Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akhmad Ginanjar
"Di Indonesia, program imunisasi merupakan salah satu program prioritas oleh karena 30% dari. Angka Kematian Bayi (AKB) disebabkan oleh PD3I atau Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi.
Angka Insiden campak di Kabupaten Lebak dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 terus meningkat dimana pada tahun 2003 sebesar 6,38/10.000, tahun 2004 sebanyak 6,41110,000 dan tahun 2005 mencapai 17,96110.000 dan disamping itu frekuensi kejadian luar biasa (KLB) campak dalam 3 (tiga) tahun terakhir juga meningkat yaitu tahun 2003 sebanyak 3 (tiga) kali, tahun 2004 sebanyak 8 (delapan) kali dan pada tahun 2005 sebanyak 9 (sembilan) kafi.
Dari hasil pemantauan dan bimbingan teknis pads tahun 2004 yang dilakukan terhadap seluruh puskesmas mengenai checklist rantai vaksin diperoleh bahwa 23 puskesmas dari 35 puskesmas (66%) yang telah memenuhi standar dalam menangani vaksin di puskesmas, hal ini menunjukkan bahwa penanganan vaksin di puskesmas masih menjadi masalah yang dapat memberikan dampak menurunnya potensi vaksin.
Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas imunisasi terhadap prosedur tetap (protap) penanganan vaksin campak. Metode penelitian dengan desain studi cross sectional. Populasi meliputi seluruh petugas imunisasi puskesmas se Kabupaten Lebak yang berjumlah 443 orarg. Sampling dalam penelitian ini adalah sebanyak 105 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabeI independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan menggunakan checklist. Variabel dependen adalah kepatuhan petugas imunisasi dalam penanganan vaksin campak di puskesmas. Sedangkan variabel independen adalah variabel-variabel individu (umur, pendidikan, pelatihan, lama kerja dan pengetahuan), variabel-variabel psikologis (motivasi dan sikap) dan variabel-variabel organisasi (kepemimpinan, imbalan, supervisi dan sarana).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian kecil responden yaitu sebanyak 38 prang (36,2%) yang patuh terhadap protap penanganan vaksin campak. Dari I 1 variabel yang dianalisis secara bivariat, hanya ada 4 (empat) variabel yang terbukti bermakna secara statistik yaitu variabel sikap, imbalan, pengetahuan, dan motivasi. Sedangkan pada analisis multivariat didapatkan 7 (tujuh) variabel independen yang diduga berhubungan dengan kepatuhan responden terhadap protap penanganan vaksin campak sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan kepatuhan sebanyak 3 (tiga) variabel yaitu variabel sikap, pengetahuan, dan lama kerja. Adapun variabel yang paling dominan berhubungan adalah variabel pengetahuan.
Dengan basil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi dalam menerapkan protap penanganan vaksin campak melalui pembinaan teknis yang berkesinambungan dan berjenjang, memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan kepatuhan petugas imunisasi misalnya dengan melakukan penyeliaan, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas melalui pelatihan baik di tingkat kabupaten maupun propinsi.

Immunization program is one of the priority programs in Indonesia because 30% of baby mortality rate is caused by illness which can be prevented by an immunization.
Measles incident rate increased at sub-province of Lebak from 2003 to 2005 wherc it reached 6,38/10000 in 2003, 6,41110000 in 2004 and 17,96110000 in 2005 and extraordinary occurrence frequency of measles in the last three years increased too. It increased three times in 2003, eight times in 2004 and nine times in 2005,
From monitoring result and technical guide which wee conducted to all of primary health cares concerning a vaccine enchain checklist found that 23 from 35 primary health cares (66%) which have fulfilled standard in handling a vaccine in primary health care, this case indicated that handling a vaccine in primary health care was still become a problem which able to give a degradation impact of vaccine potency,
This research purpose is to find information concerning factors related to compliance of immunization officer toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. It used a Cross Sectional Design, 443 population including all immunization officer (primary health care) sub-province of Lebak and 105 samples.
Data collected with interview through questionnaire for independent and dependent variable in the form of observation by using checklist. Dependent variable is compliance of immunization officer in handling of measles vaccine at primary health care. While independent variable is individual variable (age, education, training, job period and knowledge), psychological variable (motivation and attitude) and organizational variable (leadership, reward, supervision and facility).
Research result indicated that some of immunization officers that were 38 people (36,2%) who were compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization. From 11 analyzed variables with bivariate analysis, there were only 4 significant variables statistically that were attitude, reward, knowledge and motivation variable, While multivariate analysis got that from 7 independent variables which anticipated relate to respondent compliance toward standard operating procedure of measles vaccine immunization, in fact they were only 3 variables which related significantly to compliance that were attitude, knowledge and job period. The most dominant correlated variable was knowledge variable.
From this research result is expected to Public Health Service, Sub-Province of Lebak can plan a step which will be taken to improve compliance of immunization officer in applying a standard operating procedure of measles vaccine immunization by a continual technique construction and ladder, giving appreciation to primary health care and compliance officer. It is also expected to primary health care to pay attention things able to improve a compliance of officer immunization, for example improvement of officer knowledge and skill by training at sub-province and province level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T18997
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pargiono
"Program Imunisasi di Indonesia tahun 1997 mencakup 7 (tujuh) jenis antigen sesuai anjuran WHO. Pada tahun 1990 secara nasional Indonesia mencapai status Universal Child Immunization (UCI). Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) terbukti telah berhasil memantau cakupan sampai mencapai target Universal Child Immunization (UCI), Meskipun cakupan imunisasi di Kota Bekasi cukup tinggi, namun wabah campak masih tetap tinggi, sehingga perlu dilihat penyebabnya.
Dari hasil penelitian diketahui salah satu penyebabnya adalah faktor kepatuhan petugas coldchain dan vaksin dalam menerapkan Standar Operasional Prosedur Imunisasi.
Penelitian tentang kepatuhan petugas terhadap Standar Operasional Prosedur Imunisasi (SOPI) pada pengelola coldchain dan vaksin dilakukan dengan disain cross-Sectional dengan pendekatan kuantitatif. Banyaknya responder 62 orang dengan total populasi yang berasal dari 31 puskesmas yang tersebar di Kota Bekasi.
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepatuhan petugas dalam menerapkan SOPI yang dilihat dari faktor internal dan eksternal. Prosentase petugas yang patuh terhadap SOPI sebanyak 32 orang (52 %), sedangkan yang tidak patuh 30 orang (48 %). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat faktor eksternal hanya terdapat satu variabel (variabel imbalan) yang memiliki hubungan bermakna dengan kepatuhan, karena variabel imbalan p < 0,05. Selain itu faktor internal dan eksternal yang memiliki p < 0,25, menjadi kandidat dalam model.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 4 (empat) variabel dengan p < 0,25, yaitu dari faktor internal adalah pendidikan, pengetahuan, dan motivasi, sedangkan faktor eksternal adalah imbalan.
Adapun anaiisa keeratan hubungan pada 4 (empat) variabel tersebut menyatakan bahwa, petugas dengan latar belakang pendidikan medis mempunyai peluang untuk patuh 2,18 kali dibanding non-medis. Sedangkan petugas dengan tingkat pengetahuan baik mempunyai peluang untuk patuh 2,33 kali dibanding petugas dengan tingkat pengetahuan buruk.
Selain itu petugas yang memiliki motivasi baik tingkat kepatuhannya 5,26 kali dibanding petugas yang memiliki motivasi buruk. Begitu pula dengan variabel imbalan, terlihat bahwa petugas yang mendapat imbalan baik berpeluang untuk patuh sebesar 8,46 kali dibanding petugas yang mendapat imbalan buruk.
Berdasarkan hal tersebut diatas, kesimpulan secara umum adalah tingkat kepatuhan petugas terhadap Standar Opersional Prosedur Imunisasi pada pengelola coldchain dan vaksin di Kota Bekasi tahun 2002 belum balk, dan disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota Bekasi perlu menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan strategi intensifikasi peningkatan penerimaan keuangan, dan membuat kebijakan kesehatan tentang peningkatan kualitas sumber daya manusia terutama yang berhubungan dengan pengetahuan melalui peningkatan frekuensi dan kualitas pelatihan dan supervisi petugas coldchain dan vaksin.
Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan selaku pengelola program disarankan supaya meningkatkan alokasi biaya untuk pelatihan petugas imunisasi.

The Fact which is Have a Relation with Employee Obedience to the Operational Immunization Standard Procedure for Executor of Coldchain and Vaccine in Bekasi, West Java 2002Indonesia immunization program in 1997 has 7 (seven) contents of antigent that suitable with the WHO suggest.
In 1990 by a national, Indonesia get the status Universal Child Immunization (UCI). Small fresh district has successful to water fish until it gets the Universal Child Immunization (UCI) target.
Eventhough the immunization in Bekasi is high enough, but the measles epidemic still high, so that we have to find the cause.
From the observation, we know that the one of the cause is an employee obedience factor of Coldchain and Vaccine in making decision of The Operational Immunization Standard Procedure.
The observation about the employee obedience by the Operational Immunization Standard Procedure (SOPI :Standart Operasional Prosedure Imunisasi), for executor Coldchain and Vaccine is done by cross sectional design with Quantitative approximation.
More respondence 62 persons with population who come from 31 public clinic in Bekasi. The purpose from this observation is for knowing the employee in running the SOPI which is get from the internal and external factor.
Presentation of employee who's obey by SOPI is 32 persons (52%), and then who hasn't obey is 30 persons (48%). The observation shows that there hasn't got a good relation between the internal and external factor with obedience, because P>0.005, and the external there is only one variable (wages variable), which is has a good relation with obedience, because the wages variable is P<0.005.
Beside of that, the internal and external which have P<0.25, can be a candidate in models. The observation shows us that there are 4 (four) variables with P<0.25 from internal factor, they are study, knowledge, and motivation, but the external factor is a wages.
The analyze fixed relation at 4 (four) variables, tell us that the medical educational background has an opportunity for obey 2.18 times than non medical. And an employee with a good step education has an opportunity for obey 2.33 times than employee who has bad education.
Beside of that, the employee who has a good motivation, the step obedience is 5.26 times than the employee who has bad motivation. The same with wages variable, show us that an employee who has good wages, has opportunity for obey 8,46 times than an employee who has bad wages.
Base from that case, the regular summary is a step obedience for Operational Immunization Standard Procedure at the executor of Coldchain and Vaccine in Bekasi in 2002, hasn't good enough, and there is a suggestion for the healthy dines service to make a healthy policy about the important grade Quality of human resource, which have relation with knowledge by the grade of frequency and training quality and employee supervisor of Coldchain and Vaccine.
Directorate General Communicable Disease Control and Environmental Health as a program executor is suggest for manage a cost to an employee training immunization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 11666
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Reza Isfan
"Imunisasi merupakan satu tindakan pemberian kekebalan khusus kepada anak terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), seperti tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak, dan hepatitis B, sebelum berusia satu tahun. Peningkatan cakupan imunisasi mampu menurunkan kematian akibat PD3I dari 23% tahun 1974 menjadi 10% di tahun 2000. Selama tahun 2005, Seksi Pengamatan dan Pencegahan Penyakit, Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat melaporkan 2.603 kasus campak klinis, 498 kasus hepatitis, 12 kasus tetanus neonatorum, dan 117 kasus pertusis. Kota Padang melaporkan 959 kasus campak klinis, 65 kasus hepatitis, dan 5 kasus tetanus neonatorum selama tahun 2005. Cakupan imunisasi di Puskesmas Pauh Kota Padang pada tahun 2005, adalah; BCG (89,8%), DPT1 (81,2%), DPT3 (67,8%), Polio 4 (75,8%), Hepatitis (66,6%), dan Campak (84,1%).
Imunisasi dasar yang tidak lengkap, hanya memberikan perlindungan sebesar 25-40%. Perkiraan risiko untuk meninggal pada seorang anak balita yang tidak diimunisasi lengkap adalah sebesar 14 kali dibandingkan yang sudah diimunisasi lengkap.
Penelitian ini menggunakan disain kasus kontrol, untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi dasar pada anak. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pauh, dengan pertimbangan jumlah penduduk yang cukup besar, cakupan imunisasi rendah, dan masyarakat yang cukup kooperatif.
Kasus adalah anak usia 12 sampai 23 bulan yang tidak mendapatkan salah satu imunisasi sebelum benisia satu tahun, sedangkan sebagai kontrol adalah anak yang sudah mendapatkan imunisasi berupa BCG, DPT1, DPT2, DPT3, Poliol, Polio2, Polio3, Polio4, Campak, serta hepatitis B1, hepatitis B2, dan hepatitis B3 sebelum berusia satu tahun. Kasus dan kontrol dicari dari register imunisasi di puskesmas, dari tanggal 1 Juni 2004 sampai 31 Mei 2005. Responden pada penelitian ini adalah ibu dari kasus rnaupun kontrol yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pauh pads waktu penelitian.
Penelusuran variable-variabel yang diduga berhubungan dengan status imunisasi dasar dilakukan dengan mengadopsi konsep Green yang melihat faktor predisposisi (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, jumlah anak, dan pekerjaan suami), faktor pendukung (kepemilikan), dan fakt ar pendorong (anjuran).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor predisposisi yang berhubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak di Puskesmas Pauh adalah umur ibu 30 tahun dengan OR = 3,10 dengan 95% CI: 1,83-5,26, pendidikan ibu yang rendah dengan OR = 2,01 dengan 95% CI: 1,10-3,69, pengetahuan ibu yang tidak bail( tentang imunisasi dengan OR = 2,16 dengan 95% CI: 1,20-3,90, dan pekerjaan suami pada sektor non formal dengan OR = 3,21 dengan 95% CI: 1,19-8,69. Faktor pendukung (kepemilikan) tidak berhubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak. Faktor pendorong berupa anjuran, berhubungan dengan ketidaklengkapan imunisasi dasar pada anak. Ibu yang tidak pernah mendapatkan anjuran imunisasi mempunyai risiko imunisasi anaknya tidak lengkap sebesar 4,17 kali jika dibandingkan dengan ibu yang mendapat anjuran dari tenaga non kesehatan, dan sebesar 3,86 kali jika dibandingkan dengan-ibu yard mendapat anjuran dari tenaga kesehatan.
Anjuran untuk mengikuti program Keluarga Berencana setelah punya dua anak, tidak mempunyai Layi lagi setelah ibu berumur ? 30 tahun, meningkatkan pendidikan ibu, penggalakan kelompok belajar, penyuluhan imunisasi secara berkala dan berkesinambungan, revitalisasi posyandu, dan pelatihan imunisasi leader kesehatan diharapkan dapat ineningkatkan cakupan imunisasi pada masa yang akan datang.

Immunization is a procedure on giving a special protection on children, before one year of age, from diseases that can be prevented by immunization, such as tuberculosis, diphtheria, pertuses, tetanus, polio, measles, and Hepatitis B. The escalation on the immunization coverage has reduced the mortality, caused by the diseases that can be prevented by immunization, from 23% in 1974 to 10% in 2000. During 2005, the province of West Sumatra has reported cases on 2,603 clinical measles, 498 Hepatitis, 12 tetanus neonatorum, and 117 aertuses. Meanwhile, Kota Padang has reported 959 cases of clinical measles, 65 cases of Hepatitis, and 5 cases of tetanus neonatorum. The immunization coverage at Puskesmas Pauh of Kota Padang in 2005 is: BCG (89.8%), DPT i (81.2%), DPT3 (67.8%), Polio4 (75.7%), Hepatitis (66.6%), and measles (84.1%).
Uncompleted basic immunization is only giving 25-40% of protection. An estimation on risk of death for children under five who have uncompleted immunization is fourteen times compare to those who have completed immunization.
The design of the study is case-control in order to find out the factors related to the child status on basic immunization. The study is carried out in the working area of Puskesmas Pauh was chosen based on total among the population approximately, the low coveragi immunization as well as the cooperative behavior of the community. The case is children age 12 to 23 months who has uncompleted one of basic immunization before one year of age. Meanwhile, the control is children who have completed basic immunization before one year of age. The completed immunization should consist of immunization on ECG, DPT1, DPT2, DPT3, Polio], Polio2, Polio3, Polio4, Measles, HepatitisB-l, HepatitisB-2, and HepatitisB-3. The case and the control are found out from puskesmas' immunization registration, during 151 June 2004 to 315` May 2005. Respondents of the study are mothers of the case and the control who lives in the working area of puskesmas.
Exploration on variables that assumed to have relationship with the status of basic immunization is accomplished by applying 'the concept of Green, which is looking at the predisposing factors (age, education, occupation, knowledge, attitude, number of children, and husband's occupation), the enabling factors (ownership) and the reinforcing factors (advice).
The result of the study showed that predisposing factors have relationship with incompleteness of basic immunization status of children. The predisposing factors the are relationship also between the predisposing factors with status on basic immunization are: age > 30 years (OR: 3.19 with 95% CI at 1.83 - 5.26), low education (OR: 2.01 with 95% CI at 1.10 --- 3.69), poor knowledge on immunization (OR: 2.16 with CI 95% at 1.20 - 3.90), and husband's occupation at non-formal sectors (OR: 3.21 with CI 95% at 1.19 - 8.69). There is no relationship between enabling factor (ownership) with the incompleteness of basic immunization of the children. The reinforcing factor, in this case is the advice, is correlated with the incompleteness of basic immunization of the children. The risk of mother have never had an advice about child immunization have a risk 4.17 times to have incompleteness on child immunization compare to mothers who receive the advice from non-health personnel. While the risk is lower 3.86 times if compared to mother who receive the advice from health personnel.
Suggestions are addressed the mothers to: participate on family planning program after having two children, not to be pregnant after 30 years of age, to increase the level of mother education, educational package programme for the mother to foolow sustainability of IEC immunization program. Posyandu revitalization, and immunization training for should voluntary health worker about immunization. Hopely by accomplish all the suggestion the immunization coverage will bw increase in the future time."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Purwanto
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia hingga saat ini masih sangat tinggi dimana Tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi yang menempati urutan ke-5 (SKRT 1995). Upaya untuk mengeliminisasi tetanus neonatorum terus dilakukan Departemen Kesehatan dengan target menurunkan insiden menjadi < 1 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2000.
Salah satu strategi Departemen Kesehatan mencapai Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) adalah meningkatkan cakupan imunisasi TT ibu hamil. Namun evaluasi tahun 1999/2000 menunjukkan cakupan yang masih rendah. Oleh karena itu Depkes mulai mengembangkan intensifikasi imunisasi TT kepada wanita usia subur (WUS). Hingga tahun 2000, Kabupaten Serang melaporkan cakupan imunisasi TT WUS > 3 kali mencapai 77,3%. Salah satu Puskesmas yang memiliki cakupan imunisasi TT WUS rendah adalah Puskesmas Anyer.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi TT WUS di Puskesmas Anyer, dengan menggunakan desain survei cross sectional. Responden terdiri dari 300 orang wanita usia subur. Variabel yang diteliti meliputi faktor umur, pendidikan, status perkawinan, pengetahuan, sikap, pekerjaan, persepsi tentang jarak, anjuran, dan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan/imunisasi TT.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa variabel mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan status imunisasi TT WUS (p<0,05). Variabel yang mempunyai hubungan bermakna tersebut adalah umur (OR=3,60), status perkawinan (5,60), pengetahuan (3,60), sikap (4,45), anjuran petugas kesehatan (2,63), anjuran petugas non kesehatan (7,14) dan kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan (2,89). Sementara variabel persepsi tentang jarak, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (p>0,05).
Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh adalah pengetahuan, umur, status perkawinan dan anjuran petugas non kesehatan. Diantara ke empat variabel tersebut, status kawin merupakan variabel yang paling besar mempengaruhi status imunisasi TT WUS.
Mengacu pada hasil penelitian, maka untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT WUS disarankan agar penjangkauan sasaran melalui kegiatan sweeping perlu dipertahankan mengingat kegiatan yang bersifat mass campaign masih dirasakan cukup efektif. Selain itu upaya sosialisasi TT WUS melalui media penyuluhan yang tepat bagi kelompok sasaran antara, seperti kader dan perangkat desa perlu dibuat mengingat pengaruhnya kepada sasaran utama program cukup besar. Untuk mempercepat tercapainya target jangka panjang yaitu dihentikannya imunisasi TT ibu hamil, maka perlu dilakukan pentahapan target TT WUS sehingga status imunisasi TT5 mendekati l00%. Penyesuaian jadwal dengan mengadopsi konsep interval minimal pada pelaksanaan imunisasi TT rutin pada ibu hamil sangat diperlukan untuk meningkatkan perlindungan individu sekaligus untuk meningkatkan efisiensi imunisasi TT.

Factors Contributed To Tetanus Toxoid Immunization Status among Child Bearing Age Women in Anyer Puskesmas Service Area, District Of Serang, In the Year 2001Infant mortality rate is considerably still high in Indonesia where Neonatorum tetanus as the fifth major cause of infant deaths in Indonesia (Household Health Survey 1995). The Ministry of Health has been adopting various efforts to eliminate tetanus neonatorum targeted reducing of neonatal tetanus incidence rate down to below 1 per 1000 live births by the end of 2000.
One of the strategies in the Ministry of Health in order to eliminate neonatal tetanus is achieving high coverage of routine tetanus-toxoid (TT) immunization for pregnant women. Annual evaluation still shows low level of coverage up till the fiscal year 1999/2000, therefore the implementation of program acceleration of TT immunization targeting child-bearing age women (CBAW) as a new approach. By the year 2000, 77.3% of CBAW in Serang District health service area have received TT immunization minimum 3 doses. Anyer is one health centers of health centers in Serang District which reports the lowest coverage.
The objective of this study is to identify the factors contributing to TT immunization status of CBAW in Anyer puskesmas service area, using cross sectional study design. This survey included 300 CBAW. The study factors are age, educational level, marriage status, knowledge, attitude, job, perception about distance, motivator and need for health services/TT immunization.
The study shows several variables are having significant relationship with TT status of CBAW (p<0.05). Those variables are age, (OR=2.014), marriage status (OR= 3.286), knowledge (OR=2.626), and non-health motivator (OR=2.268). Other variables such as distance, attitude, need of health service, health motivator, education level, and job in this study do not show significant influence to TT status (p>O.05).
Thesis study recommends, sweeping of TT CRAW in a mass campaign is an effective approach in increasing the coverage and cadres or village administrators are the important motivators. The program long term goals in terminating TT immunization for pregnant women requires a good plan of TT CBAW until all or almost all of CBAW achieve the TT-5 status. Adjusting the TT immunization schedule by adopting the minimum-interval concept into the routine immunization for pregnant women is needed to increase the individual protection, as well as to increase the efficiency of TT immunization.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5751
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
La Ode Muhamad Sety
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia hingga saat ini masih tinggi dimana tetanus neonatorum merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi yang menempati urutan ke-5 (Depkes, 2001). Upaya eliminasi tetanus neonatorum (EN) di Indonesia terus dilakukan oleh Departemen Kesehatan baik dengan program jangka pendek dan menengah dengan sasaran wanita usia subur (WUS) maupun program jangka panjang dengan sasaran bayi, balita dan murid SD. Upaya akselerasi eliminasi tetanus neonatorum tersebut ditargetkan dapat menurunkan insiden tetanus neonatorum hingga < 1 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005.
Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2003, cakupan imunisasi TT bagi wanita usia subur di Indonesia masih dibawah UCI (<80%). Tanpa upaya akselerasi, diperkirakan Indonesia harus menunggu sampai tahun 2027 untuk dapat menghentikan imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin. Oleh karena itu pada tahun 2003 secara serempak seluruh Indonesia dilakukan imunisasi TT kepada seluruh wanita usia subur termasuk siswa SLTA, agar seluruh WUS memiliki status imunisasi TT minimal 172. Pelaksanaan akselerasi TN tersebut dilaksanakan dua putaran pada tahun 2003 hingga 2004. Berdasarkan hasil kegiatan putaran pertama pelaksanaan imunisasi TT siswi SLTA, Kabupaten Muna hanya dapat menjaring 40,5% dari total siswi yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan status imunisasi TT siswi SLTA di Kabupaten Muna tahun 2004. Desain penelitian adalah cross sectional, dengan sampel adalah siswa/siswi SLTA pada 18 kecamatan di Kabupaten Muna yang tergolong risiko tinggi TN. Kriteria sampel adalah siswi dengan status terdaftar dan terpilih sebagai sampel. Responden terdiri dari 730 orang. Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, tempat tinggal, pendidikan ibu, pendidikan ayah, sumber informasi, intensitas informasi, kebutuhan, peran teman sebaya, peran guru dan status imunisasi TT siswi SLTA.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi siswi SLTA yang belum memperoleh imunisasi TT sebanyak 47%, imunisasi TT satu kali 48,1% dan yang memperoleh imunisasi TT dua kali 4,9%. Variabel yang berhubungan bermakna dengan status imunisasi TT siswi SLTA (p<0,05) adalah kepercayaan (OR=5,83), intensitas informasi (OR:1,93), kebutuhan(OR=1,49), teman sebaya (0R=1,61). Sedangkan pengetahuan, sikap, tempat tinggal, pendidikan ibu, pendidikan ayah, sumber informasi dan peran guru, tidak menunjukkan hubungan yang signifikan (p>0,05). Faktor yang paling dominan mempengaruhi status imunisasi TT siswi SLTA adalah kepercayaan.
Berdasarkan hasil penelitian, untuk meningkatkan cakupan imunisasi TT siswi SLTA hendaknya memperhatikan faktor kepercayaan masyarakat setempat, informasi yang berkembang, kebutuhan dan peran teman sebaya siswi. Meningkatkan kerja sama lintas sektor termasuk kepada guru dan tokoh masyarakat dalam menyebarluaskan informasi yang benar tentang kegunaan imunisasi TT. Kualitas shining perlu ditingkatkan untuk menjaring WUS termasuk siswi SLTA yang belum memperoleh imunisasi, menentukan status imunisasi dengan interval pemberian yang tepat guna efisiensi dan efektivitas anggaran sehingga dapat dihentikan imunisasi kepada ibu hamil dan calon pengantin sedini mungkin. Dukungan kebijakan dan anggaran dari pemerintah daerah sangat dibutuhkan guna kelancaran pelaksanaan program akselerasi eliminasi TN di Kabupaten Muna. Perlunya kajian lebih lanjut pada skala nasional dengan disain penelitian yang lebih baik, misalnya kohor, sehingga diperoleh informasi yang lebih lengkap dengan bias yang lebih kecil.
Referensi: 56(1980 - 2003)

Factors Contributed to Tetanus Toxoid Immunization Status among Female Student at the Secondary School in Muna District, 2004Infant mortality rate is considerably still high in Indonesia where neonatorum tetanus as the fifth mayor cause of infant deaths in Indonesia (Ministry of Health, 2001). The Ministry of Health has been adopting various efforts to eliminate neonatorum tetanus in Indonesia to short and mid range target is child bearing age women (CBAW) and also long range target is infant, child under 5 years, and children elementary school. The Eliminate neonatorum tetanus targeted reducing of neonatal tetanus incidence rate down to bellow I per 1000 live births by the end of 2005.
Evaluate in 2003, immoriation coverage among child bearing age women in Indonesia is under universal child immunization (<80%). Without acceleration, forecasted have to wait for 2027 to discontinuing toxoid tetanus immunize for pregnant women and candidate bridge. Therefore in 2003, the tetanus toxoid immunization program ran concurently for child bearing age women inclusive of children elementary school, so that all TT immunization CBAW status is minimum TT2. The neonatorum tetanus acceleration program consisted of two times in 2003 till 2004. Result of program activity 1'h, Muna district can only net 40,5% from all female student.
The objective of this study is to identify the factors contributing to TT immunization status among female student at the secondary school in Muna district, 2004. The research design was cross sectional study and sample was all female student at the secondary school of 18 subdistrict high risk neonatorum tetanus in Muna district The sample criteria was registered and become sample. This survey included 730 female student The study factors were knowledge, attitude, believe, residence, mother educational level, father educational level, information source, information intensity, need for TT immunization, role of friend coeval, teacher role and TT immunization Stahis.
The objective of this study indicate that the female student proportion which not yet obtained to TT immunization are 47%, first TT immunization 48,1% and second Ti' immunization 4,9%. Several variables are having significant relationship with TT immunization female student at the secondary school status (p<0,05) are believe (OR=5,83), information intensity (ORA'.I,93), need for Ti' immunization (OR=1,49) and role of friend coeval (OR=1,61). Other variables such as knowledge, attitude, residence, mother educational level, father educational level, information source, and teacher role in this study do not show significant influence to TT immunization status (p>0,05). Factor most dominant influence to TT immunization status in this study is believe.
Thesis study recommends to increase TT immunization coverage, factors believe, information, need and role of friend coeval require to get attention. Increase to cooperation pass by quickly related sector to the right information about benefit TT immunization. Screening quality have to be improved to net CBAW included female student at the secondary school which not yet obtained to TT immunization, determining immunization status by the gift right interval to efficiency and effectiveness so that pregnant women and candidate bridge immunization can be earlier discontinued. Budget and policy support from local government very required to continuity of acceleration TN elimination program in Muna district. While researches are expected to conduct studies on this issue with national scale and better study methodology, such as conducting cohor to have more complete result and minimize study bias.
References : 56(1980 - 2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elmerillia Farah Dewi
"Penyakit campak adalah penyakit yang sangat menular dan disebabkan oleh Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus paramyxoviridae. Virus tersebut mampu menekan imunitas atau daya tahan tubuh anak. Penyakit campak memiliki gejala klinis, kemerahan di tubuh berbentuk makulo papular didahului panas badan >38oC (teraba panas) selama 3 hari atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek atau mata merah. Kasus campak masih sering dijumpai di beberapa daerah di Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah respon imun yang kurang optimal. Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan respon tersebut. Dengan perbaikan mutu vaksin, peningkatan status gizi masyarakat dan penanganan kasus yang baik diharapkan kasus campak dapat dikurangi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan desain ekologi korelasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan insiden campak dengan imunsasi campak menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,240) dan berpola negatif, dengan nilai p > 0,05 (0,647) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk hubungan insiden campak dengan status gizi buruk dan kurang menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,001) dan berpola positif, dengan nilai p > 0,05 (0,999) yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara status gizi buruk dan kurang dengan insiden campak. Pada hubungan insiden campak dengan kepadatan penduduk menunjukkan hubungan yang lemah (r = 0,096) dan berpola negatif, dengan nilai p = 0,856 yang Hubungan berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara imunisasi campak dengan insiden campak. Untuk meningkatkan menurunkan insiden campak perlu dilakukan peningkatan status gizi anak serta penyuluhan mengenai pentingnya imunisasi campak. Selain itu perlu ditingkatkannya system pencatatan dan pelaporan sehingga dapat diperoleh data yang akurat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Uus Sukmara
"Eliminasi Tetanus Neonatorum (ETN) adalah salah satu sasaran yang disepakati dalam konperensi tingkat tinggi tentang kesehatan anak sedunia yang harus dicapai pada akhir tahun 2000. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk mencapai ETN tersebut adalah pemberian imunisasi tetanus toxoid kepada ibu hamil. Berbagai upaya untuk mencapai cakupan imunisasi TT ibu hamil yang optimal telah dilaksanakan, namun cakupan imunisasi TT pada ibu hamil di beberapa wilayah masih tetap merupakan masalah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status imunisasi TT pada ibu hamil di wilayah puskesmas Sukamanah kabupaten Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat merupakan sumbangan pemikiran untuk pengelolaan program imunisasi TT ibu hamil dalam kegiatan pencapaian eliminasi tetanus neonatorum.
Metode penelitian ini dirancang dengan study kasus kontrol, sebagai kasus adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang satu tahun dimana selama kehamilannya tidak pernah (TT0) atau tidak memperoleh imunisasi TT lengkap (TT1), sedangkan kontrol adalah ibu-ibu yang mempunyai anak umur kurang satu tahun dimana selama kehamilannya memperoleh imunisasi TT lengkap (TT2/ulang). Jumlah kasus sebanyak 170 orang dan jumlah kontrol 170 orang (perbandingan 1 kasus : 1 kontrol).
Variabel yang diteliti meliputi faktor umur ibu, pendidikan, pengetahuan, sikap, jumlah anak balita, pekerjaan suami, persepsi ibu terhadap jarak, kepemilikan keluarga, pemeriksaan kehamilan dan anjuran yang diterima ibu untuk di imunisasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak semua faktor yang diteliti berpengaruh secara bermakna terhadap status imunisasi TT ibu hamil. Variabel yang tidak berpengaruh adalah ; umur ibu, jumlah anak balita, pekerjaan suami, pengetahuan, dan kepemilikan, sedangkan variabel yang berpengaruh adalah sikap (O.R 4,5), pendidikan (O.R 2,1), pemeriksaan kehamilan (O.R 2,2), persepsi terhadap jarak (OR 2,0) dan anjuran berpengaruh secara bermakna (O.R. 4,3).
Mengingat hal-hal tersebut diatas maka disarankan kepada kepala puskesmas Sukamanah khususnya dan kepala dinas kesehatan kabupaten Bogor umumnya untuk dapat meningkatkan penyuluhan perorangan (anjuran), meningkatkan kemampuan dan sikap profesionalisme petugas, menekan terjadinya miss oportunity ANC dan imunisasi TT, membentuk pos vaksinasi khusus di daerah yang jauh dari posyandulpuskesmas serta mengusulkan kepada camat atau Dikbud untuk diadakan pendidikan kejar paket A (pendidikan sejenis) kepada ibu-ibu yang tidak sekolah atau buta huruf.

The Factors Which Influenced of Toxoid Tetanus Immunization Status in Sukamanah Puskesmas, Kabupaten Bogor In 2000Elimination of Tetanus Neonatorum is one of targets of World Health Summit for Children in high level that must be achieved by the year 2000. One effort which has done to reach ETN is giving toxoid tetanus immunization to pregnant mother. There are so many efforts to reach the coverage of TT immunization that have done well in every area but it is still face the problems.
The purpose of the research is to find out some factors that have influenced the status of TT immunization for pregnant mother in Sukamanah Health Centre, Bogor District. The result of research is contributing some ideas for the management of pregnant mother TT program in increasing elimination of neonatorum of tetanus activating.
The research applies a case control design the case are, mother who has a baby, during her pregnancy has not ever given (TT0) or full of TT (TT1), while the control is mother who has baby that during her pregnancy has taken full of TT (TT2/booster). About it case and 170 control had beed interviewed (1 case : 1 control).
The factor of attitude has been researched including: the mother's age, education, knowledge, number of children under 5 year age, husband's occupation, mother's perceive of distance, owner's family, checking the pregnancy up, and suggestion to do immunization which has revived by the mother.
The result of the study reveals that there is the significant relationship between attitude (O.R. = 4,5), education (O.R.= 2,1), examination during pregnancy (ANC) (OR = 2,2), perceived of distance ( OR = 2,0) and suggestion (O.R.= 4,3) of TT immunization status of pregnant mother.
Based on the result of the study, it is recommended to the head of Sukamanah Health Centre and the head of Bogor District Health office to early out the personal health education (Counseling), to improve the ability and performance of the staff, to reduce the miss opportunity of ANC and immunization, to establish the vaccination centre at the remote are, and to give a recommendation to the Head of Sub district or Department of Education in order to give education package to the literacy mother.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sulistiadi
"Pemberian vaksin campak kepada anak berumur 9-11 bulan berguna untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Untuk mendapatkan kekebalan kelompok terhadap penyakit campak diperlukan suatu program imunisasi campak yang dapat mencakup seluruh sasaran.
Perilaku ibu dalam mengimunisasi campak anaknya sangat penting dan menentukan status imunisasi anaknya yang berarti juga menentukan cakupan imunisasi campak di masyarakat. Di Kabupaten Belitung ternyata masih ada ibu-ibu yang tidak melengkapi status imunisasi dasar anaknya dengan imunisasi campak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.
Metode: Studi ini menggunakan desain kasus kontrol. Kasus adalah ibu yang mempunyai anak berumur 12-24 bulan yang anaknya belum memperoleh imunisasi campak sedangkan kontrol adalah ibu yang mempunyai anak berumur 12-24 bulan yang anaknya sudah memperoleh imunisasi campak. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner pada ibu-ibu yang terpilih sebagai kasus dan kontrol. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis bivariat dan untuk analisis multivariat digunakan regresi logistik ganda dengan kekuatan 80% dan derajat kepercayaan 95%.
Hasil: Hasil akhir uji multivariat menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna antara sikap ibu terhadap imunisasi nampak p=0.000 dan odds ratio 5.333(95%CI 3.128-9.092), pengetahuan ibu tentang imunisasi campak p=0.0000 dan odds ratio 3.497 (95%CI 2.081 - 5.876), persepsi ibu tentang jarak dari rumah ketempat pelayanan imunisasi p=0.000 dan odds ratio 15.921 (95% CI 4.507 - 56.243), umur ibu p=0.021 dan odds ratio 1.057 (95% CI 1.008 - 1.108) terhadap perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.
Kesimpulan: Sikap ibu terhadap imunisasi campak, pengetahuan ibu tentang imunisasi campak, persepsi ibu tentang jarak dari rumahnya ketempat pelayanan imunisasi dan umur ibu mempengaruhi perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak anaknya.

The Factors Which Influencing Mother Behavior in the Giving Measles Immunization to Their Children in the District of Belitung Year 2000Awarding of vaccine to the child in 9-11 years old is useful to give the immunity on the sick of measles. To obtain the group immunity on the sick of measles is needed a program of measles immunization which able to include all objectives.
Mother behavior in the giving measles immunization to their child which also means determining the scope of measles immunization in the population. In the District of Belitung it turns out that still have mothers who are did not fulfilled status of basic immunization of their child with measles immunization. This research is performed in order to know the factors which influencing the mother behaviour in the giving measles immunization to their child.
Method: This study using design of control cases. Case are the mother who are have child in age 12-24 months who are their child still not obtained measles immunization while control are the mother who are have child in age 12-24 months who are their child is have measles immunization. Data obtained from the result of interview with using questionnaire on the mother who is selected as the case and control. Analysis performed with using bivariate analysis and for multivariate analysis used regression of double logistic with the power 80% and degree of trusty 95%.
Result: Final result of multivariate examination shown the existence of influence which have meaning between mother behavior on the measles immunization p=0.000 and odds ratio 5.33 (95%CI 3.128-9.092), the knowledge of mother on the measles immunization p=0.0000 and odds ratio 3.497 (95%CI 2.081-5.876), perception of mother on the distance from house to the place of immunization service p=0.000 and odds ratio 15.921 (95% CI 4.507-56.243), age of mother p=0.021 and odds ratio 1.057 (95% CI 1.008-1.108) on the mother behavior in the giving immunization to their child.
Conclusion: The attitude of mother on the measles immunization, knowledge of mother on the measles immunization, perception of mother on the distance from her house to the place of immunization service and age of mother are influencing the behavior of mother in the to give immunization to their child."
2000
T8310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Perikani
"ABSTRACT
Anak usia 1-5 tahun atau biasa disebut Balita Bawah Lima Tahun memiliki sistem imun yang rendah dan cukup rentan terhadap serangan penyakit, oleh karena itu anak memerlukan serangkaian imunisasi untuk membangun kekebalan dasar pada tubuhnya. Adanya KLB Difteri dapat meningkatkan resiko balita mengalami kecacatan, kesakitan dan kematian. Pengetahuan ibu berperan penting dalam memenuhi kelengkapan imunisasi difteri sebagai tindakan pencegahan penyakit difteri, hal ini kaitannya dengan kepatuhan ibu. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun. Desain penelitian cross sectional menggunakan metode convinience sampling. Sampel penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak usia 1-5 tahun, jumlah sampel penelitian sebanyak 95 responden. Hasil analisa data menunjukan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan kepatuhan imunisasi difteri anak usia 1-5 tahun p le; p = 0.001, =0.5. Tenaga kesehatan keperawatan dapat meningkatkan upaya preventif dan promosi kesehatan tentang imunisasi dan difteri agar kepatuhan terhadap imunisasi difteri dapat ditingkatkan.

ABSTRACT
Children aged 1 5 years or commonly called Toddlers Under Five Years have a low immune system and are quite susceptible to disease attacks, therefore children need a series of immunizations to build basic immunity in the body. The presence of Diphtheria Outbreak may increase the risk of todlers experiencing disability, illness and death. Mother 39 s knowledge plays an important role in fulfilling the completeness of diphtheria immunization as a preventive measure of diphtheria disease, this is related to mother 39 s compliance. The purpose of this study was to identify the relationship between mother 39 s knowledge level and compliance diphtheria immunization in children 1 5 years old. The research design used cross sectional with convinience sampling method. Sample in this research is a mother have children aged 1 5 years old, the number of research samples were 95 respondents. The result of data analysis showed that there was a correlation between mother 39 s knowledge level and diphtheria immunization of children 1 5 years old p le p 0.001, 0.5 Nursing health can improve preventive and health promotion about immunization and diphtheria, so that adherence to diphtheria immunization can be improved."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>