalan dewasa ini dianggap turut bertanggung jawab dalam peningkatan biaya kesehatan dari tahun ke tahun. Sistem kapitasi dan cara pembayaran pradana, serta penerapan cara pembayaran paket di rumah sakit, merupakan cara?cara yang antara lain ditempuh untuk dapat mengurangi lajunya peningkatan pengeluaran dalam bidang kesehatan.
Di Indonesia, baru 10% pendudUk yang tercakup dalam sistem asuransi kesehatan, dimana sebagian besar di antaranya dicakup oleh PERUM HUSADA BHAKTI, yang melayani pegawai negeri, penerima pensiun dan anggota keluarganya. Asuransi Kesehatan komersial belum begitu berkembanh sebagian disebabkan karena kesulitan dalam memperkirakan resiko yang mungkin terjadi yang bisa berakibat terjadinya kerugian dan sebagian lagi karena belum dilaksanakannya cara kontrol yang efektif. Bentuk asuransi kesehatan dengan menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana telah dilaksanakan oleh Perum HUSADA BHAKTI, PKTK-ASTEK, dan beberapa badan-badan yang sifatnya tidak menekan keuntungan, Seperti YPK-BAPINDO, OPK RS MITRA KELUARGA, YAYASAN MEDICAL SCHEME, dan DUKK RS ST. Carolus.
Telah dilakukan studi perbandingan antara asuransi kesehatan konvensional yang menjalankan konsep fee-for-services dengan badan-badan penyelenggara pemeliharaan kesehatan non-komersial yang menggunakan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana. Gambaran sementara yang diperoleh adalah bahwa konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana dapat diterapkan pada asuransi asuransi komersial. Disamping dapat mengendalikan biaya pemeliharaan kesehatan, konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini jua sedikit banyak akan membuat pelayanan kesehatan menjadi lebih efisien.
Lingkungan eksternal dalam menjalankan usaha asuransi kesehatan di indonesia cukup banyak mendukung. Dibutuhkan komitmen politik - dan kalau mungkin finansial - dari pemeriritah untuk asuransi kesehatan dengan konsep kapitasi dan cara pembayaran pradana ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T3317
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The paper discussed about the neural network models at nonlinear autoregressive process which is applied in the composite stock price index data at Surabaya stock exchange. ...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Budi Lasmana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pola pembalikan dalam jangka panjang ketika harga saham-saham perusahaan besar mengalami penurunan sedikitnya 20 person, lantas apakah penyebab terjadinya penumnan harga tersebut, dan apakah benar semakin besar penurunan harga awal maka akan semakin besar pembalikan harga pada periode berikutnya (overreaction hypothesis), serta terakhir apakah industri memiliki peranan yang berbeda dalam pembalikan harga. Penelitian ini menggunakan sampel saham-saham yang terdaftar pada LQ.45 dari periode Januari 1998 hingga Desember 2001.
Untuk menguji pembalikan harga akan digunakan uji-t dan uji tanda, untuk menguji penyebab penurunan harga akan digunakan uji Durbin-Watson terhadap model time series. Sedangkan untuk menguji over-reaction hypothesis dan peranan industri terhadap pembalikan harga akan di gunakan regresi cross-section.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dalam jangka pendek (interval [1,6] bulan) tidak ditemukan bukti adanya pembalikan harga. Hasil serupa juga diperoleh untuk jangka panjang (interval [1,36] bulan) dimana tidak ditemukan bukti adanya pembalikan harga.
Tidak ditemukannya pembalikan harga diperkuat dengan hasil uji Durbin-Watson pada model kedua yang membuktikan adanya kehadiran otokorelasi positif Ini berarti setelah terjadinya penurunan harga, pada periode selanjutnya harga terus menurun dan tidak membalik. Kehadiran otokorelasi positif juga rnengindikasikan bahwa penurunan harga disebabkan oleh investor yang underreact terhadap informasi baru.
Hasil penelitian mengindikasikan tidak terjadinya pembalikan harga pada persamaan dengan CAR yang dihitung selama satu dan dua tahun. Analisis pembalikan antar industri memperlihatkan hasil yang bervariasi. Industri jasa keuangan memperlihatkan pola pembalikan pada semua interval, industri manufaktur memperlihatkan pembalikan harga pada interval [1,6] dan [1,12] bulan, sedangkan pada industri lainnya tidak ditemukan adanya pembalikan pada semua interval.

The objective of this research is to find out if there is a long-run reversal pattern when the stock price in LQ.45 declines at least 20 percent, then what factors make the declines. Respectively, to find out whether the greater the initial price declines, the greater the price reversal in the following period (overreaction hypothesis). This research is also done to find out whether LQ.45 has a particular role in price reversal. The sample used in this research is taken from stocks price listed in LQ.45 during January 1998 until December 2001 period.
T-test and sign test is used in examining the price reversal. Durbin-Watson test is also used in examining the cause of price declines toward time series model. Meanwhile, cross section regression is applied in examining the overreaction hypothesis and the role of industry toward the price reversal as well.
From the research, it is obtained that in short-run (interval [1 ,6] month) there is no evidence of price reversal. The similar result is also revealed that there is, also, no evidence of price reversal in long-run (interval [1,36] month ).
No price reversal is strengthening through the second model of Durbin-Watson test result which proves the existence of positive correlation. lt means that after the price reversal, in the following period tends to decline and does not reverse. The existence of positive correlation indicates that the price declines caused by investor underreaction toward new information.
The research result indicates no price reversal in CAR equation which counts along one and two year. The result of the reversal analysis among industries shows the variation result. Financial service industry shows the reversal pattern in variation result, whereas manufacture industry shows the price reversal in interval [1,6] and [1,12] month. Meanwhile, in other industries, it is not found the reversal in all the interval."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T15794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iskandar
"Harga saham yang diperjualbelikan di bursa efek dari waktu ke waktu selalu berfluktuasi. Para investor maupun trader saham harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memutuskan membeli dan melepas sahamnya agar harapannya akan keuntungan bisa dicapai. Investor atau trader yang sukses ditentukan oleh kemampuannya untuk menentukan market trend dan arah gerakan harga dimasa yang akan datang serta membuat prediksi yang akurat. Untuk maksud itu, maka investor atau pun trader minimal harus menguasai satu metode untuk memprediksi pergerakan harga saham.
Dalam melakukan analisa untuk meramalkan gerakan harga saham dimasa yang akan datang, ada dua metode yang dapat dipakai, yaitu Fundamental Analysis dan Technical Analysis. Fundamentalists berusaha meramalkan harga saham berdasarkan forecast dan earnings, dividends, dan sales growth Sedangkan technical analysts mengkonsentrasikan pada forecasting price trend yang menggunakan price-time analysis. Technical analyst beranggapan pergerakan harga saham selalu mengikuti suatu bentuk yang spesifik dan seluruh aspek yang mempengaruhi harga saham sudah dìrefleksìkan pada tingkat harga yang berlaku. Pergerakan harga saham merupakan refleksi dari perubahan supply dan demand.
Technical Analysis dapat diaplikasikan secara efektif pada berbagai media investasi yang diperdagangkan pada berbagai skala waktu, misalnya pada saham, obilgasi options, komoditi dan sebagainya; dalam rangka mencari peluang keputusan untuk membeli dan menjual.
Telaah kepustakaan dalam karya akhir ini menguraikan berbagi alat yang umumnya digunakan pada technical analysis, yang meliputi important reversal patterns, consolidation formations, gaps, key analytical tools ( support and resistance, trendlines and channels, moving average ), dan advance analysis (oscillators, relative strenght index).
Sebelum melakukan analisis harga saham individual, terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap overall market dalam hal ini indeks harga saham gabungan dan analisis group industri. Alasan mengapa hal ini dilakukan, karena pergerakan harga saham individual pada umumnya selaras dengan pergerakan harga saham-saham dalam industri yang sama serta saham-saham yang diperdagangkan di bursa secara keseluruhan.
Saham individual yang dianalisis dalam karya akhir ini adalah saham Astra International Inc. dan saham Indocement. Pemilihan saham-saham tersebut didasarkan pada kriteria saham yang paling aktif diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan keduanya berada pada kelompok industri yang sama menurut klasifikasi yang dilakukan oleh PT. Jardine Fleming Nusantara (JFN). Dengan menggunakan beberapa perangkat technical analysis seperti yang diuraikan dalam telaah kepustakaan terhadap kedua saham tersebut, maka dapatlah disimpulkan bahwa pergerakan harga kedua saham tersebut memberikan arah kecenderungan yang meningkat baik ditinjau dari perspektif jangka pendek maupun jangka panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>