Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151887 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Sujatmoko
"Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) telah banyak memberikan kontribusi dalam pembangunan di Indonesia. Ada beraneka ragam wilayah garapan dari LSM. Dengan karakteristiknya yang luwes dalam bergerak, tak jarang LSM mampu menjangkau wilayah-wilayah yang susah atau belum tersentuh oleh birokrasi negara. Berbagai isu yang sebeiumnya tidak diperhatikan pemerintah, atas advokasi dari LSM kemudian menjadi perhatian semua pihak. Di antara isu yang dimaksud adalah masalah pekerja anak.
Sampai sekarang memang tidak ada data yang pasti tentang pekerja anak, karena memang sulit untuk mendateksi keberadaannya, terlebih lagi yang berada di sektor informal. Saat ini telah banyak LSM yang peduli dengan permasalahan pekerja anak. Akan tetapi, masih banyak juga LSM-LSM ini yang memiliki keterbatasan ataupun kelemahan. Kelemahan-kelemahan ini biasanya menyangkut masalah manajemen dan ketrampilan organisasi, sehingga dapat menghambat implementasi misinya.
JARAK menangkap kelemahan yang ada di tubuh LSM ini. Anggota-anggota jaringan ini pun memiliki kelemahan yang serupa, di samping juga masalah finansial. Merespon permasalahan di tubuh anggotanya inilah kemudian mengambil pilihan untuk melakukan penguatan kapasitas (capacity building) terhadap LSM anggotanya.
Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk (a) mendeskripsikan pelatihan Desain Manajemen dan Evaluasi yang dilakukan JARAK dalam rangka penguatan kapasitas LSM anggota dan (b) menemukan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat program pelatihan DME. Untuk mencapai tujuan ini, penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter yang dimiliki JARAK dan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap seorang mantan SC, seorang koordinator SC, dan dua orang eksekutif JARAK, serta tiga orang dari LSM anggota.
Penelitian ini menemukan bahwa pelatihan DME yang dilakukan JARAK untuk penguatan kapasitas LSM anggota telah dilakukan diberbagai tempat. Program penguatan kapasitas yang dilakukan JARAK menekankan pada area perencanaan, monitoring, dan evaluasi. Dengan adanya program penguatan kapasitas ini diharapkan LSM anggota dapat membuat perencanaan program dengan baik, mampu memonitoring dan mengevaluasi program yang dibuatnya. Dengan kemampuan ini, LSM anggota kemudian dapat mengakses ke lembaga-lembaga donor yang ada balk lokal maupun intemasional. Sehingga LSM anggota dapat menjalankan visi penghapusan pekerja anak di Indonesia.
Hal-hal yang mendukung penguatan kapasitas LSM anggota dikategorikan dalam dua kategori yakni faktor internal dan ekstemal. Faktor internal yang mendukung adalah (a) kesadaran peserta untuk berubah (b) kejelasan informasi, yakni materi-materi pelatihan (c) dukungan sumber daya manusia berupa fasilitator yang memadai. Sedangkan faktor ekstemal yang mendukung adalah adanya kesediaan dad lembaga donor untuk mendanai kegiatan pelatihan.
Seperti halnya faktor yang mendukung, faktor yang menghambat ini juga terbagi dalam dua kategori yakni faktor internal dan ekstemal. Adapun faktor internalnya adalah (a) rendahnya sebagian peserta dari LSM anggota yang mengikuti pelatihan; (b) kurangnya political will dari LSM anggota untuk terus fokus pada isu masalah pekerja anak. Ada LSM anggota yang terlalu tugas cakupan geraknya sehingga mudah meninggalkan isu pekerja anak apabila dalam perjalanannya menemukan isu lain yang sedang menjadi tren; (c) keluar masuknya personil di LSM anggota. Personil yang keluar belum tentu mendapatkan pengganti dengan personil baru yang sebanding kapasitasnya. Sementara faktor eksternalnya adalah dukungan dana yang diterima dari lembaga donor dirasa masih kurang mencukupi untuk meningkatkan frekuensi pelatihan bagi anggota JARAK.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22050
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Citrasari
"Tidak semua anak lahir dan dapat berkembang secara normal, ada beberapa anak yang merupakan anak dengan kebutuhan khusus (exceptional children), diantaranya adalah keterbelakangan mental, carat fisik, kelainan belajar, gangguan emosional, kelainan bicara, gangguan penglihatan (visually impaired), dan gangguan pendengaran (hearing impaired). Anak-anak tersebut harus mendapat penanganan sedini mungkin agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
Gangguan pendengaran (hearing impaired) atau dapat disebut juga tunarungu merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada masa perkembangan. Tunarungu dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakan, mulai dari sangat ringanlminimal sampai total.
Anak tunarungu memiliki beberapa hambatan, salah satunya adalah perkembangan bahasa. Hambatan dalam perkembangan bahasa membuat terhambatnya perkembangan inteligensi anak tunarungu. Walaupun demikian tidak semua aspek inteligensi terhambat tetapi hanya yang bersifat verbal. Aspek inteligensi yang bersumber pada penglihatan dan berupa motorik dapat berkembang lebih cepat.
Salah satu karakteristik perkembangan bahasa yang seharusnya sudah dicapai oleh anak pada masa toddler adalah anak dapat menyebutkan anggota tubuhnya. Dengan hambatan tersebut maka anak tunarungu tidak dapat menyebutkan anggota tubuhnya. Selain itu, dengan memahami anggota tubuhnya sendiri, seorang anak memiliki perasaan akan din mereka sendiri yang terpisah dari orang lain (self-awareness). PengenaIan diri secara fisik dapat membantu anak untuk menyadari diri mereka sendiri yang secara fisik berbeda dari orang lain, hal ini berkaitan dengan karakteristik perkembangan sosial seorang anak. Peneliti melakukan pelatihan mengenali anggota tubuh sebagai sarana untuk mengoptimalkan perkembangan sosial anak tunarungu pada masa toddler.
Pelatihan mengenali anggota tubuh pada anak tunarungu dilakukan melalui strategi visual. Dalam penelitian ini, strategi visual yang digunakan yaitu dengan menunjukkan kartu-kartu bergambar anggota tubuh seorang anak. Saat anak ditunj ukkan kartu bergambar tersebut, anak diminta untuk menunjukkan anggota tubuhnya sendiri. Digunakan strategi visual karena dengan menggunakan alat bantu visual akan lebih mudah untuk dipahami oleh anak yang mengalami kelainan bahasa. Instruksi akan diberikan oleh peneliti (instruktur).
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan untuk melatih anak tunarungu usia toddler mengenali anggota tubuhnya melalui strategi visual. Apabila subjek berhasil menunjuk anggota tubuhnya sendiri saat diperlihatkan kartu bergambar anggota tubuh maka subjek akan mendapatkan reward.
Hasil pelatihan memperlihatkan bahwa subjek mampu mengenali anggota tubuhnya sendiri. Namun demikian, dalam penelitian ini terdapat kelemahan dan kelebihan. KeIemahannya yaitu situasi pelatihan yang tidak terstruktur, tidak ada masa transisi dari situasi tidak terstruktur ke situasi yang terstruktur (pelatihan), dan pada sesi I instruksi yang diberikan oleh instruktur tidak jelas (instruktur tidak memperagakan) sehingga W tidak mengerti apa yang diharapkan darinya. Kelebihannya yaitu strategi visual (gambar) dirasakan sangat membantu dan mudah dipahami oleh anak yang mengalami tunarungu dan pemberian reward ditemukan cukup berhasil memaeu subjek untuk menunjukkan perilaku yang diinginkan.
Saran untuk penelitian ini, peneliti melakukan survey lapangan terlebih dahulu untuk mengetahui kegiatan anak sehari-hari sehingga dapat menetapkan waktu yang tepat untuk melakukan pelatihan. Adanya masa transisi dari situasi tidak terstruktur ke situasi terstruktur (pelatihan). Situasi pelatihan sebaiknya lebih tenang dan lebih terstruktur. Saran untuk penelitian selanjutnya, strategi visual dapat digunakan untuk membantu anak mengenali emosi, kegiatan yang dilakukan sehari-hari, aturan-aturan sosial, dan lain-lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lockwood, Derek
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994
658.302 Loc d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Ministry of health has been released the policy and strategy on decentralization of health. The local government must be able to arrange and develop the district health systems expected to facilitate of cooperation networks development such as: non government organizations, associations, and business sectors. It has been followed up also workshop to compile and make the guidance of cooperation networks. But that way not yet been met the existence of information about how far the policy have been conducted by local government. The objective of the research is to find out how to analyze the cooperation network activities to supporl development of health on local government. Results of the research shown that the cooperation network contribution for health efforls have quite a lot and multifarious, but still require to be improved. Contribution from business sectors its proporlion still is low. Recommendations of the research results are to explain that local government must be to facilitate development and strengthening of the health cooperation networks need more improved. Besides it, facilitation of knowledge and activity, require to be breakthrough find of resources for the cooperation network activities."
BULHSR 9:4 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gendhis Rahajeng
"Studi evaluasi ini bertujuan membangun perangkat konsep dan metode evaluasi capacity building pada program pengasuhan alternatif berbasis keluarga, dengan kombinasi metode CIPP dan SWOT. Dengan mengevaluasi program panti asuhan cottage SOS Family-like Care, studi ini mengangkat kebaruan empiris dari pola pengasuhan berbasis kultural dan berbeda dari sistem asrama pada umumnya. Literatur terkait topik ini masih berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, sementara urgensi aspek pengembangan kapasitas dalam menciptakan kesejahteraan anak yang berkelanjutan belum menjadi perhatian. Evaluasi formatif ini dilakukan dengan metode kualitatif, dengan teknik wawancara mendalam dan observasi. Analisis CIPP (Context, Input, Process, Product) digunakan untuk melihat sistem implementasi dan keluaran. Sementara, analisis SWOT menilai aspek tata kelola program. Hasil evaluasi menunjukkan upaya capacity building yang menyeluruh dan keaktifan anak pada program mempengaruhi peningkatan hasil kapasitasnya yang baik. Partisipasi anak asuh yang baik menjadi faktor kunci dari pengembangan kapasitasnya. Kemudian, implementasi dan keluaran program dilihat sudah cukup baik. Kekurangan dan tantangan masih terlihat jelas pada dimensi input dan process, dimana kurang baiknya kualitas SDM dan tidak optimalnya pembentukkan lingkungan sosial yang suportif berimplikasi pada kurangnya capaian perubahan perilaku anak. Analisis SWOT memperlihatkan bahwa masalah kapasitas institusional terkait SDM dan mekanisme reward-punishment menjadi tantangan utama yang harus dibenahi dalam mencapai tujuan program.

This evaluation study aims to develop a set of concepts and methods for evaluating capacity building in an alternative family-based care program, using a combination of CIPP and SWOT methods. By evaluating foster care with a cottage system, this study explores the empirical novelty of culturally-based alternative care different from the general boarding system. Literature related to this topic still focuses on meeting basic needs, while the urgency of capacity building in creating sustainable children's welfare has not been a concern. This formative evaluation is done by a qualitative method, using in-depth interviews and observation techniques. CIPP analysis (Context, Input, Process, Product) use to see the system implementation and output, whereas the SWOT analysis assesses program governance aspects. The evaluation results show that the comprehensive capacity building process and children's active participation affect the good capacity building output of the children. The high participation level of children is an essential factor in increasing their capacity. Afterward, the implementation and output of the program are pretty good. Weaknesses and challenges are still clearly visible in the input and process dimensions. The poor quality of human resources and the non-optimal formation of a supportive social environment have implications for the lack of achievement in changing children's behavior. The SWOT analysis shows that the institutional capacity issues related to human resources and the reward-punishment mechanism are the main challenge that must be addressed to achieve the program's objectives."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Lestari
"Tulisan ini ditujukan untuk memberikan rekomendasi mengenai upaya yang dapat dilakukan perusahaan dalam mengatasi konflik yang terjadi diantara pihak Serikat Pekerja dan pihak Manajemen dalam organisasi PT. X.
Konflik terjadi dalam organiaasi PT. X karena terdapat sasaran-sasaran yang saling bertentangan diantara pihak manajemen dan pihak serikat pekerja. Dalam menghadapi krisis moneter, pihak manajemen memiliki sasaran melakukan efisiensi biaya untuk menyelamatkan perusahaan sedangkan pihak serikat pekerja memiliki sasaran menaikkan jumlah pendapatan untuk mempertahankan kesejahteraan mereka. Sasaran lain yang juga saling bertentangan adalah sasaran pihak manajemen untuk menerapkan sistem penggajian baru yang berfokus pada prestasi dan kompetensi sehingga karyawannya memiliki daya saing sedangkan sasaran pihak serikat pekerja adalah mengganti sistem penggajian baru yang berlaku karena tidak mengindahkan Iama keria, latar belakang pendidikan formal, serta jumlah tanggungan keluarga.
PT. X perlu mengatasi masalah tersebut agar konflik yang terjadi dapat bersifat konstruktif dan positif bagi kedua belah pihak pada khususnya dan organisasi pada umumnya. Upaya dalam mengatasi masalah konflik dapat dilakukan dengan pendekatan kompromi (compromising). Pendekatan ini lebih menekankan pada kesediaan masing-masing pihak untuk menurunkan tuntutannya dan mengambil jalan tengah dari kepentingan kedua belah pihak, yaitu pihak manajemen dan pihak serikat pekerja.
Pilihan-pilihan tindakan untuk menangani konflik mengarah pada manajemen konflik yaitu upaya penggunaan teknik pemecahan konflik agar bersifat konstruktif bagi organisasi secara keseluruhan Dalam menangani konflik pada PT. X, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan. Strategi pemecahan masalah tersebut terbagi atas 2 bagian. Pertama, yaitu dalam memecahkan masalah besaran penghasilan dapat dimulai dari diadakannya forum bipartit yaitu pertemuan tatap muka dari pihak Serikat Pekerja dan pihak Manajemen sebagai pihak-pihak yang mengalami konflik dengan maksud mengidentifikasi masalah dan memecahkannya lewat pembahasan yang terbuka dalam proses Negosiasi Kedua, yaitu dalam memecahkan masalah pemberlakuan sistem penggajian, maka ditetapkan suatu sistem penggajian baru yang berazaskan keadilan lalu disosialisasikan pada seluruh jajaran manajemen dan karyawan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Taufik Makarao
Jakarta : Rineka Cipta , 2013
346.013 MOH p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lilis Heri Mis Cicih
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>