Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200564 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Rahmi
"Sejak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997, secara rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga sebagian besar dialokasikan untuk pengeluaran konsumsi makanan baik di perkotaan maupun di pedesaan. Oleh karena itu kebijakan yang berhubungan dengan barang makanan atau kebijakan pangan merupakan salah satu kebijakan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk memformulasikan kebijakan tersebut, maka terlebih dahulu diperiukan studi yang membahas perilaku konsumsi makanan masyarakat, baik menurut wilayah pedesaan atau perkotaan maupun menurut tingkat pendapatan masyarakat. Salah sate pendapatan yang digunakan dalam studi tersebut yaitu model Alomost Ideal Demand System (AIDS), dimana dalam penulisan ini diaplikasikan untuk menganalisa permintaan makanan di Jawa Barat, yang dikelompokkan menjadi 8 kelompok.
Berdasarkan hasil studi dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi makanan rumah tangga di pedesaan dan perkotaan Jawa Barat relatif sama , dengan proporsi pengeluaran yang terbesar yaitu untuk konsumsi kelompok path - padian, kelompok ikan & daging, kelompok sayuran dan kelompok makanan jadi. Semakin tinggi tingkat pendapatan rumah tangga , maka terjadi pergeseran pola konsumsi dari kelompok sayuran & kacang - kacangan dan kelompok padi-padian ke konsumsi kelompok ikan & daging , kelompok telur & susu dan kelompok buah - buahan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T20589
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
MMJA 8(1-2)2010
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Sukarno
"Studi ini tentang penilaian harga saham berdasarkan analisa fundamental dengan pendekatan PER. Meskipun ada modifikasi, tapi model yang digunakan tetap mengacu pada multiple regression model yang dipergunakan para peneliti sebelumnya, baik dalam maupun luar negeri.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui relevansi penentuan PER dalam keputusan investasi di BEJ. Kemudian dirinci, untuk mengetahui : apakah growth rate, dividen payout ratio dan financial leverage mempengaruhi besarnya PER; variabel manakah (earning growth atau dividen growth) yang paling berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER; apakah pengaruh masing-masing variabel eksplanatori terhadap PER tetap konsisten dari tahun ke tahun dan apakah model empiris yang diajukan dapat dipakai sebagai security selection serta mengkaji apakah kebijaksanaan BAPEPAM tentang PER maksimal 15 kali memadai.
Hasil analisa tahun 1989-1993 maupun keseluruhan menunjukkan bahwa semua persamaan regresi (kecuali 1989) memiliki F-test signifikan dan adjusted R2 minimal 75%. Berarti di samping secara serentak berpengaruh, perubahan variabel eksplanatori mampu menjelaskan perubahan variabel PER paling rendah 75%. Pengaruh secara parsial, berdasarkan t-test, umumnya variabel growth rate dan dividen payout ratio signifikan berpengaruh. Tapi variabel financial leverage tidak signifikan berpengaruh.
Akan tetapi bila ditinjau koefisien regresi masing-masing variabel eksplanatori menunjukkan bahwa umumnya terdapat arah dan hubungan positif antara variabel growth rate dan dividen payout ratio terhadap PER. Sebaliknya terdapat arah dan hubungan negatif antara variabel financial leverage dengan PER . Jadi meskipun pengaruhnya kurang signifikan, dengan semakin meningkatnya financial leverage akan mendorong risiko financial makin tinggi dan PER menjadi makin menurun.
Sementara itu variabel earning growth diketahui lebih berpengaruh dan lebih mampu menjelaskan perubahan PER daripada variabel dividen growth. Hanya pada 1990 saja variabel dividen growth memiliki adjusted R2 dan t-test lebih signifikan. Diketahui pula bahwa variabel growth rate dari tahun ke tahun tetap dominan berpengaruh terhadap besarnya PER. Namun demikian besar dan arah pengaruhnya berubah-ubah. Dan model empiris yang diajukan ternyata kurang cocok untuk security selection.
Akhirnya, bertolak dari hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa anjuran BAPEPAM tentang batas PER tidak lebih dari 15 kali untuk perusahaan yang akan go public semua sektor industri adalah kurang tepat. Memang rata-rata PER empiris dibawah 15 kali bila variabel eksplanatori konstan (=0). Yaitu 6,1271 kali (1989); -0,0027 kali (1990); -35,6735 kali (1991); 0,1289 kali (1992); 12,2483 kali (1993) dan 0,099 kali(1989-93).
Tapi jika salah satu variabel, misalnya growth rate, bernilai positif maka hasil P/NE menjadi diatas 15 kali. Tentunya setiap perusahaan memiliki prospek untuk tumbuh. Karenanya BAPEPAM disarankan meninjau kembali himbauan tentang batas PER."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Djoni
"Tesis ini merupakan penelitian tentang kebijakan diskriminasi harga minyak tanah untuk keperluan industri dan rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dampak disriminasi harga minyak tanah untuk keperluan industri dan rumah tangga degan menggunakan model permintaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder di peroleh dari PT Pertamina, BPS dan instansi terkait Iainnya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah ; pertama, analisis deskriptif yaitu untuk menggambarkan kondisi tentang minyak tanah. Kedua , analisis kuantitatif dilakukan untuk melihat pengaruh permintaan minyak tanah terhadap kebijakan diskriminasi harga minyak tanah. Program SPSS digunakan untuk memperoleh model permintaan minyak tanah dan Metode Eksponensial Smoothing untuk melakukan peramalan variabel bebas terhadap permintaan minyak tanah. Parameter yang dipakai dalam analisis permintaan adalah elastisitas harga dan elastisitan permintaan.
Hasil Analisis
Elastisitas harga minyak tanah di DKI Jakarta untuk sektor industri -0,642 dan sektor rumah tangga - 0,857. Sedangkan di Jawa Barat elastisitas harga minyak tanah untuk industri -0,591 dan sektor rumah tangga - 0,935. Berdasarkan elastisitas harga tersebut dapat dijelaskan dampak diskriminasi harga minyak tanah untuk sektor industri dan rumah tangga."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Setiabudi
"Pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Listrik mengakibatkan kenaikan harga- kedua komoditas tersebut dan berdampak pada meningkatnya biaya produksi di banyak proses produksi sehingga memicu kenaikan harga jual barang-barang lain yang mengarah terjadinya inflasi. Naiknya harga'. barang secara umum tersebut juga disebabkan oleh naiknya biaya produksi yang dipicu oleh kenaikan upah pekerja yang tercermin dari naiknya Upah Minimum Regional (UMR).
KULA (1998) mengajukan metode untuk mengetahui perubahan tingkat harga yang rasional sesuai dengan kenaikan biaya input, yang disebut Input Output Costing Model. Penelitiannya di Turki berdasarkan data Statistical National Account (SNA) 1992 menunjukkan prediksi tingkat inflasi yang lebih rendah dibanding kondisi nil untuk tahun 1996 serta mengidentifikasi sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya.
Penelitian ini juga menggunakan metode 1-0 Costing Model untuk diterapkan pada perekonomian Jawa Tengah berdasar data tabel input-output tahun 2000. Untuk mengetahui sektor-sektor yang memperoleh keuntungan ekstra atau sebaliknya pada tahun 2001, dilakukan dengan membandingan indeks harga antara hasil analisis dengan IHPB dan IHK rill yang terjadi. Dengan mengasumsikan dan mensimulasikan tingkat harga yang terjadi tahun 2003, maka inflasi 2003 akan dapat diprediksikan. Prediksi infliasi tersebut dibandingkan dengan target inflasi sesuai dokumen perencanaan (Repetada), sehingga diperoleh kesimpulan berupa asumsi perubahan harga yang membatasi pencapaian target inflasi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa selama periode tahun 2000-2001 terjadi perubahan harga BBM (32,09%), TDL (18,71%), UMR (32,43%), dan harga Impor (2,0%). Perubahan harga tersebut mengakibatkan perubahan harga sektor lainnya. Sebanyak 29 sektor memperoleh keuntungan ekstra, dimana keuntungan terbesar diperoleh sektor Industri Gula (25,20%), Padi (17,86%), Industri ' Penggilingan - Padi (16,50%), Industri Rokok dan Pengolahan Tembakau (12,66%), dan Industri Alat Angkutan dan Perbaikannya sebesar 10,99%.
Sebanyak 4 sektor yang memperoleh keuntungan ekstra merupakan sektor pertanian 'dengan harga output yang masih dikendalikan Pemerintah melalui kebijakan tata niaga. Sehingga sampai pada batas ini, pemerintah dianggap terlalu tinggi menetapkan harga tersebut. Namun disisi lain, keuntungan ekstra yang diperoleh sektor pertanian clan industri pertanian tersebut, tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan petani penghasil. Sehingga diduga masih ada mata rantai distribusi yang menikmati laba ekstra antara Pedagang Besar Pertama dengan petani penghasil. Sedang sektor lainnya, harga yang tinggi tersebut disebabkan tingginya mark up yang diraih pengusaha.
Sebanyak 7 sektor menerima harga output dibawah harga yang wajar, dengan sektor Industri Mesin dan Perlengkapan Listrik menerima harga terendah sebesar 3,66% dibawah harga wajar. Namun dengan struktur produksi yang didominasi input produksi berasal clad out-put sektor perdagangan serta sepertiga total input berasal dari impor, maka selisih harga yang relatif tidak besar tersebut (dibanding rata-rata 36 sektor) dapat mengindikasikan perlunya pembenahan sektor perdagangan, khususnya pasar input industri tersebut.
Semakin banyak sektor yang memiliki selisih dengan rata-rata perbedaan harga tersebut, akan memicu pergerakan perusahaan dari sektor yang menerima harga dibawah harga yang wajar ke arah sektor yang memperoleh laba ekstra, sehingga dapat mengancam stabilitas perekonomian.
Akibat kenaikan harga tahun 2000 berupa BBM, TDL, Nilai Tukar, dan UMR, diperkirakan mengakibatkan inflasi 8,24% (berdasar Indeks Harga Perdagangan Besar/IHPB) yang lebih rendah 4,49% dari inflasi riil sebesar 12,73%. Sumbangan inflasi tahun 2001 yang terbesar adalah perubahan harga Upah Minimum Provinsi (UMP) yaitu sebesar 7,18%. Berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), prediksi inflasi sebesar 7,89%, yang Iebih' rendah 4,74% dari inflasi Kota Semarang sebesar 12,63%.
Hasil simulasi model untuk tahun 2003 menunjukkan bahwa target inflasi sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada) ]awa Tengah 2003 sebesar 9,90% akan tercapai dengan asumsi : harga BBM sama dengan harga tahun 2002, nilai tukar US $ 1 sebesar Rp 8.500, TEL Iayak ekonomi sebesar US$ 7 sen/KWh (dengan asumsi nilai tukar US$ 1 = Rp 8.500, dan tercapai pada tahun 2003), UMR sebesar Rp. 400.000/bulan/pekerja, dan peningkatan perolehan pajak tidak Iangsung rata-rata 10%/tahun. Namun apabila mempertimbangkan hasil analisis tahun 2001 yang menunjukkan hasil prediksi lebih rendah dari inflasi riil dan selisihnya digunakan sebagai angka koreksi, maka tingkat inflasi yang terjadi berdasar harga konsumen akan melampaui target inflasi sebesar 0,32% (tingkat inflasi mencapai 10,42%), walaupun dengan pendekatan HPB masih tetap dibawah 2 digit. Berdasarkan pertimbangan data yang digunakan dalam analisis, maka perhitungan dengan menggunakan HPB lebih kecil biasnya. HPB hanya menggunakan sebagian data HPB Nasionai, sementara Harga Konsumen menggunakan pola pengeluaran RT sesuai SNSE Indonesia 1999."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T12575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Global food problem today is triggered by soaring international food prices. The factors underpinning the rising prices include high oil prices and energy costs,wcih lead to higher input costs such as fertilizer and freight costs; increasing demand for rice in India due to substitution of rice for wheat,disaster in Vietnam and Myanmar;panic buying in the Philipines and possible influence of speculators
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amroussy Djaja Teruna Marsis
"ABSTRAK
Didapatkan informasi dari hasil penelitian ini inflasi harga rata-rata bahan makanan di RSU Al-Kamal baru mencapai 9,97 % setelah 2 tahun 3 bulan. Sedangkan dampak inflasi harga rata-rata tersebut memberikan kontribusi kenaikan total biaya pada periode akhir penelitian ini besarnya 11,33 % total biaya periode basis . Sementara kewajaran harga dengan substitusi harga survai RS Benchmarking - nya RSU Al-Kamal yaitu RSUD PR, ternyata harga RSU Al-Kamal lebih menghemat total biaya sebesar 6.57 % total biaya basis dibandingkan dengan menggunakan substitusi harga RSUD PR. Sayangnya pada peneltian ini tidak dilakukan substitusi harga dengan RS Benchmarking dari swasta dengan kriteria terbaik berdasarkan Neraca dan Laporan Sisa Hasil Usaha / Rugi Laba. Dengan substitusi harga berbagai sumber pasar ternyata harga " Makro " memang lebih hemat dari harga RSLT Al-Lanni dengan perbedaan senilai - 18.63 % total biaya basis, pasar tradisional lebih hemat dengan perbedaan senilai - 15.76 % total biaya basis, dengan " Tip Top " lebih hemat dengan perbedaan senilai -9.17 %, dengan "Ramayana" lebih hemat senilai -8.46 %. Sayangnya pada penelitian dengan substitusi harga survai Pasar ini tidak memperhitungkan perbedaan biaya pemesanan satu sama lainnya.
Bervariasinya nilai efisiensi kontribusi penggunaan terhadap total biaya belanja bahan, terhadap produksi pelayanan makanan dan sasaran pelayanan makanan pada tiap periode : Pada Juli Agustus September 1996 nilai efisiensi penggunaan bahan makanan untuk produksi inefisien dengan nilai 0.64 % total biaya basis sementara sasaran keseluruhan naik 2.67 % sasaran periode basis. Sedangkan pada periode Juli Agustus September 1996 lebih efisien dengan nilai - 8.1 % total biaya sementara sasaran pelayanan makanan keseluruhan turun - 4.09 %. Sedangkan pada periode April Mei Juni 1997 lebih efisien namun nilainya cuma - 0.06 % sementara sasaran pada waktu itu naik 0.06 %. Dapat diinterpretasikan adanya kecenderungan dalam penggunaan bahan makanan Instalasi Gizi RSU Al-Kamal lebih cost efissien dalam situasi penurunan jumlah sasaran pelayanan.
Sebagai saran penggunaan metode indeks harga ini dilanjutkan dan dilakukan pada keseluruhan bahan belanja operasional lainnya seraya melengkapi keterbatasan pada penelitian ini. Hasil pengukuran hendaknya didiskusikan dengan segenap karyawan untuk meningkatkan Cost Awareness segenap karyawan rumah sakit untuk meningkatkan efisiensi rumah sakit termasuk efisiensi belanja bahan operasional rumah sakit dengan tanpa mengurangi mutu dan penerimaan pelayanan rumah sakit oleh karyawan rumah sakit. Agar kelak rumah sakit dapat meraih keunggulan kompetitif dengan dukungan segenap karyawannya bagi kemajuan rumah sakit dan kemajuan mereka.

ABSTRACT
Average of inflation rate of food supply purchasing price in this research to Al-Kamal Hospital below 9.97 % as long as two years three months since the base period or the first quarter of 1995. The contribution of the current inflation of total cost in the same period are 10.19 % of total cost in the base period. Meanwhile the level price in the current period with the substitution of survey benchmarking Al-Kamal Hospital with Pasar Rebo Jakarta Public Hospital (Pasar Rebo Hospital), actually Al-Kamal Hospital food supply price more efficient around of 6.57 % of the total cost Al-Kamal Hospital for dietary purchasing supply in the base period if compared with the substitution price of Pasar Rebo Hospital in the same current period. Unfortunately in this research did not applied price substitution with benchmarking private hospital with the best criteria that shown in the financial statement (balance sheet and profit or loss statement). It is recommended for the next time survey to the other surveyor.
Substitution price of several market showed that "Makro" price more efficient than the Al-Kamal Hospital food supply price, the difference around .-18,63 % of total cost in the base period. The Traditional Market price more efficient than the Al-Kamal food supply purchasing price, the difference around ? 15,76 % of the total cost price in the base period. The `Tip Top' market price more efficient than the Al-Kamal food supply price, the difference around -9.17 % of the total cost price in the base period. The "Ramayana" market price more efficient than the Al-Kamal food supply price, the difference around - 8.46 % of the total cost price in the base period. Unfortunately, no order cost were included in substitution price in the market survey. It is recommended for the next survey to compare order cost too.
The contribution of efficiency value are variance upon the total cost price for each period , such as : in July, August and September 1996 efficiency value of usage food compare with total value of production food were inefficiency around 0.64 % of total cost in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily increased 2.67 % in the same period. Than in July, August and September 1996 efficiency value of usage food compare with total value of production food were efficiency around - 8.1 % total cost price in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily decreased - 4.09 %. Than in April, May and June 1997 efficiency value of usage food compare with total value of production food were efficiency only - 0.06 % of total cost price in the base period, meanwhile the objective of total consumer daily increased 0.06 %. It could be interpreted that the use of total cost price in usage food supply for production food more cost efficiency in the decrease of total consumer daily than the increased of total consumer daily.
The recommendation of the price index method in this survey could be continued not limited hut to all of the hospital purchasing material supply. The result of total cost, price, usage, production and consumer daily measurement with price index method have to be discussed to all employee involved in the hospital, to increase their Cost Awareness to the development of the hospital efficiency included efficiency in purchasing material supply without decrease in quality and delivery of hospital services by them self; to reach the best competitive advantage for them and their hospital, etc.
References : 19 (1977 - 1996)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayadeyaka Raditya Riseanggara
"Tesis ini menganalisa pengaruh perubahan regulasi fraksi harga saham dan jumlah lot saham terhadap pola return intraday, volatilitas return, dan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia. Bipotesis awal diharapkan dengan adanya perubahan regulasi tersebut dapat meningkatkan volume transaksi dan menurunkan risiko volatilitas return saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan intraday yang dilakukan dengan interval waktu 15 menit terhadap seratus sampel data saham periode 1 Oktober 2013 - 28 Maret 2014, rata-rata volume transaksi meningkat dari 1.205.184 menjadi 1.269.715.
Hasil uji statistik t-paired dengan tingkat kepercayaan 95% menyimpulkan bahwa perubahan fraksi harga saham dan jumlah lot saham berpengaruh signifikan terhadap rata-rata volume transaksi di Bursa Efek Indonesia. Basil pengamatan pada periode yang sama menunjukkan penurunan volatilitas return dari 0.0005% menjadi 0.0004%. Namun hasil uji statistik t-paired dengan tingkat kepercayaan 95% menyimpulkan bahwa perubahan fraksi harga saham dan jumlah lot saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata volatilitas return di Bursa Efek Indonesia. Pola return intraday tidak mengalami perubahan dengan adanya regulasi fraksi harga saham dan jumlah lot saham yang baru, dimana rata-rata return intraday tertinggi pada akhir periode perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

This research analyzes the effect of regulatory changes and the fraction of the stock price of the stock and also lot size to patterns intraday returns, volatility return, and volume of stock transactions in Jakarta Stock Exchange. Expected with the initial hypothesis that regulatory changes could increase the volume of transactions and lowering the risk of stock return volatility in the Jakarta Stock Exchange. Based on observations made with the intraday 15-minute time interval of the one hundred shares data samples period October 1, 2013- 28 March 2014, the average transaction volume increased from 1,205,184 into 1,269,715.
Results of paired t-test statistic with 95% confidence level conclude that the change in the fraction of the stock price and stock lot size significantly influence the average transaction volume in the Jakarta Stock Exchange. Observations during the same period showed a decrease in return volatility from 0.0005% to 0.0004%. However, the results of paired t-test with a statistical confidence level of 95 % concluded that the change in the fraction of the stock price and stock lot size does not significantly influence the average return volatility in the Jakarta Stock Exchange. lntraday return pattern does not change with the regulations fractions stock price and lot size, where the highest average intraday return happened at the end of the trading period in Jakarta Stock Exchange
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Made Bambang Rijanto
"Stock Split is one of popular corporate action in capital market. Stock Split is the split of a company's existing stock into more shares. Each stockholder would receive an additional share for each share formerly held depend on the ratio of the split. The implication of the stock split is the pace of the stock becomes cheaper than before, this is something worth for the investors. Furthermore, the demand for the stock will be higher, and the price of the stock will up to certain level which means profitable for the investors. Liquidity is the most mainly listed companies's motivation within stock split, since liquidity is the central theme in the secondary market.
This research will examines some problems within stock split are :
1. Does stock split influences the stock price changes?
2. Does composite stock price indices influences the stock price changes?
3. Does earning per share influences the stock price changes?
Regarding those problems mentioned above, the objective of this research are :
1. Analyzing the influence of stock split to the stock price changes.
2. Analyzing the influence of composite stock split indices to the stock price changes.
3. Analyzing the influence of earning per share to the stock price changes.
The period of the stock split study started from January 1 until December 31 on the year 2000. The samples which is used in the study are the stock listed in the Jakarta Stock Exchange minimum 7.5 months before the effective date of the stock split. The study period in this research from July 1 1999 until April 30, 2001. The study period started 7.5 months before the first listed company announce the stock split in the year 2000 and 4.5 months after the last listed company announce the stock split in the year 2000.
The Signaling Hypothesis Theory is the foundation of the research, which indicate the stock split announcement intended to rise a positive signal to the investors. A good prospect of the company is something managements objective of the announcement of stock split. In this scheme, stock split will increase the value of the company.
Based on the test and analysis of the statistical result, founded some conclusions which are :
1. Stock split during the year 2000 has no positive response from investors. It indicates investors judge the stock split has no influence to company's growth profitability signal for the future.
2. During study period, earning per share and earning per share changes significantly correlate to the changes of stock price. This result support the previous research such as Benston (1966), Ball & Brown (1988), and Beaver (1968), where earning per share (EPS) as an accounting profit measurement has a significant influence to the changes of stock price.
3. Composite stock price indices (IHSG) variable has no significant influence to the relative stock price changes, nevertheless the changes of composite stock price indices's variable has a significant influence to the relative stock price changes.
4. All of the independent variables those are earning per share, composite stock price indices, and stock split together have a significant influence to the relative stock price changes.
Based on the conclusion above, researcher gives any suggestions or recommendations to the party related the stock split concern to the investment activity at Jakarta Stock Exchange, those are :
1. Timing is a determinant factor for the successful of stock split. Successful timing will determined the liquidity of the stock after stock split. For certain level, bearish market will not support the liquidity of the stock after stock split. That's why maintaining the market psychology for the company is relevant.
2. Since investing in the common stock related to the prospect of the company, management must consider and managing the fundamental of the company before making a planning of stock split. Prospective fundamental will support the effectiveness and successfull of the stock split.
3. Regarding the decrease of the volume of stock trading, management must aware the the decreasing the value of the stock price, which means management must maintain the appropriate level due to the company's performance. Periodic evaluation of the stock price changes must be scheduled.
4. During the study period, researcher find an anomaly due to Signaling Hypothesis Theory. For that reason, based on the theory of Efficient Capital Market, stock split should be implemented for the atmosphere of efficient market On that, stock price reflected the real market reaction under stock split.
5. Stock split still remain a puzzling phenomenon to financial analyst and also researchers. That's why, next researchers which cover wider data and period including bullish and bearish market are highly importment to discover the phenomenon of stock split."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13953
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Madonna Corry Evelyna
"Tesis ini membahas mengenai penetapan harga obat hipertensi dan jantung yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat, termasuk kartel dan sistem pembuktian yang digunakan dalam menyelesaikan perkara dalam perspektif hukum persaingan usaha berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak sehat. Putusan KPPU No. 17/KPPU-I/2010 berkaitan dengan penetapan harga dan kartel yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan farmasi terkenal. Perusahaan-perusahaan farmasi tersebut telah memenuhi unsur dalam Pasal 5 mengenai penetapan harga dan Pasal 11 mengenai kartel. Kemudian perusahaan-perusahaan farmasi mengajukan keberatan terhadap Putusan KPPU ke Pengadilan Negeri.
Atas dasar keterangan ahli dan sistem pembuktian yang dianut oleh Indonesia maka putusan KPPU No.17/KPPU-I/2010 dibatalkan seluruhnya oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelusuran kepustakaan dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menyarankan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan pengawasan terhadap pelaku usaha, peningkatan edukasi, serta diberikan ruang bagi pembuktian tidak langsung untuk perkara persaingan usaha tidak sehat di Indonesia.

This thesis discusses the pricing of hypertension and cardiovascular medications that cause unfair competition, including cartels and verification systems are used in resolving the matter in perspective of competition based on No. 5 Year 1999 concerning Prohibition of Monopolistic Practices and Unfair Business Competition. The Commission?s decision No.17/KPPU-I/2010 relating to price fixing and cartels are performed by well-known pharmaceutical companies. Pharmaceutical companies have met the elements of Article 5 concerning the pricing and Article 11 of the cartel. Then the pharmaceutical companies objected to the Commission's decision to the District Court.
On the basis of expert testimony and evidence that the system adopted by Indonesia, the decision of the Commission No.17/KPPU-I/2010 canceled entirely by the Central Jakarta District Court. The method used in this study is normative legal research or literature searches in data collection. The results suggest improvements in increased oversight of the business, improving education, and provided space for an indirect evidance for the case of unfair business competition in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2012
T31175
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>