Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123097 dokumen yang sesuai dengan query
cover
hapus4
"Epidural hematoma merupakan perdarahan yang terjadi antara tulang kranium dan duramater. Dua pertiga penderita epidural hematoma terjadi pada usia kurang dari 40 tahun, jarang terjadi pada usia diatas 60 tahun, hal ini disebabkan pada usia tua secara anatomis terdapat perlekatan-perlekatan antara kranium dan duramater. Usia kurang dan 40 tahun merupakan usia dengan aktivitas yang sangat tinggi, sehingga merupakan masa yang rawan terjadinya trauma kapitis akibat kecelakaan lalu lintas atau faktor trauma lain yang banyak menyebabkan terjadinya perdarahan epidural.
Penegakan diagnosis perdarahan epidural selain dari anamnesis dan pemeriksaan klinis pasien, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan penunjang seperti Brain CT-Scan sehingga dapat ditentukan kriter+a inklusi dan ekslusi penderita perdarahan epidural sesuai dengan tujuan penelitian. Tidak semua kasus epidural hematoma yang dibawa ke IGD RSUPN CM memerlukan tindakan operasi, hal ini disebabkan disamping karena memang tidak terindikasi juga disebabkan hal - hal lain yang berakibat batalnya tindakan operasi yang bersifat non medis.
Berdasarkan data - data kasus perdarahan epidural yang datang ke bagian Gawat Darurat RSUPN CM selama periode tiga tahun ( 2001 - 2004) serta keterkaitannya dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan kasus tersebut, kami membuat suatu penelitian bersifat retrospektif yang diambil dari rekam medik penderita perdarahan epidural yang datang ke IGD RSUPN CM selama tiga tahun. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menelaah berbagai faktor yang berhubungan dengan perdarahan epidural yang dibuat dalam bentuk variabel - variabel tertentu yang sangat berkaitan, sehingga diharapkan dapat membenkan masukan bagi pihak - pihak yang membutuhkan khususnya bagian bedah saraf RSCM guna menurunkan angka kecacatan dan kematian akibat kasus trauma kepala khususnya yang disebabkan oleh perdarahan epidural.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut :
1. Belum ada data penelitian penderita perdarahan epidural pada tiga tahun terakhir, di RSUPN CM, khususnya di Bagian Bedah Saraf
2. Belum ada data demografis penderita trauma kepala umumnya dan penderita perdarahan epidural khususnya, baik menyangkut umur, jenis kelamin, penyebab perdarahan maupun hal - hal lain yang berhubungan dengan kasus perdarahan epidural
3. Belum pemah diteliti faktor - faktor yang mempengaruhi prognosis penderita perdarahan epidural di RSUPN - CM."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wismaji Sadewo
"Trauma atau kecelakaan di beberapa negara maju cenderung meningkat dari tahun ke tahun, bahkan merupakan penyumbang angka kematian dan kesakitan tertinggi menggantikan infeksi, penyakit cardio vaskuler, neoplasma dan carat bawaan.
Di negara maju epidemiologi kecelakaan berubah seiring dengan perubahan masyarakat moderen dalam pandangan mereka tentang penggunaan helem, sabuk keselamatan, kebiasaan minum dan Cara mengendara; yang lebih penting lagi adalah peningkatan penanganan pra rumah sakit oleh masyarakat awam dan penanganan rumah sakit oleh tenaga medic.
Hingga ini belum ada penelitian yang mencari kaitan kondisi klinis radiologis dan temuan operatif untuk membuat prediksi pada pasien dengan epidural hematoma traumatika dan hat ini berguna untuk edukasi dan persetujuan medis bagi keluarga pasien.
Berdasar dari pemikiran inilah maka penelitian ini dilakukan dengan harapan bahwa hasil yang diperoleh dapat dipakai sebagai salah satu acuan ataupun menjadi rujukan dalam menentukan standar baku pengelolaan epidural hematoma akibat trauma kepala di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta.
RUMUSAN MASALAH
Belum ada data karakteristik klinis, radiologis dan temuan operatif penderita dengan epidural hematoma traumatika di Bagian Bedah Saraf FKUI/RSUPNCM. Belum adanya acuan atau prosedur standar yang dtetapkan untuk membuat prediksi penderita dengan epidural hematoma baik yang perlu tindakan operasi maupun yang diiakukan konservasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wong, Cynthia A.
New York: McGraw-Hill, 2007
617.964 WON s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
"Banyak keuntungan yang ditawarkan pada penggunaan tehnik anestesi epidural, namun dibalik itu terdapat pula beberapa masalah, diantaranya mula kerja yang relatif lama (lebih-lebih bila menggunakan bupivakain); padahal kasus-kasus emergency yang membutuhkan tehnik anestesi dengan mula kerja cepat semakin meningkat akhir-akhir ini. Dilandasi upaya memecahkan masalah tersebut, yaitu mempercepat mula kerja bupivakain, dilakukan uji klinis potong lintang acak buta ganda pada 40 penderita yang akan menjalani bedah abdomen dan ekstremitas bagian bawah dengan blok epidural, untuk mempelajari mula kerja bupivakain dengan penambahan natrium bikarbonat. Subyek diambil secara consecutive sampling dengan kriteria seleksi ASA I – II, umur 20-60 tahun, berat badan 50-60 kg, tinggi badan 150-170 cm. Secara acak subyek tersebut dialokasikan ke dalam 2 kelompok, dimana kelompok perlakuan mendapatkan blok epidural (penusukan pada L3 – 4, posisi tidur miring ke kiri) menggunakan campuran 20 cc bupivakain 0,5 % + 0,5 cc natrium bikarbonat 1,4 %, sedangkan kelompok kontrol mendapatkan 20 cc bupivakain 0,5 % + 0,5 cc aquabides. Waktu untuk mencapai blok sensorik setinggi dermatom torakal 10 diukur berdasarkan hasil “pin-prick” dan waktu untuk mencapai blok motorik berdasarkan “Skala Bromage”. Hasil penelitian menunjukkan pemendekan mula kerja blok sensorik yang sangat bermakna (p<0,01) pada kelompok perlakuan (10,2 + 1,4 menit) dibanding kelompok kontrol (19,5 + 1,3 menit). Demikian pula mula kerja blok motorik juga mengalami pemendekan yang sangat bermakna (p<0,01) pada kelompok perlakuan (13,3 + 1,6 menit) dibanding kelompok kontrol (23,0 + 1,2 menit). Disimpulkan bahwa penambahan natrium bikarbonat dapat mempercepat mula kerja bupivakain pada blok epidural. (Med J Indones 2004; 14: 7-10)

There are many advantages in using epidural anesthesia technique. However, there are also some constraints, such as the relatively long onset, particularly in the case of bupivacaine. Whereas the need of a rapid onset of anesthesia technique for emergency cares is increasing lately. The objective of this study was to find a method to hasten the onset of bupivacaine. This is a cross sectional randomized double blind controlled clinical trial performed on 40 patients who would undergo lower abdomen and extremity surgery with epidural block. We evaluated the onset of action of bupivacaine which has been added with sodium bicarbonate. Consecutive sampling method was applied to get the sample. The criteria of sample are ASA I – II patient, aged of 20-60 years old, 50-60 kg of weight, 150-170 cm of height. Patients were allocated randomly into two groups. The treatment group would get epidural block using mixture of 20 cc of bupivacaine 0,5 % + 0.5 cc of sodium bicarbonate 1.4 %, whereas the control group received 20 cc bupivacaine 0.5 % + 0.5 cc aqua bides. Time to reach sensoric block at the level of thoracal 10 dermatome using the pinprick method and time to reach motoric blockade using the bromage scale was recorded. The result of this study showed a significant shortening of the onset of sensory blockade (p<0.05) in the treatment group (10.2+1.4 minutes) compared with the control group (19.5+1.3 minutes). The onset of motor blockade had also a significant shortening (p<0.05) in the treatment group(13.3+1.6 minutes) compared with the control group (23.0+1.2 minutes). It was concluded that the addition of sodium bicarbonate can hasten the onset of bupivacaine on epidural block. (Med J Indones 2004; 14: 7-10)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2004: 7-10, 2004
MJIN-14-1-JanMar2005-7
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Rakhmawati Emril
"Latar belakang: Sebuah skala prediktor yang dapat secara konsisten memprediksi keluaran pasien perdarahan intraserebral spontan (PIS) sangat diperlukan dalam penatalaksanaan pasien. Semakin cepat prognosis diketahui akan semakin baik karena sangat erat kaitannya dengan efektifitas terapi.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berperan sebagai prediktor independen terhadap keluaran pasien perdarahan intraserebral spontan di supratentorial, dan membuat sebuah skala prediktor PIS yang sesuai dengan pola penderita PIS di RSCM
Disain dan Metode: Penelitian ini merupakan suatu studi kasus kontrol yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan skala prediktor berdasarkan variabel yang terbukti sebagai prediktor independen keluaran penderita PIS.
Hasil: Faktor yang berperan sebagaai prediktor independent terhadap keluaran 30 hari pasien PIS adalah Skala koma Glassgow (p< 0.001), perluasan perdarahan ke intraventrikel (p= 0.001), dan volume lesi (p=-0.010). Skala prediktor PIS adala total nilai masing-rasing komponen yang terdiri Bari: SKG 34 (=2), 9-12 (=1), 13-15 (=0); IVH ya (=1), tidak (=0); volume Iasi ? 30 cc (=1), < 30 cc ff.)). Subyek dengan total skor 0, 1, 2, 3, 4, berturut-turut memiliki probabilitas meninggal 1.3%, 9.2-13.16%, 52.7-63.5%, 92:5-95.1%, dan 99.3%. Probabilitas keluaran meninggal meningkat sebanding dengan peningkatan total skala prediktor.
Kesimpulan: Faktor yang berperan sebagai prediktar keluaran 30 hari pasien PIS spontan supratentorial adalah Skala koma Glassgow, perluasan perdarahan ke intraventrikel, dan volume hematom. Berdasarkan prediktor independent tersebut dapat dibuat skala prediktor untuk memprediksi keluaran pasien. Probabilitas meninggal meningkat sebanding dengan peningkatan total skala prediktor.

Background. The predictor scale that predict consistently the outcome of patients with ICH is very important. Prognosis has strong relationship with effectiveness of treatment
Objective. To found the factors that act as the predictors of 30-day outcome for spontaneous intracerebral hemorrhage and to define a predictor scale or modified ICH scoring .
Methods. These was a case control study that continued by defined a predictor scale for ICH which use a criteria that was predictive of outcome.
Result. Factors independently associated with 30-day mortality were Glasgow Coma Scale score (p< 0.001), presence of intraveniricular hemorrhage (p0 001), and ICH volume (p=O.0I). The predictor scale of ICH was the sum of individual points assigned as follows: GCS score 3 to 8 (= 2 points), 9 to 12 (= 1 point), 13 to 15 point (41); Intraventricular hemorrhage yes (-I), no (41); ICH volume 30 cc (=1), < 30 cc (4). Thirty-day mortality rates for subjects with predictor scale of ICH of 0,1,2,3,and 4 were 1.3%, 9.2-13.6%, 52.7-63.5%, 92.5 - 95.1%, and 99.3% respectively. Thirty-day mortality increased steadily with predictor scale of ICI
Conclusions. Factors independently associated with 30-day mortality is Glasgow Coma Scale score, presence of intraventricular hemorrhage, and ICH volume. The ICH predictor scale can predict the risk stratification on patients with ICH. The use of a scale such ICH predictor scale could improve standardization of clinical treatment protocols.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinaga, Janno
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penekanan mekanikal bantal pasir 2,3 kg antara 2, 4, 6 jam terhadap komplikasi. Metode penelitian randomized controlled trial, dengan jumlah sampel sebanyak 90 orang. Kelompok intervensi I menggunakan bantal pasir 2,3 kg 2 jam, intervensi II 4 jam, kelompok kontrol 6 jam, pengukuran dilakukan setiap 2 jam.
Hasil penelitian tidak ada mengalami perdarahan pada semua kelompok, tidak ada perbedaan insiden haematom diantara kelompok (p= 0,866; α= 0,05). Ada perbedaan rasa nyaman diantara kelompok pada observasi 4 jam (p= 0,003; α= 0,05) dan observasi 6 jam (p= 0,0005; α= 0,05). Rekomendasi penelitian ini adalah perlunya modifikasi Standar Prosedur Operasional penggunaan bantal pasir 2,3 kg sebagai penekan mekanikal dari 6 jam menjadi 2 jam, sebab tidak meningkatkan komplikasi, akan tetapi meningkatkan rasa nyaman klien.

This study was to determine the effectiveness of the mechanical suppression of sandbag 2.3 kg between the 2, 4, 6 hours against complications. The research design was randomized controlled trial study, where 90 patients as sample. A 2.3 kg sandbag was applied for two hours for the first group, four hours for the second groups, and six hours for the control groups, measurements were taken every 2 hours.
The results showed that no patient has any bleeding, not difference the incidence of hematoma between groups (p= 0.866; α= 0.05). That the differences of discomfort between groups were found after 4 hours (p= 0.003; α= 0.05), and after 6 hours (p= 0.0005; α=0.05). It is recommended that Standard Operational Procedure modification required from six hours into two hours in using a 2.3 kg sandbag as a mechanical pressure, because there is no increase of incidence of complications, on the otherhand an improvement of comfort level is detected.
"
STIKES Mutiara Indonesia ; Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Fardillah
"Stigma terhadap penderita HIV/AIDS juga dilakukan oleh sektor pelayanan kesehatan seperti dokter dan perawat. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan guna mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengarui stigma terhadap stigmatisasi penderita HIV/AIDS pada mahasiswa kesehatan tingkat akhir program reguler di beberapa fakultas di Universitas Indonesia. Peneiitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal pengalaman masa lalu terkait HIV/AIDS saja yang memiliki hubungan terhadap stigmatisasi penderita HIV/AIDS karena nilai p(0,007) < α,(0,05). Sedangkan faktor-faktor intemal dan ekstemai lain (tingkat pengetahuan, niiai kepercayaan/agama, niiai sosial budaya dan faktor lingkungan sekitar) tidak memiliki hubungan dengan stigmatisasi pada responden yang diambil di Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Keperawatan ini.
Dari 77 orang responden yang diteliti didapatkan hasil yaitu sebesar 40 orang (51,9%) responden memiliki stigma negatif dan 34 orang lainnya (48,1%) memiliki stigma positif tingginya stigma negatif pada mahasiswa kesehatan harusnya menjadi perhatian khusus dunia pelayanan kesehatan.

Stigma related people with HIV/AIDS are belonging to the health worker like doctor and nurse. The objective of this research is to know the relationshhn between the factors that contributing the stigma with stigmatize related people with HIV/AIDS in the freshman students of healthy at the last stage regular program in several faculties in University of Indonesia.
The analysis result shows that just internal factor experienced related HIV/AIDS that have relation with stigmatize related people with HIV/AIDS because the p value (0,007) < α (0,05). The other internal and external factors (degree of knowledge, the value of believed the value of social culture, and environment) have not relation with stigmattize people with HIV/AIDS in the subjective of this research that token in the Medical Faculty Dental Medical Faculty, and Nursing Faculty.
This research used a descriptive correlation From 77 samples that have been researched the result shown about 40 people (5.19%) samples have a negative stigma and 34 other people (48, 1 %) have a positive stigma. The high level of stigma negative in the ji-eshrnan students of healthy must be have more intention from the healthy world side.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
TA5723
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Marihot
"Latar Belakang: Biaya hemodialisis (HD) di Indonesia dirasakan cukup mahal. Bahkan di negara negara maju meskipun dibiayai oleh asuransi kesehatan, masih dianggap cukup mahal. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemakaian Dialiser Proses Ulang (DPU) telah dilakukan di banyak negara. Selain dapat menekan biaya HD, pemakaian DPU diketahui juga dapat mengurangi gejala klinik dan meningkatkan biokompatibilitas dialiser. Namun demikian pemakaian DPU dapat berisiko terjadinya kontaminasi oleh bahan sterilan, bakteri / virus, kerusakan membran dialiser, dan penurunan volume kompartemen darah dialiser yang menyebabkan penurunan bersihan urea (Urea Reduction Ratio/URR).
Penetapan Masalah Penelitian: RSUPN-CM telah memakai DPU, tetapi sampai saat ini masih belum ada data yang pasti sampai berapa kali suatu DPU masih dapat dipakai ulang. Untuk itu ingin diketahui sampai berapa kali DPU masih dapat dipakai, berdasarkan kriteria volume kompartemen darah dan penampilan fisik dialiser. Selain itu ingin diketahui juga hasil bersihan urea (URR) dan adakah efek samping pada pemakaian DPU.
Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara quasi experiment pada 20 pasien gagal ginjal tahap akhir, yang menjalani HD kronik memakai DPU, di unit HD RSUPN-CM. Dilakukan pengukuran volume kompartemen darah dan peniaian fisik dialiser pada setiap proses pengulangan. Juga diperiksa kadar ureum serum dan URR pra dan pasca HD awal, dengan DPU pemakaian ke 5,7,9. Diteliti adakah efek samping yang timbul karena pemakaian DPU. Volume kompartemen darah dialiser yang masih memenuhi syarat pemakaian adalah 80% volume awal. URR yang memenuhi target dialisis adalah 80%. Data dikumpulkan,diolah dan disajikan dalam bentuk teks, tabel dan gambar, secara deskriptif.
Hasil Penelitian: Subyek penelitian sebanyak 20 prang, terdiri dari 12 orang laki-laki (60%) dan 8 orang perempuan (40%). Rerata umur subyek 51 tahun. Penyebab gagal ginjal terbanyak adalah Glomerulonefritis sebanyak 10 orang (50%) dan yang tersedikit adalah Nefropati Diabetik sebanyak 1 orang (5%). Volume kompartemen darah pada pemakaian DPU masih diatas 80%. Tidak ditemukan perubahan URR pada pemakaian ulang ke 5,7,9. URR HD awal,pemakaian DPU ke 5,7,9 seluruhnya dibawah 80% Rerata jumlah pemakaian DPU adalah 7 kali, pemakaian yang tertinggi 9 kali dan yang terendah 3 kali.Penyebab penghentian pemakaian DPU adalah perubahan fisik dialiser sebanyak 12 dialiser,subyek tidak bersedia melanjutkan karena sudah 9 kali pemakaian ulang sebanyak 7 prang, dialiser bocor sebanyak 1 dialiser. Tidak ditemukan efek samping pada pemakaian DPU.
Simpulan: Rerata pemakaian DPU di RSUPN-CM yang masih dapat dipertanggung jawabkan dari segi kiinik adalah sebanyak 7 kali. Rerata pasti yang dapat dipertanggung jawabkan secara statistik masih belum dapat dijawab.Volume kompartemen darah DPU masih di atas 80% volume awal. Tidak ditemukan perubahan URR pada pemakaian DPU sampai pemakaian ulang 9 kali. Penyebab penghentian pemakaian DPU yang terbanyak adalah perubahan fisik dialiser, karena terbentuknya bekuan darah pada dialiser. Tidak ditemukan efek samping pada pemakaian DPU di RSUPN-CM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T21410
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>